Sudah memasuki hari ke-16 masyarakat global melakukan Social Distancing. Kata yang cukup populer di tengah-tengah masyarakat sebagai istilah, menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya. Jika sedang berpas-pasan dengan keluarga, teman, pasangan, rekan kerja atau yang lainnya dengan menggunakan salam Namaste, serta melakukan kontak antar sikut dan kaki.Â
Ketika mendengar kata karantina, rasa takut sudah mulai tumbuh di benak kita masing-masing, karena peristiwa ini menjadikan masyarakat dunia dalam posisi siaga satu. Untuk mengatasi rasa takut tersebut, terciptalah hashtag #StayHome dan #StaySafe demi menguburkan penggunaan kata karantina demi meredakan ketakutan tersebut.
COVID-19 atau dipanggil dengan nama Coronavirus Disease 2019, secara tidak langsung memerintahkan manusia agar menghentikan aktivitasnya masing-masing.Â
Virus yang tidak bisa dilihat secara kasat mata sanggup membuat kita terpisah dengan orang-orang terdekat. Sementara ini, kita tidak bisa untuk memeluk ibu dan ayah, mencium pacar, serta menyapa dengan teman-teman.
Beruntungnya kita hidup di era yang serba cepat, mudah, dan murah. Penggunaan aplikasi yang bernama Zoom semakin marak dipakai. Tercipta lagi istilah Work from Home di mana para pekerja akan menerima pekerjaan dan menyelesaikannya di depan layar Laptop atau Komputer.Â
Bagi mereka yang sedang kuliah, mahasiswa akan menerima materi pembelajaran secara online. Tanpa adanya kontak fisik dengan keluarga, pacar, dan teman-teman. Setidaknya dahaga rindu sudah bisa terpuaskan. Mungkin begitu.
Tidak cuma berbahaya bagi manusia, COVID-19 pun menampar sisi sosial manusia. Sebelum terjadinya pandemi ini, kita sebagai manusia modern. Kita masih aman untuk berkumpul dengan keluarga, hangout dengan teman-teman, berpacaran.Â
Ketika sedang berkumpul, banyak mereka yang sibuk dengan dunianya masing-masing. Asik dengan gadget-nya, membuat konten instastory, mementingkan untuk merespon chat dari group demi bercerita masalah orang lain dan masih banyak lagi. Social Distancing sebenarnya sudah terjadi bahkan sebelum COVID-19 menyebar.
Tetap berada di rumah dan menghindari keramaian sudah berlangsung 16 hari. Kita akan berusaha untuk mengusir rasa kebosanan kita dengan berbagai aktivitas di rumah. Salah satunya adalah akses ke dunia maya.Â
Penggunaan sosial media dan aplikasi Zoom hal yang paling utama saat ini. Akan tetapi, saya yakin beberapa dari pembaca sudah mulai merasakan kegelisahan karena tidak bersosialisasi secara riil yang memerlukan kontak badan secara langsung. Atau dengan kata lain kebutuhan untuk bertemu dengan manusia lainnya demi memenuhi syarat sebagai makhluk sosial.
Kenapa saya bilang COVID-19 menampar sisi sosial manusia. Karena ketika kita dibutuhkan untuk "bersosial" kita cenderung Social Distancing. Ketika pandemi menyerang, Social Distancing langsung bergema di seluruh penjuru. Setelah itu, beberapa orang sudah mulai menunjukkan gejala kegelisahannya dan membutuhkan "bersosial". Apakah para pembaca sudah mulai gelisah dengan situasi ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H