Tidak hanya pengaruh teknologi, berkurangnya waktu luang juga dapat membuat orang merasa kurang memiliki waktu untuk membaca. Kesibukan sehari-hari, termasuk tuntutan pekerjaan, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan organisasi dapat menyita waktu yang cukup banyak. Tekanan waktu yang tinggi mungkin mengarah pada kecenderungan untuk memilih hiburan atau aktivitas lain yang dianggap lebih praktis. Tetapi beberapa orang ada yang selalu meluangkan waktunya untuk membaca sebelum tidur. Kebiasaan tersebut merupakan hal yang baik untuk meredakan stres dan membantu tidur. Namun, jika membaca buku di malam hari mengakibatkan kurang tidur atau kelelahan, itu bisa menjadi hambatan bagi minat baca.
Masyarakat saat ini telah mengabaikan betapa pentingnya membaca. Banyak orang tua yang kurang memberikan contoh dan dukungan terhadap kegiatan membaca dapat mempengaruhi minat baca anak-anak. Lingkungan keluarga yang tidak mendorong kegiatan membaca dapat menciptakan norma bahwa membaca bukanlah aktivitas yang dihargai. Padahal dengan membaca kita dapat mengembangkan keterampilan bahasa, meningkatkan pengetahuan melalui isi dari buku yang kita baca dan meningkatkan imajinasi dan kreativitas.
Aktivitas membaca merangsang otak dan membantu meningkatkan kognisi. Ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah. Membaca memperkuat kemampuan analisis dan evaluasi. Pembaca diberi kesempatan untuk memahami sudut pandang penulis, mengidentifikasi argumen, dan mengevaluasi informasi. Membaca dapat menjadi bentuk hiburan yang bermanfaat dan meredakan stres. Membaca buku yang menyenangkan atau inspiratif dapat membantu merelaksasi pikiran dan tubuh.
Saat ini sudah banyak contoh kasus yang terjadi terutama di lingkuangan sekolah. Di Sekolah Menengah XYZ, terdapat tren yang mencolok terkait penurunan minat baca di kalangan siswa. Beberapa tahun lalu, perpustakaan sekolah menjadi pusat aktivitas yang ramai, dan siswa dengan antusiasme menghabiskan waktu luang mereka untuk membaca berbagai buku. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perubahan perilaku siswa menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan.
Adapun faktor lain yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi, seperti pengaruh gadget dan media sosial, kurangnya variasi bahan bacaan menarik, kurangnya dukungan dari guru serta orang tua dan yang paling utama ialah beban tugas akademis yang sangat tinggi. Siswa semakin terpaku pada penggunaan gadget dan media sosial. Waktu yang sebelumnya dihabiskan untuk membaca buku kini lebih sering diisi dengan memeriksa ponsel, menonton video online, dan berinteraksi di media sosial. Perpustakaan sekolah belum mampu menyesuaikan koleksi buku dengan minat dan preferensi siswa saat ini. Banyak buku yang terdapat di perpustakaan dianggap kuno atau tidak menarik bagi remaja modern.Â
Guru kurang memberikan dukungan dan pengarahan yang cukup tentang pentingnya membaca di luar kegiatan akademis. Orang tua juga cenderung kurang melibatkan diri dalam membimbing anak-anak mereka dalam membaca buku. Tebalnya kurikulum dan tuntutan akademis yang tinggi membuat siswa merasa terlalu sibuk untuk menyisihkan waktu membaca di luar mata pelajaran yang sudah ditentukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H