Cincin itu kubeli 17 tahun yang lalu. Cincin perak dengan motif sederhana itu menarik perhatianku saat menjelajah pasar Sukowati, Gianyar Bali. Begitu tertariknya membuatku ngotot menawar cincin itu lebih dari setengah harga yang ditawarkan perempuan penjualnya. Ketika cincin itu berhasil menjadi milikku dengan harga cukup miring, tak bosannya kupandang cincin itu sepanjang perjalanan pulang ke hotel bahkan hingga pulang ke Purwokerto. Cincin itu begitu indah tersemat di jariku saat itu. Meski hanya sebuah cincin perak sederhana. Entahlah, tiba - tiba di suatu senja aku merindukan cincin itu dan aku tak tahu dimana cincin itu kini. Rindu yang mencuat ketika kusadari cincin emas pemberian ibu memiliki model yang sama dengan cincin perakku yang hilang. Kerinduan itu begitu menggebu, dan memaksaku untuk rela menjelajah sudut kota dari satu toko ke toko yang lain. Pertanyaan yang kuajukan pada pelayannya selalu sama, "Ada cincin perak dengan model seperti cincin saya ini?". Dan jawaban yang kuterima entah kenapa selalu sama, "Maaf, tak ada." "Pesan saja ke tokonya model cincin yang kau inginkan!" saran temanku suatu ketika. Aku hanya mengangguk tapi tak pernah mencoba sarannya. Entahlah, aku hanya ingin cincinku kembali, cincin perak dari Sukowati. "Bukan cincinnya yang membuatmu rindu, tapi cerita di balik cincin itu..." ucap temanku. Mungkin... aku pun tak tahu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H