Ulos adalah identitas bagi suku batak yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sarat dengan makna menempatkan ulos sebagai produk warisan budaya yang harus dilestarikan.
Sering dipakai dalam berbagai upacara adat suku batak, hari ini ulos sudah mengalami perluasan penggunaan dengan dikembangkan menjadi produk turunan fashion bernilai tinggi.
Dari tangan seorang partonun (penenun), ulos tercipta dengan berbagai motif yang mempunyai arti masing-masing.
Hari ini, pelestarian ulos sebagai warisan budaya suku batak menghadapi tantangannya tat kala dihantui oleh minimnya kecintaan dari generasi muda untuk mewarisi ilmu bertenun dari orangtuanya atau dari generasi tua yang berprofesi sebagai partonun (penenun).
Realitas hari ini menunjukkan bahwa telah terjadinya kelangkaan partonun (Penenun) di berbagai daerah di Sumatera Utara.Â
Hal ini diungkapkan oleh Sandra Niessen seorang ahli antropologi dari Belanda.
Selama hampir 30 tahun melakukan riset di Sumatera Utara, Sandra Niessen mengungkapkan bahwa tradisi tenun ulos batak sudah hampir punah.Â
Hal ini disebabkan karena terjadinya kelangkaan jumlah partonun (penenun) yang saban tahun semakin menurun jumlahnya.
Tidak adanya regenerasi dari generasi tua kepada kaum muda untuk melanjutkan profesi yang mulia ini menjadi penyebab utama kelangkaan jumlah partonun di Sumatera Utara khususnya di tanah batak.
Walaupun pada dasarnya mereka (baca: Partonun (para penenun)) yang sudah tua sangat ingin membagi pengetahuannya supaya tradisi tenun bisa diteruskan kepada generasi muda.Â