Dalam konteks ASEAN, salah satu alasan yang mendorong negara-negara ASEAN untuk mempertimbangkan dedolarisasi adalah untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap mata uang domestik mereka.Â
Ketergantungan pada dolar dapat membuat perekonomian negara-negara ASEAN lebih rentan terhadap perubahan dalam kebijakan moneter Amerika Serikat atau perubahan dalam stabilitas nilai tukar dolar. Dengan mengurangi ketergantungan pada dolar, negara-negara ASEAN dapat mencoba mengurangi risiko tersebut dan meningkatkan stabilitas ekonomi mereka sendiri.
Selain itu, penggunaan mata uang domestik atau mata uang regional juga dapat membantu negara-negara ASEAN untuk meningkatkan kedaulatan ekonomi mereka sendiri dan mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat dalam perdagangan dan keuangan. Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada upaya untuk mempromosikan penggunaan mata uang regional seperti Rupiah (IDR), Ringgit (MYR), atau Baht (THB) dalam transaksi antarnegara ASEAN, dengan harapan mengurangi ketergantungan pada dolar.
Namun, implementasi dedolarisasi dalam skala luas dapat melibatkan tantangan yang signifikan. Dolar Amerika Serikat tetap menjadi salah satu mata uang yang paling dominan dan banyak digunakan di dunia, dan masih merupakan mata uang preferensi dalam banyak transaksi internasional.
Oleh karena itu, langkah-langkah menuju dedolarisasi akan memerlukan kerjasama dan koordinasi yang kuat antara negara-negara ASEAN, serta adopsi kebijakan yang tepat untuk mempromosikan penggunaan mata uang domestik atau mata uang regional sebagai alternatif yang menarik.
Dalam konteks Indonesia, potensi keuntungan dedolarisasi bagi Indonesia dapat mencakup beberapa hal berikut:
1. Pengurangan risiko nilai tukar
Dedolarisasi dapat membantu Indonesia mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap mata uang rupiah (IDR). Ketergantungan pada dolar dapat membuat ekonomi Indonesia lebih rentan terhadap perubahan dalam kebijakan moneter Amerika Serikat atau perubahan dalam stabilitas nilai tukar dolar.
Dengan mempromosikan penggunaan mata uang domestik dalam transaksi perdagangan dan keuangan, Indonesia dapat mengurangi eksposur terhadap risiko nilai tukar dan meningkatkan stabilitas ekonomi.
2. Diversifikasi ekonomi dan keuangan