Mohon tunggu...
Hery Opath
Hery Opath Mohon Tunggu... -

Menyukai sepi dan pencarian. Lahir dan besar di Bagian Barat Timor (West Timor), bersaudara dan serumpun dengan mereka di Bagian Timur Pulau Timor (East Timor / RDTL).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Bilkies

2 Oktober 2011   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan antara manusia dan binatang merupakan kenyataan. Sejarah penciptaan sudah menceritakan itu sejak generasi Adam.Dalam perkembangan pun, hubungan sesama makhluk hidup penting dalam banyak bentuk kebudayaan di dunia. Hubungan sesama makhluk juga menjadi tema yang menempati dominasi wacana seni rupa kontemporer, termasuk di Indonesia. Bangsa ini memiliki sejarah kebudayaan dengan latar belakang budaya animistik dan samanisme, di mana mitologi tentang manusia/binatang berkembang dan terbentuk menjadi peradaban di bawah pengaruh dari berbagai macam ragam kepercayaan serta agama. Dari figur-figur  mitologi manusia/binatang yang acapkali berperan sebagai pelindung yang dipercaya, dewa, sampai pada kendaraan bagi manusia; binatang-binatang yang dihormati manusia maupun manusia-manusia yang seperti binatang, acapkali memiliki perubahan makna terus-menerus hingga masa sekarang. Ya, dari binatang dan makhluk hidup lain kita bisa belajar tentang kehidupan. Ada banyak hubungan yang menjadi pelajaran bagi manusia. Manusia melihat realitas, menangkap gejala, mengetahui konsekwensi, komparasi dan hubungan di antara hubungan dengan makhluk lain. Kata aristoteles  “Ilmu itu seperti udara, ia ada di sekitar kita. Kamu bisa mendapatkannya,dimanapun dan kapanpun”. Belajar dari binatang, kenapa tidak???

Adalah ibu Budi. Seorang Ibu muslimah yang sangat menyayangi kucing. Di rumahnya - Di sekitar Baji Pamai, Makassar - terdapat lebih dari 8 ekor kucing, yang disayanginya. Memelihara mereka, memandikan, memberi makan dan bermain bersama mereka setiap hari adalah bagian dari kesehariannya . Dia memberi perhatian lebih kepada semua piaraanya itu. Memang seharusnya manusia meghargai semua model hubungan termasuk dengan hewan, Sebagai bentuk kebudayaan dan penghargaan terhadap makhluk lain. Semua kucing itu diberi nama. Akan dipanggil manja saat ingin bermain bersama mereka, dan akan ditegur dengan teriak atau sentakan apabila ada kucing yang nakal atau ber-ulah mau merusak. Sungguh sebuah harmoni hubungan.

Bilkies, Bigon, Waili, Cencen, Nemo, Mancung dan ada beberapa ekor kucing lagi yang bernama tapi aku lupa. Dari semua kucing, yang paling menarik perhatianku adalah Bilkies. Selain bulu bercorak abu abu –putih nya yang cantik dan halus, kelihatan bilkies – lah yang paling dewasa di antara mereka. Dia seolah diposisikan sebagai pemimpin yang bertanggug jawab dan menjaga rekan – rekannya. Selalu memantau kawan-kawanya bermain, mengelus dan menjilati kucing lain dengan lembut dan manja. Sesekali berlari melerai, apabila ada sesama kucing berkelahi. Suara erangannya yang keras seakan menjadi bahasa peringatan bagi kawan - kawannya yang lain.

Ini yang luar biasa menurutku. Pada saat pembagian makan. Ibu Budi biasa menyiapkan kepala ayam buat santapan lezat kucing – kucing ini. Bilkies akan berlari ke dapur, mengambil satu per satu potongan kepala ayam dan memberikannya kepada kucing yang lain. Bilkies juga akan terus sigap Memantau mereka tak saling berebut, dengan kondisi yang sama lapar. Dia akan menjadi kucing terakhir yang makan, saat kucing yang lain sudah kenyang dan kembali asyik bermain berkejaran. Sungguh suatu sikap pemimpin - ksatria yang bisa dipelajari dari Bilkies.

Acap kali si betina Bilkies ini yang menyusuibayi kucing lain yang tidak kebagian menetek di induknya. Ia memperlakukan semua kucing dengan sama, menjaga, memberi perhatian dan memberi makan. Bilkies tidak pernah kehilangan semangat.Saat santai, bukan hanya perut, tengkuk, punggung dan dagu digaruk –garuknya, tapi ia akan menggulingkan badannya sambil mengajak kucing lain ikut bermain.

Setelah sering melihat kucing – kucing itu, saya merasa diberi pelajaran tentang menjadi pemimpin oleh Bilkies. Tidak mudah menemukan pribadi yang berkorban tanpa kehilangan kewibawaan. Kepemimpinan alabilkies; semangat melayani, kedewasaan dan kewibawaan menyelesaikan persoalan, berkorban bagi yang lain tanpa meminta lebih. Kepemimpinan ala bilkies memberi warna sendiri dalam komunitas kucing itu dan dalaminteraksi keseharian mereka. Bilkies memiliki lebih dari sekedar pengaruh diantara kucing yang lain.

Bilkies tentu memilki itu bukan karena ia menguasai banyak teori kepemimpinan, bukan juga karena ia bisa bergulat dan mendalamibanyaknya referensi leadership. Apalagi bilkies hanya binatang yang tidak punya kekuatan berpikir maju untuk sebuah kerja manejemen. Dari dasar pikir inilah rasanya Bilkies menampar wajah hubungan social berbangsa kita hari ini. Di saat semua situasi keterpurukan di sekitar kita membutuhkan penyelesaian. kita butuh hadirnya sosok – sosok berjiwa ksatria.Atau mungkin elite pemimpin negeri ini harus belajar bagaimana sikap memimpin seperti yang ditunjukkan seekor kucing? Seekor binatang tampaknya lebih manusiawi dari manusia itu sendiri. Ya.. Bilkies memberi warna bagiku, juga untuk kenyataan kehidupan social disekitarku di mana sinis dan distrust yang kencang mengalir kepada elit dan pemimpin negeri ini yang kehilangan ruang positif untuk mensejahterakan rakyatnya.

Manusia bangsa ini yang katanya makluk paling istimewa (dibanding kucing), diberi kelebihan untuk berpikir, ternyata lebih bejat dan amoral. mereka sibuk dengan urusan perut masing – masing, padahal di dekat mereka sesama manusia lain mati kelaparan. Mereka mengambil yang bukan bagian mereka. Mencuri, merapok, menjarah tanpa perduli suatu kelak mereka adalah penghuni setia neraka jahanam. Mereka mempermainkan masyarakat banyak. Di mana-manabicara atas kepentingan masyarakat, tapi mereka menelantarkannya. Mereka sibuk menuding jika masyarakat mulai perlahan melihat borok mereka terkuak.Menciptakan kejahatan dalam sistem yang menjebak adalah jago mereka. Tak pelak banyak protes. Tak pelak juga banyak yang memberontak. Mahasiswa bergerombol kesal di jalanan, para seniman meghujam kritik di panggung dan teater, rakyat pasrah dalam pengharapan akan hadir pemimpin baru yang berjiwa ksatria dan jauh dari serakah.

“Tuhan terima kasih Engkau menciptakan saya sebagai seekor kucing, tidak sebagai pemimpin manusia yang kau sebut istimewa namun serakah”

Seandainya Bilkies bisa berujar dalam doa, mungkin begitulah doanya.

Astaga..!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun