Mohon tunggu...
Hery Pasaribu
Hery Pasaribu Mohon Tunggu... -

anak unhas, fakultas pertanian, jurusan agronomi, program study agroteknologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Alkisah Ayam “Ketawa” dari Bugis

5 Maret 2012   11:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:28 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah berlalu, namun ada saja cerita yang dibawa pulang saat KKN berlangsung. Begitu juga dengan Hery Pasaribu, Redaktur Identitas yang telah menyelesaikan KKN-nya di Kelurahan Tiroang, Kabupaten Pinrang. Kali ini identitas akan menghadirkan cerita tentang ayam kebanggaan masyarakat Sulsel yaitu ayam ketawa.
Rumah di salah satu sudut kompleks Kelurahan Tiroang itu berbeda dengan rumah lainnya yang hening dan sunyi. Di sana gelak tawa terdengar saling bersahutan. Tawa ceria yang panjang – mirip tawa mendiang mbah surip – mengubah suasana sepi kompleks menjadi riuh.Gelak tawa itu bukan berasal dari para pemuda desa yang sedang bersenda gurau. Suara itu berasal dari ayam ketawa.
Saat itu saya merasa tertarik untuk mengikutinya dan melihat langsung asal suara tersebut. Ternyata saat itu, Sabtu (9/7) akan diadakan perlombaan ayam ketawa yang diikuti hampir 100 ayam yang siap berlaga. Tidak mau ketinggalan dengan acara tradisional yang satu ini saya pun memilih untuk tetap tinggal dan melihat pertunjukan ayam kebanggan Sulsel ini.
Kokok ayam yang saling bersahut-sahutan membuat suasana semakin meriah. Semua ayam dinaikkan diatas kayu yang sudah ditegakkan. Disanalah ayam jantan ini berdiri tegak dan siap berkokok. Cara penjuriannya hampir sama dengan kontes lomba burung perkutut, tapi bedanya kontes ini tidak memakai kurungan, cuma batang bambu atau kayu yang dipasang sebagai tempat berdiri Ayam Ketawa ini.
Suara kokok ayam ini memang mirip dengan suara orang tertawa. Tidak heran, jika ayam ini dinamai ayam ketawa. Sepintas ayam ini tak ubahnya seperti ayam-ayam lainnya. Keistimewaan ayam-ayam ini ada pada suara kokoknya. Ia adalah ayam endemik dari Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. “Dalam bahasa Bugis disebut manu gaga. Manu artinya ayam dan gaga berarti tergagap-gagap,” tutur salah seorang warga yang sempat saya wawancarai. Ayam ketawa ini hanya dipelihara kalangan bangsawan bugis dan kini tergolong satwa langka yang terancam punah.Ayam ketawa termasuk ke dalam salah satu jenis unggas yang dilindungi, sehingga untuk mendapatkannya lumayan susah. Harga ayam ketawa yang baru berusia dua minggu bisa dihargai Rp 500 ribu. Sementara harga ayam dewasa yang bisa berkokok tergantung suara kokoknya, antara Rp 2 juta hingga Rp 10 juta.
Untuk melestarikannya, digelar pameran ayam ketawa agar masyarakat kian tertarik membudidayakannya. Banyak orang yang tertarik dengan suara ayam yang unik ini, bahkan ada yang menyakini, ayam-ayam ketawa ini bisa mendatangkan berkah. Oleh karena itu, setiap minggu diadakan perlombaan ayam ketawa di kelurahan tiroang.
Saya pun semakin tertarik melihat aksi para ayam ini. Di  daerah habitat aslinya (Sidrap), terutama di Kecamatan Baranti dan sekitarnya, Ayam Ketawa atau Manu “Gaga” telah dipelihara oleh masyarakat secara turun temurun dari generasi ke generasi. Dahulunya Ayam Ketawa hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan Kraton Bugis terutama kalangan Bangsawan Bugis (Andi) yang merupakan simbol status sosial.
Seiring dengan perkembangan zaman dan sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Sidrap, lama kelamaan Ayam Ketawa tersebar dan mulai banyak dipelihara oleh semua lapisan masyarakat di Sidrap dan sekitarnya bahkan lambat tapi pasti telah menyebar ke seluruh Wilayah Indonesia walaupun dalam jumlah yang terbatas. Oleh karena itu para pencinta ayam ketawa di Pinrang pun tak mau ketinggalan untuk melestarikan ayam ini dan menjadikannya sebagai pertunjukan tradisional.
Setelah beberapa jam berlalu, ayam ketawa dengan ketawa paling panjang pun telah terpilih. Dengan bermodalkan ayam, pemiliknya kala itu bisa memboyong kulkas yang menjadi hadiah utama. Selama hampir 2 bulan melakukan KKN perlombaan ayam ini selalu ada setiap minggunya dan penggemarnya bukan hanya berasal dari pinrang namun ada yang dari sidrap dan polewali.
Jadi ApabiIa anda penggemar ayam ketawa, Usaha peternakan ayam selalu menyimpan potensi menjanjikan, apalagi ayam ketawa. ini satu-satunya ayam asli Indonesia yang suaranya khas dan tidak ditemui di belahan dunia lain. Tugas kita melestarikan bahkan memperkenalkannya ke seluruh dunia.

Hery Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun