Danau toba merupakan kebanggaan masyarakat sumatera utara khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah sekitarnya. Pesonanya yang begitu indah membawa berkah dimana menjadi sumber mata pencaharian bagi ekonomi lokal masyarakat di daerah sekitarnya.
Berbagai jenis kegiatan usaha berbasis wisata alam yang masyarakat tawarkan bagi para wisatawan yang berkunjung. Mulai dari jasa penginapan, rumah makan, akomodasi sarana dan prasarana penunjang bagi pengunjung untuk menikmati keindahan danau toba dari dekat atau bahkan secara langsung mengarungi keindahannya.
Akan tetapi miris melihat ketika kondisi dan keindahan danau toba saat ini sudah mengalami gangguan hingga level kerusakan ekosistem dimana ditunjukkan dengan kondisi terjadinya pencemaran air secara masif dan masalah kebersihan sebagai akibat penyebaran sampah dimana-mana.
Satu dekade sebelumnya, kita bisa melihat pinggiran danau toba masih jernih dan bersih, dan penyebaran sampah tidak begitu banyak. Sangat kontras dengan kondisi saat ini. Air di pinggiran danau sudah kotor dan tidak jernih dan sampah bertebaran dalam jumlah yang begitu banyak di seluruh penjuru Danau Toba.
Kondisi ini cukup memberikan gambaran penilaian bagi kita bahwa bahwa keindahan dan kebersihan danau toba lebih buruk saat ini dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya.
Hal ini kurangnya kesadaran dari masyarakat dan pengunjung untuk mau membuang sampah pada tempatnya. Aktivitas keramba jaring apung yang semakin masif jumlahnya juga menjadi penyebab utama rusaknya ekosistem danau.
Pemberian pakan yang mengandung bahan kimia membuat pencemaran bagi berbagai jenis biota yang ada di dalam danau. Indikator pencemaran itu dapat kita lihat dari peningkatan pertumbuhan eceng gondok, adanya kita temukan ikan mati yang mengapung dipermukaan air yang disebabkan oleh kandungan zat kimia dari pakan ikan tersebut.
Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus, mengingat potensi penerimaan dari sektor pariwasata yang menopang kehidupan ekonomi masyarakat lokal sangat besar. Tentu harus segera diambil rencana dan aksi yang konkret serta nyata dampaknya dalam rangka menangani permasalahan kebersihan dan pencemaran air danau toba yang sudah semakin tinggi.
Pemerintah serta lintas tokoh pecinta lingkungan serta peran serta masyarakat harus bahu membahu untuk memiliki niat untuk melesatarikan ekosistem danau toba.
Ada berbagai cara untuk dapat melestarikan ekosistem danau toba :
Yang pertama, dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pembersihan sampah secara berkala oleh intansi terkait yaitu dinas kebersihan bekerja sama dengan dinas pariwisata serta menerapkan peraturan yang ketat dan tegas terhadap tindakan membuang sampah sembarangan dan juga penambahan fasilitas tempat sampah yang memadai.
Ini harus menjadi agenda setiap instansi terkait yang dimasukkan ke dalam rencana dan aksi (Action and Plan) yang menjadi lampu suar bagi program kerja nyata pemerintah dalam menjaga kebersihan dan keindahan danau toba.
Selain itu pemerintah harus memberikan pemahaman kepada masyarakat terlebih pengunjung untuk memiliki sikap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah pada tempatnya.
Ini merupakan implementasi dari gerakan revolusi mental serta memberikan pemahaman secara terus menerus sehingga tertanam dalam benak masyarakat, bahwa dengan menjaga kebersihan dan kelestarian serta keindahan danau toba akan menarik minat pengunjung lebih banyak lagi yang nantinya akan menggerakkan ekonomi masyarakat lokal serta menjadi tujuan utama kunjungan wisatawan.
Yang kedua, pemerintah harus berani mengevaluasi jumlah Keramba Jaring Apung yang sudah melebihi kapasitas produksi yang ditetapkan dimana sesuai Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/213/KPTS/2017 maksimum kapasitas produksi 10.000 ton per tahun. Saat ini, produksi ikan budidaya di Danau Toba enam kali lipat dari rekomendasi yakni, 65.000 ton per tahun. Kotoran atau feses ikan membuat kondisi perairan danau ini buruk. Pemerintah juga harus mengevaluasi ijin usaha kegiatan keramba jaring apung (KJA) yang tidak memperhatikan aspek AMDAL zero percent. Jika tidak mampu memenuhi syarat tersebut, pemerintah harus berani mencabut ijin usahanya.
Yang ketiga, melakukan pembersihan eceng gondok. Disini dibutuhkan peran dari dewan kerajinan nasional (Dekranas) untuk mengolah eceng gondong menjadi berbagai produk kreativitas.
Dalam hal ini, masyarakat diberdayakan untuk dapat mengolah eceng gondok menjadi produk-produk kreatif yang dapat memberikan nilai tambah ekonomis bagi mereka.
Yang keempat, dapat dilakukan dengan cara memberikan suatu unsur yang dapat memberikan keseimbangan terhadap ekosistem danau toba. Tentu peran lembaga penelitian dibutuhkan untuk menemukan jenis senyawa yang dapat dipakai untuk menyeimbangkan ekosistem Danau Toba.
Semua rencana dan tindakan nyata pelestarian ekosistem sangat perlu dan mendesak dilakukan oleh semua pihak, mengingat Pemerintah Pusat yang telah menetapkan Kawasan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Parawisata Nasional (KSPN) atau salah satu Destinasi Super Prioritas, akan menjadikan Danau Toba sebagai pusat wisata berbasis alam, geosite, wisata berbasis pendidikan dan akan menggerakkan perekonomian masyarakat lokal sehingga kesejahteraannya semakin meningkat.
Tulisan ini merupakan refleksi dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang diwujudkan dengan menjaga kualitas air danau toba sehingga keberadaan Danau Toba dengan kandungan air yang bersih mendatangkan kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar.
Selamat Hari Air Sedunia, 22 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H