Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mendongeng di Era Digital

28 Agustus 2021   08:53 Diperbarui: 28 Agustus 2021   09:05 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi KKN 65. Foto bersama anak-anak Dusun Sangurejo di akhir acara Sabtu Bercerita.

(pengabdian kepada masyarakat di kaki gunung merapi, Dusun Sangurejo, Kabupaten Sleman, DIY)


Mahasiwa dalam pengabdiannya 

KKN selalu menjadi momentum di mana mahasiswa mendapat ruang yang lebih untuk menyalurkan ide, gagasan, dan kreatifitasnya, secara khusus dalam menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.

Dusun Sangurejo merupakan bagian dari wilayah administrasi pemerintah Desa Wonokerto yang terletak di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini merupakan salah satu daerah wisata yang cukup memiliki pamor di antara berbagai lokasi wisata lainnya, di Kabupaten Sleman. Secara geografis lokasi Dusun Sangurejo berada di kaki gunung merapi yang merupakan salah satu aikon DIY. Keberadaannya yang strategis membuat wilayah ini dikaruniai dengan kenampakan alam yang subur, asri, sejuk dan indah.

Melalui hasil asesmen lapangan, kelompok KKN 65 Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), menetapkan sejumlah program kerja untuk membantu masyarakat setempat menyikapi persoalan yang sedang dihadapi, secara khusus di tengah pandemi covid-19. Beberapa bidang yang sangat terdampak akibat pandemi adalah kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pariwisata. Hasil observasi dan asesmen; melalui proses wawancara menemukan bahwa masyarakat yang merupakan orang tua (ayah, ibu) menghadapi sejumlah kendala dalam mendampingi anak melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Realita yang dihadapi oleh masyarakat Dusun Sangurejo juga menjadi persoalan umum yang dialami oleh semua orang tua pada saat ini. Sejumlah penelitian dalam dua tahun terakhir menemukan bahwa, salah satu kendala yang dialami oleh orang tua dalam mendampingi anak belajar adalah kurangnya kompetensi orang tua dalam mengajak serta sulitnya mengoperasikan perangkat digital. Menyikapi situasi ini, maka kelompok 65 KKN UMBY merancang  kegiatan “Sabtu Bercerita” sebagai ruang belajar dan bermain pada anak, sebab bukan hanya orang tua yang mengalami kendala. Anak-anak juga turut merasakan dampak pandemi, yaitu kejenuhan, stres akademik serta berbagai kondisi lainnya yang mengancam perkembangan anak di kemudian hari.

Program sabtu bercerita dirancang secara khusus bagi anak-anak, sebab keberadaan anak dalam masyarakat sangatlah penting. Dalam beberapa kebudayaan tertentu, keberadaan anak-anak masih dipandang biasa saja, bahwa anak-anak hanyalah mahkluk lemah yang belum tahu apa-apa, dan belum bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat. Pandangan semacam ini membuat anak-anak kerap disepelehkan oleh orang dewasa, tak jarang mereka pun rentan menjadi korban ketidakadilan, dan praktik-praktik kekerasan lainnya.

Melalui program “Sabtu bercerita” kelompok KKN 65 ingin menunjukan bahwa keberadaan anak-anak sangatlah penting, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang khusus dari siapa saja. Para ahli selalu berkata bahwa masa depan suatu bangsa dapat dilihat dari sekarang, yaitu dengan melihat kualitas generasi mudanya, seperti apa keadaan mereka hari ini, seperti itulah proyeksi masa depan bangsanya di kemudian hari.

Dokumentasi KKN 65. Anak-anak dalam kegiatan
Dokumentasi KKN 65. Anak-anak dalam kegiatan "Sabtu Bercerita" sedang mendengarkan dongeng "Lili dan Pohon Ajaib" yang diceritakan oleh Kak Anis Nurul.

Anak-anak Sangurejo Melek Teknologi

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk di dalamnya proses belajar. Ketika pandemi covid-19 mewabah di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, maka dampak yang dirasakan ialah terjadinya perubahan dalam sistem belajar yang dialami oleh siswa di sekolah. Dampak perubahan ini sejalan dengan perkembangan teknologi yang terjadi dengan sangat pesat.

Salah satu proses belajar yang turut mengalami dampak dari digitalisasi adalah aktivitas mendongeng. Kegiatan yang satu ini memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan anak. Menurut para ahli dalam bidang psikologi dan pendidikan, mendongeng merupakan salah satu aktivitas belajar yang menyenangkan dan berpotensi merangsang perkembangan kognitif anak, secara khusus dalam aspek bahasa, imajinasi dan kreatifitas.

Upaya digitalisasi dalam aktivitas mendongeng menjadi sebuah tuntutan bagi para pendongeng atau pancerita (story teller) di masa kini. Sebab dengan demikian para pendongeng dapat bercerita kepada anak-anak tanpa terhalang oleh ancaman wabah covid-19. Dampak positif dari mendongeng melalui media digital diantaranya: pendongeng dapat menjangkau pendengar atau audiens di mana saja, selain itu konten yang dibuat dapat dinikmati kapan pun tanpa ada batas waktu serta sajian melalui media digital membuat tampilan konten dapat menjadi lebih kreatif; sehingga menarik perhatian audiens, secara khusus anak-anak.

Mendongeng sampai saat masih menjadi kebutuhan yang penting bagi anak-anak, bukan hanya di kota besar tetapi juga anak-anak di Desa. Dalam program pengabdian kepada masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Diselenggarakan kegiatan bertajuk “Sabtu Bercerita” sebagai ruang edukasi kepada anak-anak di Dusun Sangurejo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Program KKN yang dijalankan oleh kelompok 65 ini, dilakakukan secara tatap muka tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pilihan kegiatan secara offline sekadar mengobati rasa rindu anak-anak di Dusun, sebab telah memasuki tahun kedua mereka harus menjalani sekolah dari rumah, sehingga kegiatan bersama teman justru jarang dilakukan.

Kegiatan sabtu bercerita dihadiri oleh lima belas anak, peserta terdiri dari siswa TK, PAUD hingga SD kelas kecil (kelas 1, 2 dan 3). Sebagai wujud mendongeng di era digital, maka kegiatan dikonsepkan dengan menghadirkan pendongeng melalui media video yang disiapkan secara khusus. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kelompok KKN 65 menggandeng Kak Anis Nurul yang merupakan pendongeng muda dari Kabupaten Magelang.

Dalam videonya, Kak Anis bercerita tentang kisah “Lili dan Pohon Ajaib” merupakan Karya Kak Imelda Naomi dengan ilustrator Kak Joy Subarjah. Walaupun dongeng ini disampaikan melalui media video namun tidak mengurangi esensi dari aktivitas dongeng yang sebenarnya. Sebab anak-anak terlihat sangat antusias mendengarkan cerita dongeng “Lily dan pohon ajaib” sampai selesai.

Tujuan utama dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menyediakan ruang edukasi dan belajar pada anak-anak, secara khusus melalui media-media digital yang saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Selain itu dongeng selalu menjadi model pembelajaran yang tepat untuk memperkenalkan nilai-nilai kehidupan dan pesan moral yang cukup abstrak, sebab melalui teknik mendongeng anak-anak akan lebih mudah untuk memahami isi atau konten dari sebuah cerita.

Agar nilai-nilai kehidupan dan pesan moral dalam cerita dapat dipahami oleh anak-anak, maka dilakukan pembagian shepered three (kelompok kecil) di mana anak-anak dapat berbagi cerita dengan teman sebayanya. Mahasiswa KKN 65 berperan sebagai fasilitator yang membantu berlangsung proses dalam kelompok kecil. Melalui kelompok kecil anak-anak diajak untuk terbuka dalam berbagi cerita tanpa harus merasa malu dan takut.

Dokumentasi KKN 65. Foto bersama anak-anak Dusun Sangurejo di akhir acara Sabtu Bercerita.
Dokumentasi KKN 65. Foto bersama anak-anak Dusun Sangurejo di akhir acara Sabtu Bercerita.

Mendongeng telah menjadi tradisi dalam berbagai kebudayaan di Indonesia, sebab sering digunakan untuk menceritakan kisah-kisah masa lalu yang sarat akan nilai, makna dan prinsip hidup. Anak-anak di era digital perlu mendengar cerita-cerita menarik yang penuh pelajaran hidup, sebab digitalisasi membuat nilai-nilai dasar kemanusiaan menjadi pudar. Oleh sebabnya budaya mendongeng harus tetap hidup, bahkan perlu untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi di masa kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun