Mohon tunggu...
Hery The
Hery The Mohon Tunggu... -

Berbagi cerita secara lisan dan dalam bentuk tulisan merupakan kegiatan produktif seorang pembelajaran sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Apartemen Saya di Tiongkok

24 September 2014   14:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:43 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbekal sertifikat TESOL/TEFL/TESL dari Oxford Seminar dan ijasah S2 dari Manajemen, Universitas Tanjungpura, saya mengajukan lamaran untuk posisi guru Bahasa Inggris di Kampus Zhejiang YueXiu University of Foreign Language (ZYUFL). Pekerjaan ini menjadi impian bagi banyak guru-guru Bahasa Inggris di mana bahasa tersebut bukan merupakan bahasa pertama, namun dipandang sebagai pekerjaan paling mudah dan paling rendah di negara di mana Inggris merupakan native language. Bagi saya kesempatan belajar dari pengalaman lebih penting daripada posisi sosial. Maka saya siap menghadapi segala risiko dengan menerima pekerjaan ini.

1411518501684597345
1411518501684597345
Untuk mendapatkan kontrak setahun di ZYUFL tidaklah mudah. Seluruh proses, mulai dari aplikasi, negosiasi kontrak, pengurusan visa, sampai dengan keberangkatan ke tempat tugas tidak mudah. Perlu waktu hampir setahun sampai dengan akhirnya saya masuk ke dalam lingkungan kampus Jinghu. Kampus ini disebut juga kampus baru YueXiu dan letaknya di pinggiran kota, di daerah sekitar industri yang jauh dari keramaian kota. Untuk mencapai kampus lama, kampus Jishan, yang terletak sekitar 45-50 menit dengan bus saya dapat menggunakan bus sekolah yang tersedia 4 kali dalam sehari atau dengan menggunakan bus umum bernomor 188.

Perasaan pertama yang saya alami ketika menginjakkan kaki saya di dalam apartemen adalah ingin menangis membayangkan betapa sulitnya kehidupan guru-guru kita di Indonesia. Apartemen saya berada di gedung 2, lantai 6 dan terletak berdekatan dengan pintu gerbang Timur kampus di mana saya dapat dengan mudah naik bus menuju pusat-pusat keramaian kota Shaoxing. Menurut orang-orang lokal apartemen yang dipinjamkan kepada saya secara cuma-cuma selama masa kontrak berukuran standar, namun bagi saya tempat ini sangat istimewa, bahkan jauh di atas kamar kecil saya di Hale Manoa ketika studi di University of Hawai’i at Manoa. Biaya-biaya yang saya keluarkan selama ini untuk tiket berangkat dan pengurusa visa juga terasa terbayarkan.

14115185451518633187
14115185451518633187
Bagaimana tidak istimewa, saya memiliki kamar pribadi yang sangat luas dilengkapi dengan sebuah meja kerja, lemari pakaian, dan tempat tidur. Kamar juga dilengkapi dengan AC, meskipun tidak ada mesin pemanas yang mungkin akan saya perlukan ketika musim dingin tiba nanti. Teras di luar kamar dapat saya gunakan untuk menjemur pakaian dan juga mencuci pakaian. Mesin cuci pribadi tersedia untuk melaksanakan tugas tersebut. Di kamar saya juga tersedia jaringan Internet, meskipun saya harus say good bye pada Mr. Google sejak saya masuk ke negeri ini. Untuk wifi, saya sudah siap sedia router yang memang saya bawah ketika berangkat ke manapun.

1411518636379204526
1411518636379204526
Selain kamar tidur yang super luasnya, apartemen ini juga dilengkapi dengan dapur yang tentu saja akan membuat saya betah untuk tinggal di rumah. Untuk menikmati teh atau kopi hangat saya tidak harus repot-report mampir di Starbucks yang lokasinya sekitar 3 mil (Kurang lebih 1,5 km) dari kampus. Namun, untuk mencari makan di kampus sebenarnya tidaklah sulit. Kampus telah dirancang sedemikian rupa seperti sebuah kota kecil, di mana tersedia supermarket, kantin yang sangat besar, salon untuk potong rambut, kantor pos, dsbnya. Makanan di kampus juga dibuat sedemikian rupa lebih murah dari makanan di luar. Dengan harga 6 yuan – 10 yuan, guru dan mahasiswa sudah bisa makan kenyang dan menikmati semua kelezatan menu-menu makanan Tiongkok.

14115186631505074256
14115186631505074256
Bagaimana dengan ruang tamu saya? Satu hal yang banyak dikeluhkan oleh guru-guru bangsa asing lainnya adalah di ruang tamu tidak tersedia sofa. Namun bagi saya sofa tidak penting, toh ruang ini lebih dirancang sebagai ruang makan. Tersedia sebuah meja makan dengan 6 kursi, televisi yang tentunya hanya memiliki siaran berbahasa mandarin, kulkas, dan sebuah microwave. Bagi saya yang wong deso, ruang makan yang sekaligus ruang tamu ini sudah jauh di atas standar kehidupan saya di Indonesia. Apalagi semuanya sudah disediakan secara gratis.

Untuk sementara ini yang bias saya tulis. Maaf bagi teman-teman yang menunggu posting saya di weebly. Mulai September ini banyak tambahan website asal negeri paman Sam yang telah difilter dari daftar akses di sini, termasuk di dalamnya adalah Gmail dan (mungkin juga) weebly. Jadi, mudah-mudahan saya tetap bisa berbagi cerita di sini di Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun