Mohon tunggu...
Kristian Repi
Kristian Repi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sama halnya mengobati kepikunan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Terindikasi Undangan Tipu-tipu, Saya Gagal Ketemu Anies R Baswedan

5 Desember 2014   06:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:00 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan, mungkin saya salah satu dari beribu-ribu anak muda yang bangga akan gagasannya di dunia pendidikan. Ketika orang menyebut program Indonesia Mengajar, wajah beliaulah yang akan terlintas di benak saya. Tak heran, betapa saya sangat nge-fans kepadanya. Bahkan, saya terbiasa update status mengutip kata-kata beliau. Sungguh, ia motivator handal bagi saya pribadi. Makanya, bertemu dengan beliau akan menjadi hadiah terindah buat saya. Bertepatan, tanggal 9 Desember 2014, saya genap usia 25 tahun. Serasa alam begitu paham dengan saya, tiba-tiba saja ada undangan masuk ke email sekolah. Undangan itu membuat saya bahagia.

Sekolah baru berjalan 2 tahun. Menampung Siswa Luar Biasa. Di dalamnya terdapat anak kaum disabilities. Dari jenjang sekolah dasar sampai tingkat menengah atas. Memang, akhir-akhir ini, kami selalu aktif merespon beberapa undangan pusat, baik itu tentang bantuan fasilitas maupun bantuan pelatihan bagi guru dan kepala sekolah. Dari sekian banyak undangan, hanya satu undangan ini yang buat saya sangat begitu bergairah. Berambisi untuk segera meresponnya. Bahkan, kepala sekolah pun tak segan untuk konfirmasi balik soal undangan itu. Undangan tersebut tercentang bintang kuning, mengisyaratkan undangan penting. Setelah saya cek, jiwa saya terbakar gembira. “What ? Sambutan BIMPTEK Anies Basweda?” Tertera jelas, berdasarkan jadwal, menteri pendidikan dan kebudayaan favorit itu akan hadir membawa sambutan. Undangan itu berhasil buat saya tercengang.

14177095361016686704
14177095361016686704

Undangan tersebut bersumber dari Badan Akreditas Nasional. Sesuai label, cukup meyakinkan. Tercantum juga, “Nomor Resmi surat: /BAN-SM/BT/XI/2014 Jakarta,28 November 2014”. Perihal Undangan “Bimptek Pelaksanaan Akreditasi On-Line”. Ditunjukan kepada Pihak Kepala Sekolah SLB Anugerah Dimembe. Yang mengharuskan, Hadir Kepala sekolah dan satu guru potensial yang paham media online. Siapa lagi kalau bukan saya yang dipilih oleh kepalah sekolah? Di sekolah itu, hanya saya yang jadi andalan kalau ada hubungannya dengan IT.  Tanpa saya memaksa pun, Bimtek itu sudah jadi jatah buat saya. Dalam hati, “Asik, akhirnya, saya bakal bertemu dengan Anies sang Menteri.”

Keyakinan pun bertambah ketika Kepala Sekolah memberikan kepercayaan kepada saya agar segera mengonfirmasi kehadiran.

Undangan tersebut mengharuskan peserta meregistrasikan diri melalui No. Hp 0852 1805 1779. Atas nama Drs. HM. Indra Subekti, M.Pd. Dalam surat itu, beliau sebagai kabag registrasinya. Tak segan, saya langsung telepon. “Gring…. gring….” Pertama tidak aktif. Saya penasaran. Beberapa menit kemudian, kembali saya telepon. Dan akhirnya, nomor itu aktif. Langsung diangkat pula.

“Hallo,… Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” dengan aksen Jawanya yang begitu kental, beliau membuka percakapan dengan begitu religius. Saya yang walaupun seorang Kristiani, dengan lembut saya membalas, “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”  Setelah itu, saya langsung bertanya.

“Hallo, apa benar ini dengan Pak Indra Subekti selaku kabag registrasi Bimtek yang penyelenggaraannya di Hotel Mercure, Ancol Jakarta Utara?” tanya saya.

“Iya, benar. Ini dengan saya sendiri, Indra Subekti. Saya adalah kabag registrasi Bimtek. Mohon maaf kalo boleh tahu, saya berbicara dengan siapa yah?” lembut dan sopan, Pak Indra balik bertanya.

“Saya Kristian. Ingin mengonfirmasi kehadiran. Berdasarkan kejelasan undangan, akan ada Pelatihan Akreditasi Online. Dan saya adalah guru perwakilan sekolah, di mana saya diperintahkan Kepala Sekolah untuk segera meregistrasikan diri kepada Bapak. Terima kasih, mohon pencerahannya, Pak,” pinta saya.

“Oh. Iya. Saya paham. Jadi, begini Pak Kristian, benar, bahwa undangan itu diterbitkan kepada kepala-kepala sekolah. Dan jelas tercantum, kepala sekolah harus meregistrasikan diri beserta satu guru pontensial. Jadi, mohon maaf Pak Kristian, berdasarkan aturan, Pak kristian harus sampaikan kepada kepala sekolah bahwa harus kepala sekolah sendiri yang melaporkan pendaftaran. Mohon dipahami ya, Pak Kristian.”

Saya cukup terpahami dengan penjelasan Pak Kabag. Beliau kayaknya begitu professional dan bertanggung jawab akan apa yang harus dilakukan sampai mengakhiri perbincangan melalui telpon, beliau menutup perbincangan dengan sangat santun, “Ok, Pak Kris, mohon Pak Kristian bantu kasih kabar kepada kepala sekolah, prosedurnya memang harus seperti itu. Terima kasih.”

Saat itu, saya sangat kagum. Kegiatan ini tidak sembarang. Keyakinan saya makin bulat. Saya pun membatin, “Anies Baswedan akan jadi hadiah buat saya.” Hari itu juga, saya layangkan status baru di dinding Facebook: "Tinggal 6 hari lagi, saya kan bertemu dengan mu pak Anies Basweda”. Tak sedikit teman Facebook meresponstatus sombong itu.

Selesai status Facebook, saya tarik napas dan hembuskan secara perlahan. Setelah itu, saya langsung telepon Kepala Sekolah.

“Selamat Siang, Kepala Sekolah, tadi saya uda telpon sama Kabag Registrasi, Pak Indra Subekti namanya. Beliau mengharuskan Kepala Sekolah sendiri yang meregistrasi peserta. Soalnya, aturannya harus demikian,” terang saya.

“Oh iya, bantu kirim nomornya.”

“Baik Kepala Sekolah, saya SMS, terima kasih.”

Selesai telepon, tak pelan saya kirim SMS kepada Kepala Sekolah. Isinya, yah... Nomor dari Pak Kabag Registrasi tentunya. Saya tambah gembira. Dalam hati kembali bernada, “Yes, akhirnya, saya bakal ketemu dengan Pak Menteri. Tinggal menunggu saja.” Itulah harapan yang terlanjur saya ciptakan. Yang pada kenyataannya, akan membuat saya kecewa. Seperti kata Andrew Matthews, “Kecewa itu bersumber dari melekatnya kita pada suatu hal.”

***

Tiga hari pun berlalu. Tak ada kabar dari Kepala Sekolah. Saya hitung tanggalnya, di undangan, acara akan dilaksanakan pada tanggal 6-7 Desember 2014. Sedangkan, sudah tanggal 3 belum ada kabar dari Kepala Sekolah.

Tak segan saya jual malu. Saya ambil Hp dan langsung meminta kabar dari sang Kepala Sekolah. Alhasil, apa yang saya kuatirkan malah benar adanya. Saya bukan kuatir soal cuaca buruk yang menjatuhkan Pesawat Air Lines di Desa Kema, bukan. Saya sangat kuatir jika undangan itu harus batal.

Saya bahkan sudah terlanjur sangka buruk kepada Kepala Sekolah. Banyak pertanyaan dalam benak saya. Kenapa? Kenapa sampai batal? Apa yang salah dengan undangan itu? Sedangkan, semua anggaran akan ditanggung oleh pihak penyelenggara.

Tak terima, saya minta penjelasan dari Kepala Sekolah. Dan setelah saya mendengar penjelasan dari Kepala Sekolah, darah saya hampir meledak. Sangat tak terima dengan penipuan ini.

Bayangkan, betapa beraninya orang itu. Mengatasnamakan Lembaga Kepemerintahan. Takkah mereka sadari salah kata di status sosial media Facebook saja bisa dipenjara. Masih ingat kan, ada orang yang masuk penjara gara-gara “berkata tidak terpuji” kepada Jokowi? Apalagi ini, soal reputasi.

Terlepas dari kekecewaan saya terhadap batalnya keberangkatan itu. Setelah diselidiki, “Saya cek di mesin pencari Google email pengirim, ternyata banyak warning soal penipuan.” Ternyata kasus ini sudah lama dan beberapa kali terjadi. Bahkan udah ada korban. Anehnya, mereka masih belum diatasi. Pembohong ini harus segera dicari!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun