Mohon tunggu...
Hery Nurcahyadi
Hery Nurcahyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Untidar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemberdayaan Ibu-Ibu Tidaran: Memanfaatkan Limbah Air Cucian Beras dan Pohon Pisang Menjadi Pupuk Organik Cair

3 Agustus 2024   10:53 Diperbarui: 3 Agustus 2024   10:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa KKN Untidar melaksanakan sosialisasi dan demonstrasi pembuatan pupuk organik cair (POC) di Banjaretno pada hari Rabu, 24 Juli 2024.

Upaya sosialisasi yang dilakukan oleh Mahasiswa Untidar bertujuan untuk meningkatkan kualitas pertanian dan mendukung praktik pertanian ramah lingkungan.

Kegiatan ini berlangsung di Aula Madrasah Diniyah, RT 03 RW 03, Dusun Tidaran, Desa Banjaretno, Kecamatan Kajoran.

Ayu selaku Ibu Kepala Dusun Tidaran, dalam sambutannya menyampaikan bahwa sosialisasi pupuk organik cair diharapkan dapat menjadi solusi bagi petani dalam mengatasi masalah kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

"Kami berharap, melalui sosialisasi ini, petani dapat memahami manfaat jangka panjang dari penggunaan pupuk organik cair yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujarnya.

Pemaparan materi disampaikan oleh dua orang perwakilan dari Tim KKN Banjaretno.

Sosialisasi ini membahas tentang apa itu pupuk organik cair, pentingnya menggunakan pupuk organik cair, perbedaan pupuk organik dengan anorganik, manfaat dan juga cara pembuatan pupuk organik cair.

Acara ini juga diisi dengan sesi demonstrasi langsung di Aula Madrasah Diniyah, yang dipraktikan secara langsung oleh Tim KKN Banjaretno.

Tidak hanya itu, ibu-ibu warga Dusun Tidaran juga diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai tata cara serta prosedur pembuatan pupuk organik cair yang benar.

"Mbak, jika sudah selesai dibuat, pupuk tersebut di fermentasi selama 21 hari. Setelah 21 hari, pupuk tersebut di apain ya?", tanya Bu Salma selaku warga Dusun Tidaran.

Menanggapi pertanyaan Bu Salma, Ernia salah satu perwakilan dari tim KKN Banjaretno, menjelaskan bahwa "jadi pupuk yang telah dibuat, harus dibuang gasnya setiap hari dengan cara membuka tutupnya lalu diaduk menggunakan pengaduk, pembuangan gas ini dilakukan agar gasnya tidak tertimbun dan mempengaruhi proses fermentasi."

Sosialisasi dan demonstrasi ini mendapat respons positif dari ibu-ibu Dusun Tidaran.

Mereka menyatakan kesiapannya untuk mencoba dan mengadopsi metode baru ini dalam kegiatan bertani mereka sehari-hari.

Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah desa dan para warga Dusun Tidaran, diharapkan Desa Banjaretno dapat menjadi contoh sukses dalam penerapan pertanian organik yang berkelanjutan.

Mereka berharap dengan keberhasilan program ini, dapat meningkatkan kualitas hidup para petani serta kesehatan dan produktivitas lingkungan pertanian di Desa Banjaretno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun