Pasar adalah etalase bagi perekonomian sebuah negara. Setiap hari perputaran uang terjadi disana dengan adanya aktivitas perdagangan. Pasar kerap kali menjadi tempat bagi sebagian besar kalangan masyarakat untuk berbelanja kebutuhan dapur sehari-hari.
Mayoritas pedagang di pasar adalah masyarakat yang menjadikan aktivitas berjualan sebagai sumber penghasilan mereka. Pedagang di pasar sangat jauh dengan yang namanya kapitalis atau pemilik modal.
Mereka hanyalah masyarakat biasa, yang menjajakan dagangannya yang mereka peroleh dari produsen langsung atau penghasil tangan pertama. Atau bahkan bisa saja mereka sudah dapat dari tangan kedua atau sudah melewati jalur distribusi.
Namun ada juga, sebagain kecil pedagang, seperti petani atau produsen yang langsung menjajakan hasil pertaniannya kepada konsumen dengan harga mungkin relatif lebih murah karena menjual tanpa melalui jalur distribusi.
Hal yang unik yang kita lihat di pasar, salah satunya adalah adanya interaksi sosial yang sangat kental diantara pembeli dan penjual saat melakukan transaksi jual beli. Hal unik itu adalah perilaku tawar menawar antar pembeli dan penjual. Dan pada umumnya, pembeli adalah satu-satunya pihak yang pertama melakukan penawaran harga dagangan yang mau dia beli.
Perilaku tawar menawar ini tidak akan kita temui ketika berbelanja ke pusat perbelanjaan yang menjajakan dagangan yang sama di pasar konvensional/tradisional. Dan ini yang membuat pasar konvensional atau tradisional masih mendapat tempat bagi sebagian konsumen kita.
Namun yang menjadi masalah dari perilaku tawar menawar ini adalah, ada pembeli yang menawar dengan harga yang sangat jauh. Misalnya saja beli sayur dengan harga kita katakan lah 3 ribu, ada saja pembeli yang dengan tanpa sadar tega nawar supaya harga dikurangi jadi 2 ribu. Padahal, mungkin untung yang diambil pedagang dari harga sayur itu hanya seribu.
Dan kalau kita tawar lagi supaya harganya kurang, lantas berapa lagi untung yang mereka dapatkan. Tentu ini tidak baik bagi pedagang untuk bisa memperoleh untung yang layak.
Karena bagaimanapun praktik dagang yang kita temui di pasar tradisional adalah bersifat heterogen karena banyak pedagang yang bisa menjual beberapa dagangan yang sama. Sehingga praktik monopoli itu sangat jarang terjadi di pasar tradisional, dan akibatnya harga yang terbentuk di pasar antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain kemungkinan besar adalah sama. Kondisi ini yang membuat pedagang sangat kecil kemungkinannya mengambil untung yang banyak dari setiap jenis barang dagangannya.
Tidak seperti praktik dagang di pusat perbelanjaan modern yang cenderung bersifat monopoli atau satu perusahaan dagang menjual bermacam jenis barang dagangan.
Tanpa melakukan penawaran harga ketika berbelanja di pasar tradisional, kita sudah membantu perekonomian para pedagang di pasar untuk tetap bisa bertahan dan memiliki fondasi keuangan yang stabil ditengah gempuran munculnya pusat-pusat perbelanjaan modern yang lebih nyaman dengan mesin pendingin ruangan yang membuat konsumen lebih tertarik untuk berbelanja kesana.
Karena bagaimanapun, pedagang di pasar tradisional adalah masyarakat yang setiap harinya berjuang untuk bisa bertahan hidup ditengah-tengah situasi perekonomian yang semakin sulit. Kalau bukan kita sebagai pembeli atau konsumen yang membantu perekonomian mereka, lantas siapa lagi.
Mereka bukanlah kaum kapitalis atau pemilik modal yang besar, yang mengambil keuntungan dalam jumlah besar. Mereka hanyalah pedagang kecil yang mengambil untung yang sewajarnya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H