Beberapa minggu yang lalu saya bertemu dengan founder dari Roda Hijau sebuah startup yang bergerak dalam isu lingkungan di kota Medan. Dalam perjalanannya, sang founder bersama rekan-rekannya menjalankan roda hijau dengan memberikan edukasi kepada masyarakat agar mulai memilah sampah dimulai dari rumah ataupun dari diri sendiri.
Sejak berdiri tahun 2017 hingga saat ini, Roda Hijau sudah berkontribusi dalam mengkampanyekan gerakan memilah sampah dan memberdayakan masyarakat untuk menjadikan sampah memiliki nilai ekonomis dimana dengan memilah sampah di tempat penampungan sementara atau drop point kemudian di jual ke industri daur ulang.
Hingga saat ini, Roda hijau sendiri sudah mempunyai jadwal angkut untuk mengangkut sampah rumah tangga yang sudah dipilah sesuai dengan jenisnya yang kemudian diangkut untuk di drop di satu penampungan atau dikenal dengan istilah TPS 3R (Tempat pengelolaan sampah Reduce Reuse Recycle).
Dari diskusi bersama sang founder, saya mendapatkan pemahaman dan ilmu yang baru yang memperkaya cara berpikir dan membuka cakralawa pemahaman akan pengtingnya memilah sampah dari sudut pandang yang lebih luas.
Berangkat dari diskusi itu, ternyata memunculkan kesadaran bahwa kalau setiap orang di negara ini tidak memiliki kesadaran akan arti pentingnya pengelolaan sampah (waste management) yang terimplementasi dalam tindakan memilah sampah, tentu sampah akan menjadi ancaman yang serius bagi keberlangsungan kehidupan lingkungan dan manusia.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui bahwa pada 2020 total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari.
Berdasarkan data yang dipaparkan The Economist Intelligence Unit tahun 2017, Indonesia menyandang gelar penyumbang sampah terbesar kedua di dunia.
Berangkat dari data dan diskusi bersama founder roda hijau, ternyata sampah ini kalau tidak diatasi sedini mungkin tentu akan berbahaya.
Dibutuhkan peran serta masyarakat untuk berkolaborasi bersama komunitas, organisasi nirlaba dengan pemerintah untuk bersama-sama mengatasi permasalahan sampah yang tiap tahun mengalami peningkatan dalam jumlah produksi yang berakhir di TPA.
Berkaca dari situasi yang ada, dibutuhkan peran serta generasi muda untuk mau berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sampah dengan memulai memiliki niat untuk peduli terhadap sampah.