Konsep dan realisasi desa wisata sedang menjadi salah satu alternatif pengembangan wilayah pada beberapa dekade terakhir. Bukan tanpa alasan, hal ini terjadi karena pariwisata berbasis perdesaan dana lam cenderung lebih resisten terhadap berbagai intervensi dan disrupsi dari luar. Melihat peluang ini, tim KKN Tematik UPI mengadakan tema membangun desa wisata dan kreatif pada implementasi yang dilakukan di Kampung Beting Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong , Kabupaten Bekasi.
Potensi pengembangan di Kampung Beting Kecamatan Muara Gembong adalah Pantai Timbul Tenggelam. Pantai tersebut merupakan pulau yang pada tahun 1998 masih menjadi rumah penduduk di Kampung Beting, namun seiring berjalannya waktu pantai tersebut terkena abrasi dan menjadi pantai timbul tenggelam. Pantai timbul tenggelam ini bukan hanya sebutan, tetapi juga ciri khas yang jika pagi hari maka pulau akan telihat luas dan lebar. Namun, jika laut pasang maka pulau tersebut akan tertutupi oleh air laut, jika ingin melakukan kunjungan lakukanlah sebelum pukul 14.00
Hesti Agustini (2007995) sebagai anggota kelompok 10 peserta KKN Tematik yang menangani tema Desa Wisata menjelaskan bahwa suasana yang menenangkan saat matahari terbit dan tenggelam merupakan daya tarik utama bagi tempat ini. Gambaran awal pengembangan pantai tersebut akan diarahkan menjadi tempat wisata air sekaligus tempat pemancingan. Tak hanya itu, tanah titisara milik pohon mangrove yang terhampar luas di sekitar pulau timbul tenggelam memiliki potensi yang besar untuk dijadikan peluang ecowisata mangrove jika diolah lebih baik oleh pemerintah. Sebab di Kampung beting sendiri memiliki 14 jenis mangrove yang hidup selain pencegah abrasi tetapi juga dijadikan sebagai olahan sepeti jus, dodol, kripik, pewarna batik, dll“Pantai Timbul Tenggelam sangat indah apalagi saat sore hari kektika mahtahari terbenam. Dari potensi ini, kalau mengacu dari rencana awal, pantai akan difungsikan menjadi wisata air dan keramba apung sebagai tempat pemancingan. Luasnya lahan mangrove di sekitar pulau dan beragamnya mangrove juga dapat digunakan untuk tempat ecowisata,” jelasnya.
Fadhila Alfiyatul Amri (2005150) selaku Bendahara program desa wisata menjelaskan, gambaran pengembangan desa wisata yang direncanakan tertuang dalam masterplan. Berdasarkan masterplan tersebut, program pengembangan desa wisata yang telah dilakukan meliputi program nonfisik.
Program nonfisik ini difokuskan pada penanaman pola pikir dan penyadaran masyarakat terhadap peluang pengembangan desa wisata beserta pengelolaannya selain itu juga melakukan publikasi agar pantai timbul tenggelam yang jarang diketahui akan dapat dijangkau oleh masyarakat lebih luas.
Harapannya pengembangan desa wisata ini bisa berkelanjutan, artinya tidak hanya sesaat saat kami (Peserta KKN) ada di Kampung Beting. Kemudian kami berharap juga dengan tereksposenya pantai timbul tenggelam ini bisa memberikan dampak positif bagi warga sekitar maupun warga luar, serta dapat menjadi cikal bakal desa wisata berdasarkan pembangunan yang kami lakukan dan rencana awal yang kami susun.