Tulisan ini adalah pengalaman yang saya alami ketika menjalankan sebuah usaha bersama dengan seorang teman yang saya pilih menjadi partner bisnis. 2 tahun yang lalu, tepatnya di bulan September 2021, aku bersama teman saya membuka usaha konveksi.
Pertimbangan usaha konveksi saya pilih karena teman saya itu berprofesi sebagai tukang jahit. Jadi saya rasa, sangat tepat kalau pada saat itu, saya memilih menjalankan usaha konveksi. Harapannya akan membawa keuntungan yang besar, eh akhirnya malah jadi buntung.
Dan yang menambah keyakinan saya untuk menjadikannya sebagai rekan bisnis adalah profesi dia sebagai seorang pendeta yang dalam persepi awal ku tidak akan mungkin berbuat curang kepada ku.
Awalnya, setelah ajakan untuk membuka usaha konveksi dia terima, akhirnya kami pun bersepakat untuk segera membuka usaha tersebut. Seminggu berikutnya, kami membeli peralatan yang diperlukan seperti mesin jahit, obras, mesin potong. Total biaya yang habis untuk membeli semua peralatan itu berjumlah belasan juta rupiah. Dan itu semuanya menggunakan uang saya, artinya saya adalah pemodal aktif, sementara teman saya itu tidak ada sharing modal atau hanya sharing keahliannya sebagai tukang jahit.
Semua peralatan yang sudah dibeli, kami sepakati untuk ditempatkan dirumah kontrakannya. Karena mengingat tidak ada tempat yang tepat untuk menempatkannya. Dan juga akan menambah biaya pengeluaran lagi kalau cari kontrakan yang baru khusus untuk itu. Dan saya fine-fine saja kalau semua peralatan itu ditempatkan dikontrakannya dan saya percaya itu akan aman -aman saja. Dan bisa dikatakan semua didasarkan karena rasa percaya yang begitu besar.
Setelah berjalan beberapa bulan, ternyata usaha belum menunjukkan hasil. Walaupun sudah kami lakukan promosi kepada teman-teman dekat, kepada rekan kerja dan perusahaan terdekat yang ada didaerah kami berdomisili. Bahkan hingga 1 tahun usaha berjalan, belum ada juga pesanan yang kami terima. Sementara dalam proses menuju 1 tahun berjalan, teman saya ini sudah meminjam uang beberapa kali untuk keperluan penambahan peralatan seperti meja potong dan perlengkapan lainnya.
Dan saya anggap itu sebagai modal yang harus saya keluarkan untuk menunjang kelancaran usaha konveksi dan modal itu adalah saya semua yang menanggungnya.
Singkat cerita, masuk tahun ke-2 usaha masih stagnan dan belum menunjukkan hasil, atas informasi dari seorang petugas bank, memberitakan kepada saya kalau teman saya ini sudah punya utang di bank dan sudah lama nunggak pembayaran cicilannya. Informasi dari bankir ini saya pastikan dengan mendatangi kontrakan dimana dia tinggal.
Akhirnya terkuak, kalau dia sudah tidak menempati kontrakan itu dan mengalihkannya kepada orang lain. Dari orang baru yang menempati kontrakan itu saya mengetahui perbuatan curang dari teman saya ini. 1 mesin jahit yang saya beli, sudah tidak ada. Orang yang menempati kontrakan itu bercerita kalau mesin jahit itu sudah dia gadaikan kepada orang lain. Usut punya usut, ternyata dia sudah memiliki utang dimana-mana.
Dari pengalaman saya diatas, bisnis yang harapannya membawa keuntungan ternyata jadi buntung, semua itu tidak terlepas dari kelalaian yang harus dihindari ketika menjalani usaha bersama dengan partner bisnis, diantaranya :
1. Jangan Pernah Mudah Memilih Rekan Bisnis
Hindari untuk terlalu percaya dan mudah dalam menentukan rekan bisnis tanpa mengetahui latar belakangnya dengan jelas. Hal ini untuk mengetahui track record dari teman atau rekan yang akan kita ajak baik atau tidak. Ini untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan di belakang hari. Jadi usahakan untuk memilih rekan bisnis itu adalah orang yang punya latar belakang jelas, track record yang baik, tidak punya utang dimana-mana, jujur dan tidak curang.
2. Jangan Pernah Menanggung Modal Usaha Secara Sendiri
Kesalahan saya dalam menjalankan bisnis bersama rekan saya itu adalah tidak adanya sharing capital. Saya bertindak sebagai pemodal untuk seluruhnya atau pemodal aktif.
Ternyata itu tidak baik bagi kebaikan sebuah usaha. Perlu adanya sharing capital diantara masing-masing rekan bisnis. Sharing capital ini adalah untuk membiayai semua modal usaha seperti peralatan, produk, operasional termasuk rumah atau toko.
Hal ini dipandang perlu untuk mengantisipasi tingkat kerugian yang dialami apabila yang menjadi pemodal adalah satu orang. Ketika sharing capital dilakukan, maka masing-masing orang akan menanggung beban yang sama baik itu keuntungan maupun kerugian.
3. Deal-deal Kesepakatan Yang Jelas Di Awal Pembicaraan
 Pastikan setiap deal-deal kesepakatan dibicarakan dengan jelas di awal. Hal ini untuk memberikan rule atau aturan main yang jelas ketika menjalankan usaha nanti. Hal-hal yang dianggap penting untuk dibicarakan di awal secara jelas, misalnya seperti siapa mengerjakan apa, persentase modal dari masing-masing orang, profit sharing, dan perhitungan-perhitungan lainnya yang dianggap perlu untuk menghindari kesalahpahaman dalam hal keuntungan maupun kerugian.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI