Mohon tunggu...
Hery Prasetyo
Hery Prasetyo Mohon Tunggu... -

hidup tdk perlu "neko-neko", walo katrok nekad nimbrung di kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Masukin Dulu Toh Mas, Belum Licin...

7 Juli 2011   12:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ungkapan ini seringkali dibisikkan istri ke telinga saya setiap kali menjelang tengah malam saat keheningan menyelimuti suasana rumah, karena anak-anak sudah tidur pulas di kamar sebelah. Topik pembicaraan di bualan-bulan ini memang sedang tercurah pada masa depan kedua anak saya. Betapa tidak, anak yang kedua saat ini sedang berusaha untuk dapat diterima di SMA yang "berkualitas" baik, sedangkan anak yang pertama sedang mati-matian berusaha untuk dapat kuliah di perguruan tinggi swasta yang biayanya relatif terjangkau, karena tempo hari tidak diterima di perguruan tinggi negeri.

Upaya mendapatkan tempat di SMA yang berkualitas bagi anak kedua saya telah maksimal diupayakan baik melalui test yang diselenggarakan oleh sekolah yang bersangkutan, maupun upaya "nitip" kepada teman yang kebetulan menjadi panitia penerimaan siswa baru, tentu dengan iringan doa dan "sedikit" ucapan terima kasih.

Untuk mempersiapkan anak yang bermasa depan cerah, khususnya anak pertama, saya dan istri telah berupaya mencari dana pinjaman kesana-kemari, karena sebagai PNS kalau hanya mengandalkan gaji ke 13 yang telah dikucurkan pemerintah tentulah masih jauh dari cukup. Namun semua upaya pinjaman rupanya belum mampu untuk mencukupi biaya pendaftaran yang dipersyaratkan oleh kampus tujuan, karena plafon pinjaman yang diberikan kepada saya ternyata tidak maksimal akibat sisa pinjaman sebelumnya yang masih bertumpuk. Menyesakkan dada memang, maksud hati ingin merubah tingkat kehidupan  dengan menyekolahkan anak sebaik-baiknya namun apa daya ternyata biaya pendidikan di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini masihlah sangat mahal bagi staf jelata seperti saya ini. Kepasrahan senantiasa mencuat dalam keheningan malam saat pikiran ini melayang-layang ke negeri awan. Istri saya yang memang berfikir lebih peka selalu memberikan pengertian janganlah terlalu dipaksakan agar anak pertama saya kuliah pada tahun ini, tidak perlu dimasukin dulu ke perguruan tinggi kalau memang pelicinnya atau finansialnya belum mencukupi. Apa boleh buat, diskusi ini mengisi hampir tiap malam-malam hening kami, demi anak-anak kami agar kelak dapat bekehidupan yang lebih baik. Saya kira semua orang tua pastilah berfikiran sama dengan kami, hanya kemampuan masing-masinglah yang membedakannya. Tunggu tahun depan yaaa nak, siapa tahu orang tuamu mampu menyediakan dana untuk keperluan pendidikanmu...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun