Pengantar:
Dalam beberapa tahun terakhir, produk bedak Johnson & Johnson telah menjadi bahan perdebatan yang intens dikalagan masyarakat. Beberapa laporan mengaitkan penggunaan bedak perusahaan ini dengan risiko kanker. Ini mengejutkan banyak orang, terutama orang tua, yang telah lama menganggap produk ini sebagai platform yang jujur dan berkualitas tinggi untuk gendongan bayi. Meski perusahaan membantah klaim tersebut, kontroversi ini menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan yang besar di kalangan konsumen. Artikel ini mengkaji kontroversi bedak Johnson & Johnson dan apakah ada dasar ilmiah untuk klaim bahwa penggunaannya dapat menyebabkan kanker.
Latar Belakang Produk Bedak Johnson & Johnson
Johnson & Johnson adalah perusahaan multinasional yang terkenal dengan produk kesehatan dan kecantikan. berkantor pusat di New Brunswick, New Jersey, AS, didirikan pada tahun
1886. Johnson & Johnson menduduki puncak Survei Reputasi Perusahaan Nasional selama tujuh tahun berturut-turut pada tahun 2005 dan dinobatkan sebagai salah satu Perusahaan Paling Dikagumi di Dunia tahun 2008 oleh Majalah Barron.
Johnson & Johnson memiliki sekitar 250 anak perusahaan di lebih dari 57 negara dan menjual produk di lebih dari 175 negara. Johnson & Johnson memiliki penjualan global sebesar $65 miliar pada tahun 2011. Johnson & Johnson adalah salah satu merek yang menawarkan banyak obat dan produk P3K, termasuk obat pencahar, obat Tylenol, produk bayi Johnson, produk kulit dan kecantikan Neutrogena, pembersih wajah Clean & Clear, dan lensa kontak Acuvue. Bedak
Johnson & Johnson telah menjadi salah satu produk ikonik perusahaan ini, digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia selama beberapa dekade.
Klaim dan Tuntutan HukumÂ
Akhir-akhir ini, sejumlah tuntutan hukum diajukan terhadap Johnson & Johnson yang mengklaim bahwa penggunaan bedaknya menyebabkan kanker. Beberapa penggugat mengklaim bahwa bedak Johnson & Johnson mengandung asbes, yang telah terbukti sebagai zat karsinogen yang berhubungan dengan beberapa jenis kanker. Pada tahun 2020, perusahaan
mengumumkan akan menghentikan penjualan bedak di Amerika Utara karena permintaan yang menurun. Ini karena informasi yang salah dan tuntutan hukum keamanan produk. Selain itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menemukan sejumlah kecil asbes dalam produk tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus menarik 33.000 botol bubuk produksinya dari pasaran. Johnson & Johnson diperintahkan membayar 4,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 67 miliar, setelah 22 konsumen dilaporkan terkena dampak bedak yang mereka buat. Pengenaan ganti rugi tersebut disebabkan oleh kelalaian perusahaan yang gagal memperingatkan konsumen tentang potensi risiko kesehatan dari produk mereka.
Fakta Bedak bayi Johson & johson
Ada beberapa fakta tentang bedak bayi Johnson & Johnson yang perlu Bunda ketahui.
a. Diduga Terkontraminasi ASBES
Faktanya secara medis dalam kandungan bedak bayi tersebut ditemukan namanya
TALC, di dalam TALC ini sering terkontaminasi oleh ASBES (asbestos). Asbes adalah serat mineral alami yang telah lama digunakan di berbagai industri seperti konstruksi, manufaktur, dan kosmetik. Meskipun asbes memiliki sifat tahan panas, isolasi, dan padat, namun tergolong karsinogen, yang berarti dapat menyebabkan kanker pada manusia. Paparan asbes dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai jenis
kanker, termasuk kanker paru-paru, mesothelioma (kanker yang menyerang lapisan pelindung organ dalam) dan kanker ovarium. Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk menghindari paparan asbes pada produk yang mereka gunakan, termasuk bedak bayi.
b. Penelitian sebut bisa picu kanker ovarium
Kasus ini disorot oleh beberapa ahli, antara lain dokter spesialis penyakit dalam spesialis hematologi-onkologi (kanker), Prof. Zubairi Djoerba dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Mengutip sebuah penelitian, Profesor Zubairi menjelaskan bahwa penggunaan bedak secara signifikan meningkatkan risiko kanker di area tertentu.
"Ternyata, menggunakan bedak di sekitar alat kelamin atau vagina dapat meningkatkan risiko kanker ovarium," kata Profesor Zubairi di akun Twitter pribadinya,
"Dalam hal ini, ada dugaan serbuk talek Johnson & Johnson terkontaminasi asbes,"lanjutnya.
Selain itu, Profesor Zubairi, mengutip American Cancer Society, menegaskan bahwa talc sebenarnya dapat menyebabkan kanker jika partikel produk tersebut masuk ke ovarium melalui vagina, rahim, dan saluran tuba.
Penelitian dan Bukti Ilmiah
Johson & Johson mengklaim produk bedaknya tidak menyebabkan kanker dan menunjukkan bahwa bedak mereka telah melewati tes yang ketat dan aman untuk digunakan. Perusahaan mengatakan kompensasi itu dibayarkan untuk mengkompensasi kebangkrutan kedua
perusahaan. Permohonan ini adalah yang kedua sejak ditolak oleh pengadilan AS. Pengajuan kebangkrutan diajukan oleh anak perusahaan J&J, LTL Management.
Namun beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi kaitan antara penggunaan bedak dan risiko kanker, tetapi hasilnya belum konsisten. Seperti Berdasarkan penelusuran database kosmetika BPOM, ditemukan 9 produk bedak bayi PT. Johnson & Johnson adalah salah satu dari 75 produk bedak bayi bersertifikat, namun produk bedak bayi Johnson & Johnson yang disebutkan dalam pesan di atas tidak termasuk dalam Basis Data Pesan Kosmetik.
Mengingat produk bedak bayi Johnson & Johnson yang dilaporkan Badan POM umumnya mengandung talc pada kadar 98%-99,83%. Sesuai Peraturan Direktur BPOM RI No. 18 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetik, Daftar Bahan I Daftar Bahan Yang Diperbolehkan Dalam Kosmetika Dengan Batasan dan Persyaratan Penggunaan, Talk diperbolehkan digunakan dalam kosmetik untuk produk bedak anak dan produk lainnya Ada tidak ada batasan penggunaan maksimum atau persyaratan lain, dan produk bedak yang ditujukan untuk anak-anak mencantumkan peringatan "Jauhkan bedak dari mulut dan hidung anak-anak". Jadi diharapkan Masyarakat tidak perlu khawatir karena produk bedak bayi bersertifikasi Badan POM Johnson & Johnson tidak mengandung bahan-bahan terlarang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk melindungi masyarakat, Badan POM terus memantau kemungkinan maraknya produk yang tidak sesuai standar.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan beberapa lembaga lainnya telah menginvestigasi isu ini dan belum menemukan bukti yang cukup untuk menghubungkan penggunaan bedak dengan kanker.
Kesimpulan:
Kontroversi seputar bedak Johnson & Johnson dan risiko kanker tetap menjadi perdebatan yang kompleks. Meskipun beberapa mengklaim bahwa penggunaan bedak ini menyebabkan kanker, bukti ilmiah tidak cukup kuat untuk mengkonfirmasi kaitan ini. Johnson & Johnson telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan produknya dan menghilangkan bahan-bahan yang menjadi perhatian. Namun, penting bagi orang-orang untuk tetap waspada dan mendiskusikan masalah mereka dengan profesional kesehatan sebelum membuat keputusan tentang produk perawatan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H