Dinamika perekonomian global sepanjang tahun 2023 mengalami perubahan yang sangat cepat. Konflik sejumlah negara yang kian memanas pun memberi dampak signifikan---cenderung buruk, yaitu pelemahan ekonomi global.
Mengutip Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (13/11/2023), ada beberapa ciri melemahnya ekonomi global. Pertama, pertumbuhan ekonomi global yang hanya sebesar 2,9 persen pada 2023 (dari perkiraan 3,5 persen pada tahun lalu).
Kedua, laju inflasi masih terpantau tinggi, membuat suku bunga di negara-negara maju menjadi makin tinggi. Bagaimana dengan Indonesia, bisakah tetap berdiri tangguh di tengah gempuran ketidakpastian ekonomi global?
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bersama BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan stress test pada Oktober 2023 terkait kondisi dan perkembangan sektor keuangan saat ini. Apa tujuannya dan bagaimana hasilnya?
Stress Test KSSK IV Tahun 2023
Melalui rapat berkala, KSSK melakukan beberapa pengujian kekuatan sistem keuangan Indonesia dalam menghadapi bermacam-macam skenario ekstrem, khususnya dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian dunia. Pengujian melibatkan sejumlah variabel, seperti perubahan suku bunga, fluktuasi nilai tukar, dan gejolak pasar global.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pertumbuhan risiko global di tahun-tahun mendatang, mencakup rambatan perekonomian di sektor keuangan dalam negeri. Jadi, berbagai dampak buruk kebijakan moneter dan fiskal, terutama yang dipicu negara adidaya seperti Amerika Serikat, bisa diminimalkan.
Hasil rapat yang digelar pada Senin, 30/10/2023 tersebut bisa menunjukkan sejauh mana ketahanan sektor keuangan Indonesia. Selain itu juga dapat dijadikan acuan dalam identifikasi potensi risiko serta penentuan langkah-langkah yang diperlukan demi menjaga stabilitas sistem keuangan.
Tes tekanan KSSK IV tahun 2023 ini menunjukkan hasil bahwa keuangan Indonesia ternyata punya 'modal' berupa bantalan solid dalam menghadapi bermacam-macam risiko tekanan.
Bantalan Sektor Keuangan RI terhadap Ketidakpastian Perekonomian Global
Pertama, permodalan perbankan kuat, yang ditunjukkan oleh indikator capital adequacy ratio (CAR) di atas 25%. Rasio CAR tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melindungi diri dari potensi kerugian. Artinya, perbankan punya cadangan modal cukup untuk menanggulangi ketidakpastian pasar keuangan dan segala risikonya.
Kedua, likuiditas lebih dari cukup, bisa dilihat dari rasio alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) yang mencapai kisaran 26%. Ini berarti bank mampu menyediakan dana tunai untuk menjaga likuiditasnya.
Selain itu, ada insentif likuiditas sebesar Rp20 triliun dari BI, yang merupakan bagian alokasi total Rp50 triliun yang diberikan pada bank-bank penyalur kredit.