Mohon tunggu...
HESTIANA FEBRIANI
HESTIANA FEBRIANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

......

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Literasi Digital, Pelanggaran Etika dan Budaya Media Siber pada Chat GPT

10 Mei 2023   09:35 Diperbarui: 10 Mei 2023   09:45 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kondisi dimana teknologi memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan, khususnya dalam bidang pendidikan ditandai dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang saat ini.

Tahapan penalaran terkomputerisasi (kecerdasan buatan manusia) semakin terkenal seperti ChatGPT OpenAI , Poet Google, dan segera, Ernie Baidu. Platform ini sensasional dan mengubah pembelajaran dan praktik kerja dengan cepat. ChatGPT dengan kecerdasan berbasis komputer dikirimkan ke masyarakat umum pada 30 November 2022, oleh sebuah organisasi bernama OpenAI. ChatGPT dapat digunakan oleh siapa saja yang memiliki browser internet.

ChatGPT dapat membantu manusia dengan berbagai tugas, termasuk menulis teks dan menjawab pertanyaan. Hal ini bisa terjadi karena ChatGPT dapat menangani data dari input teks yang ditulis oleh seseorang dan kemudian data tersebut diolah sehingga memberikan respon paling cerdas yang berasal dari model ChatGPT.

Chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) ini dapat menjawab pertanyaan pengguna dan menyelesaikan tugas siswa dengan satu perintah.

Padahal, tanggung jawab dan peran dosen dalam tridarma perguruan tinggi bisa dipermudah dengan hadirnya platform AI ini. Misalnya dalam proses belajar mengajar (PBM), untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi yang diajarkan. Platform ini juga dapat digunakan dosen untuk menjawab pertanyaan dari mahasiswa. Profesor bukanlah ahli dalam pertanyaan spesifik yang diajukan siswa, jadi AI benar-benar dapat membantu menemukan jawaban, itu sudah jelas.

Di dunia pendidikan tinggi, kehadiran Chat-GPT dapat dikatakan sebagai sebuah revolusi dalam sistem pendidikan. Alih-alih menjadi musuh bagi skolastik pendidikan lanjutan, termasuk siswa, pembicara, dan staf pengajar.

Pendidikan terkomputerisasi adalah kapasitas individu untuk benar-benar memanfaatkan inovasi dan media data canggih, termasuk memahami, menilai, dan memanfaatkan data dengan sukses. Chat GPT adalah ilustrasi teknologi digital yang mempromosikan literasi digital dan mewakili kemajuan dalam kecerdasan buatan. Membina kapasitas ini akan memberdayakan orang untuk menggunakan inovasi Chat GPT dengan lebih sukses dan produktif, mengerjakan pendidikan lanjutan mereka secara keseluruhan.

Menggunakan Chat GPT dapat melanggar standar etika. Ini karena Chat GPT diprogram untuk memberikan tanggapan dan jawaban yang tidak etis atau buruk bagi orang atau kelompok. Saat menggunakan Chat GPT, kemungkinan pelanggaran etika meliputi:

1. Diskriminasi: Dengan asumsi Chat GPT dimodifikasi dengan informasi atau perhitungan yang menindas pertemuan tertentu, kemajuan ini dapat menimbulkan reaksi yang bias atau tidak wajar terhadap pertemuan tersebut.

2. Menyebarkan disinformasi: Jika data yang tidak dapat diandalkan atau dipertanyakan digunakan dalam pemrograman Chat GPT, ini dapat menghasilkan tanggapan yang salah atau informasi yang salah. Hal ini dapat merusak reputasi individu dan kelompok tertentu.

Untuk menghindari pelanggaran moral saat menggunakan Chat GPT, standar moral yang tepat harus diterapkan pada pergantian peristiwa dan penggunaan inovasi ini. Hal ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa GPT Talk disesuaikan dengan data dan perhitungan yang tepat dan solid, dan dengan memperhatikan keamanan dan hak inovasi berlisensi dari orang lain. Selain itu, pengawasan dan manajemen yang tepat diperlukan saat menggunakan obrolan GPT untuk menghindari kerugian pada individu atau grup tertentu.

 

Budaya media siber terkait erat dengan Chat GPT. Sebab, inovasi ini penting bagi kekhasan digitalisasi dan berdampak pada cara orang terhubung dan berkomunikasi dalam budaya media siber. Berikut ini adalah beberapa kaitan antara budaya media siber dan Chat GPT:

1. Pemanfaatan Chat GPT dalam budaya media digital telah menghasilkan wacana dan wacana yang berbeda-beda seputar perlindungan dan moral dalam memanfaatkan inovasi ini.

2. Dalam budaya media siber, Chat GPT memfasilitasi proses pembelajaran dan pengetahuan yang lebih cepat serta membantu memperluas akses informasi.

sumber: https://www.inilah.com/chatgpt-di-dunia-pendidikan-manfaat-atau-mudharat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun