Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyerah Saja atau Lanjut Saja?

11 April 2023   20:49 Diperbarui: 11 April 2023   20:54 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bisa saja kita tidak benar-benar puas dan nyaman dengan kehidupan kita, karena sejatinya semua kenyamanan yang ditampilkan hanyalah sia-sia dan penuh kepura-puraan.

Siang ini saya berbincang banyak dengan Alvi, kami bicara tentang diri. Ya, sebuah misteri tabularasa yang tak pernah paripurna untuk dikenal, karena sampai kapan pun diri kita memang kompleks dan amat sangat luas.

Setiap orang tentu memiliki cerita tentang kehidupan yang berbeda-beda, entah itu kegagalan, keberhasilan, sebuah perasaan jatuh cinta ataupun sebuah kejatuhan yang mematahkan hati. Semua itu adalah realitas yang mengepung seluruh sisi kehidupan kita, kapan dan di mana saja, tanpa ada jarak dalam ruang dan waktu. 

Oleh karena itulah, mengenali entitas diri merupakan hal yang amat penting dalam kehidupan kita. Sesederhana menyadari alasan mengapa saya harus bangun pagi ini? Pertanyaan sederhana itu belum tentu dapat kita jawab dengan segera, karena tidak banyak hal tentang diri kita yang benar-benar dikenali dan dikuasi.

Dulu, saya selalu keras kepala dengan keyakinan bahwa tidak ada seorang pun yang paling mengenali diri saya, selain saya sendiri. Memanglah benar bahwa ada hal-hal esensial yang tidak harus dan tidak penting untuk diketahui orang lain, sehingga benarlah bahwa saya yang paling mengenali diri sendiri. 

Kendati begitu, ada juga hal-hal lain yang kadang tak berada dalam arah pandang saya, sehingga komentar-komentar orang lain menjadi penting untuk didengarkan dan direnungkan.

Kenyamanan Yang Semu

Dalam hidup ini, setiap orang selalu mencoba banyak hal, alasannya hanya satu; untuk menemui kenyamanan. Entah itu mencoba gaya rambut yang baru, aroma parfum yang berbeda, membaca buku genre yang tidak biasa hingga pilihan-pilihan sulit untuk berhenti dari pekerjaan, pindah jurusan kuliah, dan lain-lain.

Tidaklah pasti bahwa ada penyebab apa dibalik setiap pilihan itu, kadang orang lain akan mencibir dengan kalimat-kalimat negatif, misalnya "halah.... Gitu doang resign, gimana mau jadi bos?" atau bisa saja orang-orang terdekat kitalah yang lebih dalam menorehkan luka melalui komentar mereka. 

Bagi saya, tidak ada alasan yang terlalu penting menerima masukan, komentar dan opini orang lain di dalam hidup kita, karena seharunya kita yang lebih tahu apa kebenaran di balik tindakan dan keputusan itu.

Walaupun begitu, jangan sampai kita lupa bahwa dalam hidup ini, kehadiran orang lain menjadi penting agar dapat memberikan dukungan sosial bagi kita. Itulah sebabnya dengan sedikit merendahkan hati dan memberi kesempatan pada orang lain untuk masuk kedalam hidup kita, justru tidak selalu menjadi pilihan yang salah, karena bisa saja dengan kehadiran merekalah; hal-hal tak terpadang itu menjadi terlihat.

Bisa saja dengan adanya kehadiran orang lain berserta komentar-komentar mereka, maka rumah kempompong yang kita bangun dapat menjadi porak-poranda. Bukankah tugas mereka memang membantu kita untuk membenahi hal-hal tak terpadang itu? 

Apakah kebiasaan kita membuang sampah sembarangan di depan kos, memainkan lagu jam 2 subuh dengan volume keras, ataupun memasuki kamar orang tanpa mengetok. Kadang kita merasa itu hal-hal wajar saja, kita merasa orang lain mentoleransi hal itu, namun realitanya kita menjadi amat kesal jika hal yang sama terjadi pada kita.

Hal seperti inilah yang seharunya menjadi pertimbangan kita dan membangun kesadaran kita, benarlah bahwa tidak selalu perspektif kita tepat dan akurat. Artinya bisa saja rumah kepompong yang kita bangun untuk kenyamanan itu adalah hasil dari 'rasa nyaman yang semu.' Bisa saja kita tidak benar-benar puas dan nyaman dengan kehidupan kita, karena sejatinya semua kenyamanan yang ditampilkan hanyalah sia-sia dan penuh kepura-puraan. Untuk yang satu ini, marilah membuka diri agar kehadiran orangtua, teman, dan siapa saja bisa bermakan dan ikut memberi kesan baik bagi kesejahteraan diri dan jiwa kita.

Kacamata-kacamata Kehidupan

Hidup yang kita jalani seumpama sebuah perjalanan melewati ruang-ruang cahaya. Kadang kita berada di antara cahaya yang terlalu terang, sehingga kita memerlukan kacamata hitam untuk membantu langkah kita; kadang kita berjalan didalam keredupan dan nyaris gelap, namun tetaplah dibutuhkan kacamata untuk membantu langkah kita agar tidak terantuk. Kadangpun jalan itu baik-baik saja, cahayanya normal saja, tetapi pandangan kita kabur dan berbayang juga, maka kita membutuhkan kacamata yang tepat untuk membantu pandangan kita.

Bagi saya, kacamata kehidupan memiliki peran yang sentral dalam keseharian kita. Dengan apa kita memandang kehidupan, bagaimana pilihan-pilihan kita, rencana dan setiap keputusan yang diambil, semuanya sesuai dengan kacamata yang kita pasangkan. Kacamata itu adalah perspektif (sudut pandang) kita terhadap kehidupan ini.

Tidak semua orang dapat menyadari bahwa kehidupan yang dijalani perlu memiliki kacamata, biasanya orang-orang seperti ini masih terus mencari dan berusaha menemukan perspektif yang tepat dan nyaman baginya. Kendati begitu, kita harus menyadari dengan sungguh bahwa kadangkala kenyamanan saja tidak cukup, sehingga kita juga memerlukan pengorbanan atas kenyamanan itu sendiri.

Filsuf stoa mengajarkan kita tentang premeditatio malorum, sebuah Latihan untuk menderita. Dengan begitu akan lebih realistis dalam memandang dan menilai kehidupan, sehingga kite menjadi sadar bahwasannya hidup tak harus selalu tentang kenyamanan. Jangan-jangan kenyamanan yang kita bangun dalam wujud rumah kepompong itu adalah sia-sia, kita menyadari ancaman, tetapi berpura-pura aman dan terus mengorbankan diri kita.

Untuk itulah mengutip status whatsapp yang saya tuliskan kemarin: "Mengenal diri-lah yang akan menuntun kita kepada jalan sendu penerimaan dan kesadaran akan diri itu sendiri. Sebab di atas segala keterbatasan kita, jangan lupa, diri kitalah yang paling mampu mengenali dirinya sendiri." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun