Mohon tunggu...
Hesti titiana
Hesti titiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Makanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Laten Radikalisme di Kalangan Mahasiswa Artikel

22 November 2022   16:10 Diperbarui: 22 November 2022   16:16 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Tugas agama Islam

Nama kelompok 2

1. Hesti titiana 

2. Rian Saputra 

3. M. Wahyudi

4. M. Randi

5. Abdullah Nur

Dalam kehidupan sehari-hari istilah radikal, hampir selalu diartikan sebagai hal yang negatif dan mencemaskan, walaupun secara akademis tidak selalu seperti itu. Kata radikal misalnya, berasal dari bahasa Yunani, radiks, yang berarti akar. Artinya adalah bahwa segala sesuatu dicari dan dipahami hingga ke akarnya atau dasarnya. Namun peran media sering membuat istilah ini mengalami distorsi sedemikian rupa sehingga diartikan sebagai cara-cara, tindakan dan gerakan yang bersifat keras, kasar dan kejam. 

Pengaruh paham dan ideologi radikal semakin merisaukan dikarenakan gerakan militan marak berkembang di kalangan kelompok mahasiswa. Hal itu cukup mengkhawatirkan karena dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa yang akan terjadi dalam dua sampai tiga dekade ke depan, bila tidak adanya tindakan yang diambil oleh negara dan kalangan moderat.

Bagaimana jika paham radikalisme dilakukan dosen atau mahasiswa?

Jika ada paham radikalisme yang muncul di kampus baik dilakukan dosen atau mahasiswa maka hal itu menjadi tanggung jawab dari rektor sebagai seorang CEO. Ke depannya, bersama pemerintah akan menyusun kembali sistem kurikulum tentang pemahaman terhadap Pancasila bersama unit kerja kepresidenan.

"Silakan kembangkan pengetahun secara ilmiah di kampus, tapi empat pilar, yakni NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika harus dipahami dan dijalankan," tegas dia.

Kita semua berharap deklarasi antiradikalisme di lingkungan perguruan tinggi ini dilakukan di provinsi lain di seluruh Indonesia. Hasilnya, semoga dalam beberapa tahun ke depannya kampus akan terbebas dari aneka macam paham radikal.

Mengapa bisa paham radikalisme dilakukan?

“Di karenakan adanya keingintahuan yang besar untuk mencoba hal baru yang harus dipuaskan. Menurut saya itu hal yang sangat penting, karena keingintahuan adalah ibu kandung dari pengetahuan. Siapa yang akan memuaskan keingintahuan itulah yang menjadi perebutan berbagai kepentingan. Kampus ingin memuaskan pengetahuan mahasiswa dengan memberikan materi, kuliah, dan kurikulum. Yang kedua, ketidakpuasan terhadap kondisi. Umumnya ia merasa adanya ketidakadilan atau bahkan menjadi korban dari ketidakadilan itu. Dan dia merasakan dirinyalah yang dapat mengubah itu semua, serta di-trigger dengan bacaan, pergaulan, dan komunitas yang memperbesar perasaan itu.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun