Gaya Hidup Gereja Perdana di Yerusalem
Refleksi dari Kisah Para Rasul 2:41-47
Kisah tentang awal mula komunitas Kristen dikisahkan dengan apik oleh Lukas kepada Theophilus merupakan kisah yang sangat menarik dan selalu relevan untuk didiskusikan dan diteliti dengan cermat bagi pembaca masa kini. Kisah ini menuturkan suatu pengamatan cermat akan awal mula bagaimana komunitas Kristen yang awal mulanya terdiri dari dua belas rasul Yesus dan beberapa simpatisan yang turut serta dan setia menjadi pengikutnya menjadi suatu komunitas yang mengalami suatu pertumbuhan jumlah yang demikian cepat di sepanjang daerah kekuasaan emporium Romawi masa itu.Â
Hal inilah sebagai suatu hal yang menarik bagi kita untuk dapat mempelajari hal-hal yang bermanfaat guna untuk mempelajari aspek-aspek penting apa dari kisah itu dalam menjelaskan suatu dinamika perkembangan yang cepat dalam suatu komunitas religi yang sudah mapan dari Yudaisme dan penyembahan Kaisar Romawi yang sangat berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarkat masa itu.
Baca juga: Menelisik Kultur Budaya dan Peribadatan Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan
Dalam Kisah Para Rasul 2, pembaca akan mengetahui bahwa konteks masa itu di kota Yerusalem sedang ada perayaan Pentakosta (KPR. 2:1). Saat itu di Yerusalem sedang ada festival perayaan keagamaan yang dihadiri orang-orang Yahudi perantauan dan para proselit/ penganut religi Yudaisme Abad Pertengahan dari segala suku bangsa non-Yahudi. Berdasarkan laporan Lukas dalam kisah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa mereka ini ada yang berasal dari Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Kirene (Libia), Kreta, Arab dan bahkan dari kota Roma (KPR.2:9-11).
Ditengah berlangsungnya festival Pentakosta di Yerusalem ada suatu gejala alam berupa angin keras yang mengarah ke satu rumah yang secara khusus sedang ditempat para pengikut dan simpatisan Yesus dari Nazaret yang sedang berdoa dan menantikan datang Roh Kudus. Saat itu angin keras itu ternyata pada akhirnya diberitahukan kepada pembaca sebagai pencurahan Roh Kudus kepada para pengikut Yesus ini yang memberikan dampak langsung berupa keberanian dan kemampuan untuk mengucapkan bahasa-bahasa asing yang mengungkapkan kata-kata mengenai perbuatan-perbuatan besar Tuhan.Â
Faktor inilah menjadi salah satu menarik perhatian banyak orang Yahudi dan penganut kepercayaan Yudaisme untuk tertarik mengetahui lebih lanjut akan peristiwa itu. Hal ini dapat memberikan pelajaran bagi kita masa kini bahwa Tuhan Sang Pencipta ternyata sebagai pribadi yang peduli dan turut terlibat menyatakan kemuliaanNya dan meneguhkan setiap kesaksian orang percaya dalam menyatakan Injil kepada masyarakat sekitar. Implikasinya bagi kita adalah bahwa Tuhanlah sebagai awal pemrakarsa akan kelahiran gereja atau gerakan Kristiani di bumi ini dan kita yang taat dan sedang melakukan kehendak-Nya mendapatkan jaminan penyertaan dan kemenangan dari Tuhan. Â
Pada 2:41-47 kita akan menemukan faktor teologis yang membentuk gaya hidup jemaat gereja perdana di Yerusalem ditemukan nilai-nilai teologis berupa Firman Tuhan telah memberikan otoritas pada para rasul atau Petrus yang menyampaikannya untuk menarik respon terharu karena penyingkapan dosa, bertobat, percaya, dan mengambil keputusan untuk terlibat  menjadi pengikut Kristus melalui baptisan dan multiplikasi dalam komunitas tersebut yang diperkirakan pada hari kisah itu dicatat berjumlah tiga ribu jiwa (ayat 41).Â
Baca juga: Gelar, Lambang dan Karunia Roh Kudus dalam Gereja
Kata kerja ketekunan sangat berperan dalam pembentukan kisah ini yang menjelaskan aktivitas belajar akan pengajaran para rasul (ayat 42) dan berkumpul/ bersekutu untuk memuji Allah dengan gembira dan tulus hati (ayat 46). Kedua aktivitas ini pada akhirnya mempunyai dampak langsung kepada masyarakat sekitar, seperti yang Lukas catat dengan pernyataan bahwa mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.