Map Hecataeus dari Miletus 520 SM
Di kehidupan Solon, bumi di gambarkan seperti piring, datar, dan di kelilingi oleh samudra raya. Yang di tengah adalah daratan yang di kelilingi oleh samudra. Di batas garis horison, samudra jatuh ke bawah dan di sanalah terletak kerajaan dunia bawah. Anaximander dari Miletus (610-546 SM) adalah kartografer pertama yang mempublikasikan peta dunia pertama kali. Di mana peta tersebut berbentuk lingkaran dan di kelilingi oleh Oceanus, tidak ada samudra Atlantik, India, Pasifik, dan samudra lainnya. Kemudian penerusnya, Hecataeus (520 SM) membuatnya sedikit lebih baik seperti yang terlihat pada gambar. Perlahan samudra raya di sebut samudra barat karena satu-satunya akses Yunani ke sana hanya melewati selat Gibraltar yang letaknya memang di sebelah barat. Menurut mitologi Yunani, neraka Tartarus berlokasi di ujung barat Bumi dan di sanalah Atlas di hukum oleh Zeus untuk menahan Uranus (Langit) di pundaknya seumur hidup, mencegah keduanya saling menyatu. Yunani mempercayai pegunungan barat dekat selat Gibraltar merupakan tempat Atlas di hukum. Samudra barat pun namanya menjadi samudra Atlantik. Tetapi penduduk asli di wilayah pegunungan tersebut bukanlah bangsa Yunani melainkan suku-suku Berber dengan budaya, tradisi, dan bahasanya sendiri. Memang dalam salah satu rumpun bahasa Berber kata adrar atau adras berarti "gunung" tetapi karakter Atlas lebih di kenal oleh mereka yang menghuni di luar selat seperti penduduk kepulauan Kenari. Tetapi penduduk asli Kenari ternyata takut dengan laut. Mereka biasa hidup berburu bersama anjing-anjing mereka, ini bukan khas orang kepulauan. Leluhur mereka dulunya mungkin menumpang perahu dan mendarat di sana. Karena letak Kenari di Samudra Atlantik, kapal yang di tumpangi leluhur mereka tentunya bukan pelaut-pelaut Yunani. Selat Gibraltar pada saat itu di sebut "tiang-tiang Hercules" berdasarkan nama pahlawan Yunani yang perawakannya mirip Atlas. Bedanya Herkules adalah putra kesayangan Zeus sementara Atlas adalah paman Zeus. Herkules terkenal dengan 12 tugas berat yang di jalankannya, salah satunya (tugas ke 11) ia memperdaya Atlas dengan menawarkan diri sebagai pengganti Atlas asalkan ia mau mengambil apel emas di Taman Hesperides, taman surgawi yang letaknya memang berdekatan dengan neraka Tartarus. Tentu tawaran ini di sambut Atlas dengan senang hati, bahkan ia ingin mengantar sendiri apel emas itu kepada Eurystheus (pemberi tugas). Setelah apel tersebut di ambil, Hercules minta pertolongan Atlas untuk berganti posisi sejenak karena ia ingin membenahi jubahnya yang kurang nyaman. Atlas menyetujuinya, dan ketika mereka bertukar tempat kembali, Hercules mengambil apel emas tersebut dan langsung pergi. Wilayah barat ini semakin kompleks karena selain lokasi neraka Tartarus dan dekat dengan perbatasan dunia bawah, taman Hesperides juga di jaga naga seratus kepala bernama Ladon. Hesperides juga ternyata nama dari, awalnya, tiga dewi putri Atlas yang versinya berkembang menjadi lebih banyak lagi. Belum lagi Atlas mempunyai tujuh putri yang di sebut Pleiades, dan masih banyak lagi kisah Atlas yang terdapat di banyak legenda. Misteri-misteri yang menyelimuti wilayah barat ini tentunya membuat lokasi tersebut di hindari oleh penduduk Yunani kuno. Ini terlihat kenapa peta Mediterania di gambarkan dengan begitu baik, tetapi penggambaran di luar Mediterania terlihat sangat buruk. Dengan kondisi seperti ini tentu tidak mengherankan munculnya beberapa usulan yang mengatakan Atlantis sebenarnya masih berada di dalam Mediterania, seperti di Kreta, Malta, laut Caspia, Santorini, dan sebagainya. Usulan-usulan tersebut sebenarnya hal yang wajar, namun hal-hal yang paling mendasar yang di tulis Plato tidak bisa di abaikan begitu saja. Misalnya, letak Atlantis jelas berada di luar Mediterania dan ini tertulis di dalam dialog Timaeus. Bahkan Jim Allen, penulis Atlantis: "Lost kingdom of the Andes" dalam situsnyamemaparkannya dalam tiga terjemahan yang berbeda yaitu dari Dr. Benjamin Jowett (1871), R.G Bury (1929) dan Sir Desmond Lee (1971), dalam rangka memperkuat teks aslinya;
Karena sejarah ini berkata tentang satu kekuatan hebat yang tanpa alasan menyebar melawan seluruh Eropa dan Asia, kekuatan ini datang dari Samudera Atlantik - (Jowett) Karena terkait di dalam sejarah kami bagaimana pada suatu waktu wilayah Anda berada di jalur sang pemilik yang maha hebat, yang di mulai dari titik yang jauh di lautan Atlantik, - (Bury) Sejarah kami mengatakan bagaimana kota Anda telah di tandai satu kekuatan besar yang dengan congkaknya datang dari pangkalannya di samudra Atlantik - (Lee)
Jelas tertulis di sini bahwa bangsa Atlantis merupakan suatu kekuatan maritim yang datang dari Samudera Atlantik. Bagi Allen pemindahan lokasi ke Laut Mediterania, Laut Hitam, atau ke laut Kaspia adalah tidak masuk akal karena di teks-teks yang tersebut di atas, jelas menyatakan di mana Atlantis itu berada. Bahkan Plato sendiri jelas-jelas mengibaratkan laut Mediterania hanya sebagai bandar (atau kolamdalam terjemahan lain) berbeda dengan laut yang berada di luar selat yang kita kenal dengan nama samudra raya. Plato berusaha menjelaskan bahwa "samudra Atlantik=samudra raya" yang maha luas yang mengelilingi dunia.
“..laut yang di dalam selat hanyalah sebuah bandar mempunyai pintu masuk yang sempit, tetapi yang di sana itu adalah benar-benar laut...” (dialog Timaeus)
Sebenarnya jika kita perhatikan peta-peta kuno Anaximander and Hecataeus, garis cakrawala atau ‘lingkaran piring’ yang menjadi pembatas antara Oceanus dan dunia bawah, tidak lain adalah garis katulistiwa. Apalagi yang di bagian selatan (tidak terlihat pada peta) tidak lain adalah pesisir timur Afrika yang semenjak Jaman Perunggu sudah menjadi pusat perdagangan. Bangsa Fenisia (Yunani: "Phoenicia", Ibrani: "Kanaan") dan Austronesia tahu betul wilayah ini. Begini, di masa Plato kota-kota pelabuhan Fenisia sudah tersebar di penjuru Mediterania mulai dari Kanaan (Libanon, Suriah, Israel), pesisir Afrika Utara (Maroko, Tunisia, Aljazair, Mesir), Italia, Sisilia, Korsika, Turki, bahkan hingga "neraka" Tartarus atau semenanjung Iberia (sekarang Spanyol-Portugis). Tidak cukup di situ, Fenisia juga aktif berdagang hingga ke Inggris Raya dan negeri-negeri timur di samudra India. Sekarang saya coba telusuri hubungan perdagangan Fenisia dengan Yunani di mulai dari, tidak jauh-jauh, misalnya dari kota asal para pembuat peta bumi, Hekataeus dan Anaksimander, yang kebetulan sama-sama berasal dari Miletus, Anatolia (sekarang Turki). Di sana di temukan sebuah inskripsi kuno yang menyebut penggunaan cinnamon (kayu-manis) dan cassia (kayu-manis wangi) yang sangat mahal harganya untuk di persembahkan kepada dewa matahari Apollo. Yahudi juga tidak asing dengan cinnamon dan cassia. Di dalam Old Testament keduanya tercantum dalam daftar pembuatan minyak urapan kudus yang di ramu oleh Musa. Karena telah menjadi tradisi tentu sulit mengetahui kapan pertama kali rempah-rempah di gunakan, tetapi Yunani dan Yahudi tidak terlalu khawatir karena secara turun temurun mereka mendapatkan barang-barang eksotis tersebut dari bangsa Fenisia, rekan dagang sekaligus rival mereka di Mediterania. Mereka juga membawa berbagai jenis rempah mahal lainnya yang juga di kenal di dalam tradisi Yahudi seperti cendana dan gaharu. Fenisia juga menyebarkan ayam (Gallus gallus) di wilayah Mediterania hingga Iberia. Ayam, penting bagi Yunani kuno karena unggas yang mahal tersebut di gunakan sebagai persembahan kepada Athena, Ares, dan Herkules. Sepertinya barang-barang yang di anggap eksotis dan mahal hampir semuanya berasal dari bangsa Fenisia. ... FENISIA: AKAR LITERATUR
"Abjad Fenisia di ketahui sebagai akar dari aksara Eropa, berasal dari Atlantis. " (Ignatius Donelly-"Atlantis:The Antediluvian World")
Athena merupakan salah satu kota tertua di dunia yang masih di huni hingga sekarang. Tercatat semenjak 3400 tahun lalu, kota Athena menjadi tempat kelahiran filsuf-filsuf dan ilmu-ilmu yang menjadi tiang-tiang penyangga sekarang ini seperti; sejarah, kartografi (pemetaan, atlas) geografi, matematika, demokrasi, dan masih banyak lagi. Sistem penulisan dengan menggunakan huruf hidup seperti yang kita gunakan sekarang juga terlahir di sini. Meski begitu, akar dari literatur Yunani sebenarnya berasal dari Fenisia. Di adaptasi ketika Yunani memulai lagi peradaban mereka dari nol. Jaman itu sering di sebut Jaman Kegelapan Yunani (1200 SM-800 SM). Ironisnya, Jaman Kegelapan Yunani bersamaan dengan jaman keemasan Fenisia, karena kota-kota pelabuhan mereka mulai menyebar di seluruh Mediterania sejak 1550 SM hingga 300 SM sebelum akhirnya jatuh ke tangan Persia dan terpecah menjadi beberapa wilayah. Di era inilah dua karya epik besar Homerus, Iliad dan Odyssey, lahir. Epik yang pertama terfokus seputar perang Troya, sementara yang kedua mengisahkan masa pengembaraan Odyssey di mana terdapat kisah Atlantis, versi Homer, yang akan saya jabarkan pada pembahasan berikutnya. Aksara kuno Fenisia ini di sebut Alfabet Proto-Sinai/ Proto-Kanaanite yang sempat di gunakan pada Jaman Perunggu-Tengah (2000 SM-1500 SM). Huruf-huruf ini merupakan hasil adaptasi dari hiroglif Mesir (prasasti Wadi el-Hol). Di duga hasil inovasi para "tentara dan pedagang" di wilayah sekitar Kanaan, Sinai, dan Mesir-Tengah, huruf-huruf tersebut juga merupakan sejarah awal aksara Semit. Proto-Sinai perlahan mulai menggunakan bahasa Semit menggantikan bahasa Mesir, contohnya pr (peru, pura, para) yang artinya ‘rumah’ di ganti dengan bt (bet, beth, bayt).
Selama 4000 tahun (1800 S.M-1300 M)
(huruf yang di cetak tebal masih di gunakan hingga sekarang, perhitungan tahun di bulatkan dalam perkiraan)
silsilah pada gambar hasil rekonstruksi dari: History_of_the_alphabet (Wikipedia) Brahmic_scripts (Wikipedia) Proto-Sinaitic_alphabet (Wikipedia) . Dari gambar silsilah di atas jelas menunjukkan bahwa sistem penulisan Fenisia adalah yang terluas pengaruhnya di dunia selama 4000 tahun terakhir. Namun seiring berlalunya jaman, bahasa Fenisia pun turut punah dan wilayah-wilayah di mana kota-kota pelabuhan mereka berada juga menjadi terpilah-pilah dan menjadi wilayah-wilayah yang berdiri sendiri, khususnya di era Hellenes dan Romawi. Sementara barang-barang yang mereka perdagangkan masih tetap di butuhkan dan masih memiliki nilai yang tinggi, bahkan hingga sekarang. Karena tingginya permintaan, dan semakin majunya ilmu pelayaran dan navigasi, maka tidaklah mengherankan jika bayangan misterius Nusantara sebagai sumber yang selalu tertutup dan di tutupi, lambat laun mulai terkuak. CINNAMON ROUTE
"Laut yang sering di arungi oleh Yunani, melewati tiang-tiang Herkules, yang di sebut Atlantik dan laut Erythraea (samudra India) terletak di laut yang sama." (History I:203)
Sebelum masa Plato, Herodotus dari Halicarnassus (sekarang Bodrum, Turki) melakukan perjalanan seperti Solon tetapi tidak hanya terpaku pada peradaban si sepanjang sungai Nil saja, tetapi juga menjelajahi Mediterania bahkan mencapai India. Seluruh perjalanannya ia catat dalam karyanya berjudul History (historia artinya ‘selidik’ atau ‘telusur’ yang nantinya di adopsi ke dalam bahasa latin menjadi ‘sejarah’ kemudian di serap ke dalam bahasa inggris). Kutipan dari History (440 SM) di atas menjelaskan bahwa samudra Atlantik dan samudra India terletak di laut yang sama yaitu; Oceanos atau samudra raya. Ini sekaligus menjelaskan kenapa Yunani belum juga eksis dalam perdagangan di wilayah samudra India. Menempuh perjalanan dari Mesir, Herodotus akhirnya memang menemukan barang-barang yang di perdagangkan oleh Fenisia. Ia menemukan barang-barang eksotis tersebut di Afrika Timur (Ethopia) dan Arab Selatan seperti, kemenyan, wewangian, kayu manis, mur, dan sejenisnyatermasuk gading, ebony (kayu hitam), dan emas. Herodotus mengira barang-barang tersebut memang berasal dari wilayah-wilayah ini. Padahal cerita-cerita yang ia dengar yang menyelimuti kayumanis dan beberapa rempah jenis lainnya sebenarnya hanya dongeng-dongeng yang mengagumkan untuk menyembunyikan di mana sebenarnya barang-barang tersebut berasal. Ratusan tahun kemudian, rahasia siapa sebenarnya pembawa barang-barang eksotis tersebut akhirnya terbongkar juga di awal abad Masehi oleh Pliny the Elder (23-79M). Pliny menulis;
“Ethiopia membelinya dari negeri-negeri tetangga mereka yang ternyata, juga memesan dari bangsa lain, yang datang dari samudra luas dengan perahu tanpa kemudi maupun kayuh atau bantuan lain untuk navigasi. Mereka membawa kayu manis dan menukarnya dengan barang pecah-belah dan barang-barang jadi terbuat dari perunggu, pakaian, bros, gelang, dan kalung. Sepertinya mereka mengutamakan apa yang di inginkan wanita.”
Cinnamon (Cinnamomum verum) dan cassia (Cinnamomum aromaticum), keduanya kita kenal sebagai kayu manis dan asli berasal Asia Tenggara termasuk Srilanka. Dan bangsa maritim Indonesia-lah yang membawanya dalam route ekspress dari Maluku langsung ke Afrika Timur. Route ini di kenal dengan nama "cinnamon route". Sebuah route yang menembus samudra luas dengan jarak lebih dari 3000 mil. Hal ini di mungkinkan karena kelebihan Austronesia memakai perahu double outrigger. Perahu outrigger (Indonesia/ Filipina; wangka, bangka, Maori: waka ama, Hawaii: Wa’a) adalah perahu khas Austronesia yang mempunyai rangka khusus untuk keseimbangan yang di pasang di salah satu sisi perahu. Umum di gunakan nelayan di wilayah Asia Tenggara hingga Pasifik, perahu jenis ini mampu melaju dengan cepat dan bisa mengarungi samudra terbuka. Ini jelas berbeda dengan jenis perahu biasa yang hanya mampu menelusuri sungai atau pesisir pantai saja. Sementara jenis double-outrigger adalah perahu yang mempunyai rangka-ganda sehingga, seperti layaknya burung, perahu ini seperti mempunyai dua sayap untuk keseimbangan dan kecepatan. Dan jenis ini lah yang di gunakan untuk perdagangan lintas samudra.