puasa hari ketiga dimana anak-anak sekolah sudah kembali masuk seperti biasa. Walaupun ada perubahan jam tidak seperti biasanya. Baik guru maupun siswa masih butuh waktu dalam menyikapi kondisi pembelajaran di bulan ramadan ini. Apalagi di sebagian sekolah guru-guru sedang melaksanakan kegiatan observasi pembelajaran yang menjadi salah satu yang harus dipenuhi di dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM).
MemasukiDi luar pembicaraan di atas penulis masih fokus untuk membahas tema makanan yang khas di bulan ramadan.
Berburu takjil merupakan aktivitas yang mengasyikan bagi sebagian orang apalagi makanan yang kita cari adalah makanan khas.
Kali ini penulis ingin membahas tentang lontong isi sebuah makanan yang memiliki beragam nama yang berbeda.
Makanan yang berasal dari beras yang diubah menjadi lontong ini dengan varian isi yang beragam dari sayuran, oncom sampai bihun. Dikombinasikan dengan sambal kacang yang menambah kenikmatan dalam berbuka puasa.
Selain lontong di beberapa daerah mengenal nama lain seperti arem-arem dan buras. Dimana secara fisik hampir sama hanya saja berasal dari bahan-bahan yang berbeda. Berbeda dengan arem-arem makanan ini sering terkadang dikenali sebagai lontong karena dilihat dari bentuknya yang sama akan tetapi sebenarnya beda.
Adapun buras ini merupakan salah satu makanan khas masyarakat Sulawesi Selatan. Yang membedakan buras dengan lontong dan arem-arem ini karena bentuknya yang pipih serta diikat dengan tali rafia atau daun pisang. Selain itu secara tekstur, buras memiliki bentuk yang lebih lembut dibandingkan lontong.
Dari proses pembuatannya pun berbeda dimana buras terbuat dari beras yang dimasak dahulu dengan santan lalu dibungkus dengan daun pisang. Hal ini membuat buras tidak bisa bertahan lama berbeda dengan lontong yang tidak bisa tahan lama.
Bagi sebagian masyarakat lontong ini dijadikan salah satu menu yang dipadukan dengan makanan lain sehingga menambah kenikmatan dalam berbuka puasa. Apalagi kebiasaan masyarakat Indonesia yang terbiasa makan besar ketika berbuka puasa lontong ini menjadi alternatif dalam berbuka puasa.
Semangat berburu takjil kita bisa menemukan bentuk kekayaan bangsa Indonesia yang menjadi kebanggaan bagi kita. Selanjutnya semangat berburu takjil ini harus menjadi semangat dalam beribadah di bulan ramadan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H