Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Pernah Ceritakan Kebahagiaanmu Kepada Orang Lain

14 September 2023   10:55 Diperbarui: 14 September 2023   11:06 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah gak kita merasa senang karena kita mendapat sesuatu, apa yang kita inginkan tercapai, baru saja travelling ke luar negeri, atau sukses dalam pekerjaan, bisnis, dan semua apa yang ada padamu yang membuat mu bahagia, lantas kamu menceritakan nya kepada teman-teman mu atau kepada siapa saja yang ada di lingkaran pertemananmu?

Sah-sah saja kalau kita menceritakan kepada siapapun tentang kebahagiaan kita, dengan harapan kita akan mendapat pujian dan sanjungan dari orang-orang yang mendengar cerita mu. Siapa sih yang suka di puji dan disanjung ? Mendapat pujian dan sanjungan adalah puncak tertinggi dari seorang manusia. Itu mengapa ada ambisi dari setiap manusia untuk meraih kesuksesan, hanya untuk mendapatkan pujian dan sanjungan.

Dan ada prinsip dalam hidup, tidak afdol kalau kita tidak berbagi kebahagiaan itu kepada orang lain. Kebahagiaan kita akan semakin lengkap ketika kita mendapat pujian dan sanjungan atas apa yang kita capai dan atas semua hal-hal yang membuat kita bahagia.

Tanpa kita sadari, sikap menceritakan kebahagiaan kita kepada orang lain, adalah manipulasi dari sikap show off atau pamer dari diri kita. Sikap pamer adalah sesuatu yang cenderung memiliki konotasi negatif yang tidak baik dalam kehidupan sosial.

Pernah gak kita menyadari, ketika kita menceritakan kepada orang lain kebahagiaan kita, itu salah satu bentuk tidak memiliki empati terhadap orang lain. Karena kita tidak tahu keadaan mereka ketika kita menceritakan kepada mereka. Bisa saja ada diantara teman-teman kita itu sedang punya masalah keuangan, persoalan kehidupan yang membuat hidupnya sedang tidak baik-baik saja.

Ketika kita menceritakan kehidupan kita yang lagi bahagia, senang, kepada teman-teman yang mungkin saja ada hidupnya sedang tidak baik-baik saja, mungkin hal itu akan menambah kesedihannya karena akan ada sikap membandingkan hal-hal yang menyenangkan yang dia dengar dengan keadaan hidupnya yang sedang tidak baik-baik saja. Yang mendengar mungkin akan berkata dalam dirinya, " Hidupnya enak ya, bahagia, tidak seperti hidupku banyak masalah, uang ku pas-pasan, tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan ".

Selain menambah kesedihannya, sikap pamer kita kepada teman-teman kita, akan menimbulkan rasa iri dalam diri teman-teman atau orang yang mendengarnya. Tentu hal ini tidak baik dalam sebuah hubungan kehidupan sosial, akan dibungkus dengan rasa iri satu diantara yang lain.

Hal yang paling nyata kita lihat dari sikap pamer manusia adalah postingan kemewahan di media sosial. Setiap orang ingin dikenal dan terkenal, itu mengapa setiap orang sebisa mungkin memposting di akun media sosial mereka segala sesuatu kebahagiaan, kesuksesan, pencapaian-pencapaian mereka.

Dengan tidak menceritakan apa yang ada pada kita termasuk kebahagiaan, pencapaian-pencapaian dan kesuksesan kita kepada teman atau sahabat atau siapapun dilingkaran pertemanan kita, kita sudah menunjukkan sebuah sikap menghargai terhadap orang-orang yang ada didekat kita ketika ada dalam sebuah obrolan bersama mereka.

Karena kita harus menyadari, bahwa hak kita selalu dibatasi oleh adanya hak orang lain. Bentuk penghargaan kita sebagai manusia satu dengan yang lain, adalah memiliki rasa empati terhadap setiap kondisi mereka.

Dengan tidak menceritakan atau menunjukkan segala kebahagiaan kita, kita sudah menunjukkan rasa empati terhadap orang lain dan turut merasakan apa yang mereka rasakan. Secara tidak langsung kita sudah membatasi diri kita untuk tidak membuat mereka merasa iri hati dan tidak membuat mereka membandingkan keadaan mereka dengan keadaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun