Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sujud dan Membasuh Kaki Ibu, Untuk Semua Kesalahanku

22 Desember 2020   22:27 Diperbarui: 25 Desember 2020   02:49 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perasaan kecewa dan sedih ketika mengalami kegagalan adalah hal yang wajar yang harus diterima. Aku merenung dan berkontemplasi mengapa aku selalu gagal di saat-saat tahap akhir. Kenapa gagalnya tidak di tahap awal saja.

Suatu ketika setelah menyelesaikan kegagalan ujian tahap akhir, aku pergi ke salah satu kampus negeri di daerah ku tinggal.

Dibawah pohon rindang, aku duduk merenung sejenak. Meratapi nasib dan bahkan hingga meneteskan air mata. ada apa dengan nasibku? Begitu lah pertanyaan yang muncul didalam hati dan pikiran.

Ada sesuatu yang tidak beres makanya aku seperti ini. tetapi pada saat itu aku tidak menemukan jawaban atas kegagalan demi kegagalan yang ku alami.

Sepertinya aliran rejeki ku ada yang menghambat. Namun pada saat itu sebagai manusia aku harus bersikap optimis.

Hingga pada suatu ketika pada hari minggu di bulan Desember 2014, aku berwisata bersama teman-temanku ke salah satu tujuan wisata didaerah tempat tinggalku. Saat diperjalanan, secara terbuka aku menceritakan kepada temanku tentang apa yang kualami saat itu.

Perasaan gundah, kecewa, sedih dan kegagalan-kegagalan ku, aku sampaikan padanya apa adanya. Aku bercerita kepadanya karena memang aku butuh teman untuk berbagi kesedihan. Karena sebagai manusia, kita tentu membutuhkan orang lain dalam hidup kita.

Termasuk juga aku bercerita tentang hubungan ku yang kurang baik dengan ibuku. Dan selepas mendengar semua keluh kesah ku, dia berkata pada ku, " Coba kamu berdamai dengan ibu kamu", siapa tau itu menjadi penghalang rejekimu. Dan bisa saja itu yang membuat kamu mengalami kegagalan-kegagalan ini semua.

Seketika hati ku tergerak dan pikiran ku terbuka mengikuti apa yang disarankannya. Dan aku berkata dalam hati bahwa aku akan meminta maaf kepada ibu ku untuk semua kesalahan-kesalahanku yang bahkan hingga membuat perasaan ibu terluka.

Tidak lama setelah itu, keesokan harinya,  pada saat menjelang malam, niat untuk meminta maaf semakin menggebu-gebu dalam diriku.

Waktu itu pukul 7 malam, aku mengambil air hangat yang kutaruh didalam baskom dan lap tangan didalamnya. Aku menghampiri ibu yang sedang duduk dikursi dan meletakkan air hangat dalam baskom lalu sujud menyembah dikakinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun