Sebagai mahluk sosial, tentu kita butuh hidup berdampingan dengan orang lain. Oleh karena itu, kita pasti butuh teman untuk mengisi kehidupan sehari-hari kita. Ga tau gimana rasanya kalau kita tidak memiliki teman dalam kehidupan sosial kita. Apa-apa sendiri menjalani setiap harinya.
Namun sekarang, kadang-kadang pertemanan kita itu tidak lagi sepenuhnya benar-benar memang untuk saling melengkapi satu sama lain. Pertemanan yang ada saat ini lebih cenderung kepada bicara keuntungan apa yang didapat ketika menjalin pertemanan diantara masing-masing orang. Dengan kata lain, ketulusan itu sudah mulai mengalami pergeseran dan hampir luntur.
Orang semakin susah untuk menemukan teman yang benar-benar bisa saling melengkapi dan saling mengerti dalam segala keadaan dan situasi dari masing-masing personal. Teman itu selalu ada di saat susah, sedih dan senang.
Kita cenderung menjaga jarak dengan orang yang kita kenal dan tidak terlalu erat dalam menjalin pertemanan. Akibatnya, kita memilih untuk berbicara hal-hal yang umum saja dan tidak untuk hal-hal yang bersifat privasi. Ada sikap profiling terlebih dulu, untuk benar-benar mengenal, orang yang kita ajak bicara itu apakah layak untuk dijadikan teman dekat atau sahabat atau memang hanya layak untuk dijadikan sekedar teman biasa.
Tapi kenyataan yang ada saat ini, kebanyakan teman itu cuman ada pada saat keadaan lagi senang-senang aja. Sebaliknya, pada saat lagi susah atau dalam duka dan sedih, teman kita itu tidak tau kemana (ngacir menjauh).
Kembali lagi kepada hubungan sosial dengan manusia, ada besar kemungkinan kita pernah merasa disakitin atau dikecewain sama teman atau orang lain yang kita kenal. Terutama rekan kerja di kantor, mungkin dikarenakan adanya faktor persaingan dalam dunia kerja menjadi alasan utama, rekan kerja kita itu tega untuk melakukan perbuatan yang bisa menyakiti kita atau mengecewakan kita.
Kita sebut saja, rekan kerja kita menjelek-jelekkan kita di depan pimpinan, memandang rendah siapa kita, memfitnah atau bahkan mensabotase pekerjaan yang kita lakukan. Atau bahkan atasan kita bersikap semena-mena terhadap diri kita hingga merendahkan kita karena keegoisan dari atasan. Tentu ini membuat kita menjadi sakit hati, bahkan sampai pada titik memiliki perasaan dendam.
Namun, kalau kita sadari, ketika kita merasa sakit hati dan dendam karena disakiti oleh siapapun baik itu rekan kerja atau atasan kita, ternyata itu salah dan mungkin itu adalah sikap yang membuat kita berdosa karena kita menyimpan rasa sakit hati hingga menjadi dendam, kalau kita biarkan berkepanjangan tentu akan berdampak tidak baik kepada kita.
Ketika menyimpan rasa sakit hati hingga dendam, selain itu adalah dosa, hal kedua adalah itu sangat tidak baik untuk kesehatan dan kebahagiaan hidup kita. Kita akan dihantui oleh perasaan tidak bahagia selama kita tidak melepaskan rasa itu dari diri kita.
Supaya kamu menjadi lepas dan merasa lega dari semua perasaan sakit hati, benci dan dendam, mungkin cara terbaik untuk membalaskan dendam atas rasa sakit hati dan rasa dendam kita itu, adalah dengan memaafkan mereka yang menyakitimu, dan memiliki sikap dan pemikiran bahwa mereka yang menyakitimu itu adalah orang-orang yang numpang lewat dari kehidupanmu, mereka bukanlah bagian yang penting dalam hidupmu.
jadi, mulai hari ini, jangan pernah ambil pusing dengan orang-orang yang menyakitimu karena mereka itu bukanlah siapa-siapa bagi dirimu, dan fokuslah senantiasa kepada setiap impian-impianmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H