Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Kita membutuhkan waktu yang sangat panjang, walaupun faktanya: setiap detik kita selalu bersama-sama dan berada di dalam diri sendiri. Sayangnya, belum semua orang sadar akan keberadaan dirinya. Karena pada kenyataannya kita terlalu memaksakan diri untuk memenuhi tuntuntan orang lain, menurut saya tindakan ini adalah sebuah bentuk penyangkalan terhadap diri sendiri. Bukankah kita seharusnya hidup sesuai standar dan prinsip dalam diri sendiri? Penyangkalan terhadap diri sendiri seringkali terjadi, karena kita tidak memiliki self compassion atau rasa cinta pada diri.
Suatu ketika saat saya masih di Jogja, kakak saya yang sulung menelepon dan meminta saya mengecek harga behel. Cukup terkejut karena jarang sekali ada topik se-random ini, rupanya ponakan saya yang masih SD kelas empat sedang menangis meminta dipasangkan behel. Ketika ditanya apa alasannya? Jawabannya dia merasa insecure karena melihat artis-artis masa kini yang tampil lebih cantik ketika memakai behel.
Inilah fenomena imitasi yang sempat saya singgung di awal, bahwa kita memang hidup sebaga diri sendiri tetapi dalam kenyataannya kita dikendalikan oleh keberadaan orang lain. Situasi semacam ini sangatlah tidak sehat bagi diri, secara khusus pada keadaan mental atau psikologi.
Lebih baik untuk kita hidup sesuai keadaan diri yang sebenarnya, kalaupun memilih menggunakan behel sebagai alasan treatment maka tidaklah salah. Asalkan kita melakukannya karena diri sendiri, bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain apalagi sekadar mendapat pujian sementara dari orang-orang di sekitar kita.
Semoga kita semakin menghargai hidup.
Selamat merayakan Hidup “Merdeka!!!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H