Mohon tunggu...
Hery Prasetyo Laoli
Hery Prasetyo Laoli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hamba Amatir

Aku ingin MATI setelah mengetahui arti HIDUP. Dan aku sebuah fatamorgana yang diciptakan berguna, entah untuk siapa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teror dan Takdir dalam Pemikiran Fethullah Guln

13 April 2021   14:03 Diperbarui: 13 April 2021   18:55 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Aksi teror kembali menjadi perbincangan publik dan seolah menghantui kembali masyarakat Indonesia, saat menjelang paskah serta bertepatan dengan Minggu Palma, teroris melancarkan aksi pengeboman di Gereja Katedral, Makassar, dan tak lama dari kejadian tersebut Mabes Polri diserang oleh orang bersenjata yang diduga terlibat dalam jaringan teroris. 

Pandangan terorisme ini mempunyai pemikiran fundamentalisme atau Islam Militan yang merujuk pada keinginan kelompok tertentu untuk memaksakan versi Islam konservatif mereka ke dalam masyarakat dan politik. Namun, kelompok ini sering menggunakan ancaman dengan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka. Kita ketahui, bahwa Islam sebagai agama yang disebarluaskan secara damai dan tidak membenarkan adanya praktek kekerasan. Cara-cara radikal untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan apa yang dianggap sakral bukanlah cara yang Islami. Maka proses Islamisasi tidak boleh disamakan dengan Islamisme atau menuntut agar semua masyarakat harus beragama Islam dan hukum yang ada di Islam harus menjadi pedoman bagi segala segi kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Jika Islamisme dipaksakan di Indonesia, akan membuat konflik yang sangat beragam, karena hal tersebut mengandung kontradiksi dengan semboyan negara Indonesia yakni "Bhinneka Tunggal Ika".

Terorisme hadir dalam semu agama, setiap agama yang memiliki wahyu terdapat segelintir orang yang berpandangan keras atau ekstream dan meyakini ajarannya adalah paling benar dan yakin benar. Ajaran agama bersifat transendental, karena agama menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, maka pertanggungjawaban atas ulah manusia sebenarnya secara pribadi kepada Tuhan sang pencipta. Manusia mempunyai tanggung jawab selama hidupnya di muka bumi dan mempertanggungjawabkan hidupnya setelah kematian secara pribadi bukan secara kolektif.

Sifat membela yang benar adalah semangat dalam agama, namun jika agama disalahgunakan untuk tujuan negatif dengan cara memanfaatkan ketidaktahuan sekelompok massa untuk kepentingan kelompok yang malah justru menyesatkan, maka agama tidak mentolerir hal tersebut. Karena jika hal tersebut dilakukan akan menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia secara kronis. Membuat dalil sendiri dan atas nama agama untuk mengancam hingga sampai membunuh orang yang belum tentu mengetahui pokok permasalahannya bahkan tidak tahu apa-apa, untuk apa dibunuh? Pertanyaan ini mungkin hanya perlu dijawab dengan hati nurani dan rasanya tidak perlu dijawab.

Dalam firman Allah surat Al-maidah ayat 32 telah dijelaskan bahwa "Siapapun yang membunuh seorang manusia tanpa alasan atau merusak di bumi, maka ia seolah-olah membunuh manusia seluruhnya. Dan siapa yang menyelamatkan seorang manusia, maka seakan-akan ia menyelamatkan seluruh manusia". Dari ayat tersebut, terorisme yang terkadang memakan korban jiwa yang bahkan tidak bersalah dan menimbulkan kerusakan bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Saat ini tindakan terorisme atas nama jihad merupakan tafsiran jihad yang keliru, karena dalam jihad sendiri mempunyai etika yang tetap mengacu pada rahmatan lil'alamin dari ajaran Islam. Karena dalam jihad sendiri dilarang menggangu anak-anak tak berdosa, wanita lemah, orang tua tak berdaya, masyarakat sipil tak bersenjata, membumi hanguskan perkampungan secara membabi buta, menghancurkan tempat-tempat ibadah, bahkan menggangu hewan ternak sekalipun. Jihad dalam Islam bertujuan untuk mencapai kedamaian dan bukan kerusakan, jihad yang dilakukan dalam peradaban Islampun hanya untuk membela agama dari serangan musuh, bukan mencari musuh. Maka, hukum melakukan jihad adalah wajib sedangkan hukum melakukan teror adalah haram, baik dilakukan oleh seorang individu maupun kelompok.

Teror orang yang melakukan bunuh diri itu membunuh dirinya untuk kepentingan pribadinya sendiri, berbeda dengan pelaku al-amaliyah al-istisyhad atau orang yang bertindak mencari syahid, karena al-amaliyah al-istisyhad mempersembahkan dirinya sebagai korban demi agama dan umatnya. Orang yang bunuh diri adalah orang-orang yang pesimis atas dirinya sendiri dan atas ketentuan Allah, karena merupakan salah satu bentuk tindakan keputusasaan dan mencelakakan diri sendiri.

Semua aliran teologi Islam sepakat mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Adil dalam menentukan takdir dan berkehendak. Namun ketika membahas masalah takdir atau fatalism, menjadi bahan perdebatan yang sangat sengit dikalangan para teolog. Orang yang pernah dinobatkan sebagai orang nomor satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia dalam Foreign Policy Magazine yaitu Muhammad Fethullah Guln. Guln adalah orang seorang ulama kharismatik dan paling berpengaruh di Turki, salah satunya pemikiran tentang takdir dan kebebasan. Guln dipandang mengajarkan Islam Sunni-Hanafi yang moderat, mirip dengan pengajarannya Said Nursi. Guln mengutuk terorisme dan mendukung dialog lintas-agama serta memprakarsai dialog semacam itu dengan Vatikan dan beberapa organisasi Yahudi. 

Menurut pemahaman Fethullah Guln, takdir adalah segala sesuatu yang ada, mulai dari partikel sub-atom sampai alam semesta secara keseluruhan yang diketahui oleh Allah. Adapun berkaitan dengan perbuatan buruk yang dilakukan oleh seseorang, Guln berpendapat bahwa perbuatan itu tidak bisa dinisbahkan sebagai takdir Tuhan, perbuatan buruk adalah tanggung jawab manusia dan dosa akibat perbuatan itu adalah risiko manusia. Karena Tuhan tidak menyukai dan membenarkan perbuatan semacam itu, semua dosa dan kesalahan itu milik manusia dan dilakukan atas kemauan manusia. Perbuatan buruk atau dosa yang dilakukan manusia bersumber dari dirinya sendiri bukan dari Tuhan. Jika kita merujuk pada Q.S Al-Araf ayat 172 dan Q.S Al-Rum ayat 30, pada dasarnya fitrah manusia itu lebih mengutamakan kebaikan daripada keburukan dan lebih mendahulukan yang bermanfaat daripada yang berbahaya.

Maka aksi terorisme yang membahayakan banyak orang dan tidak dibenarkan dalam agama Islam mempunyai korelasi dengan pemikiran Muhammad Fethullah Guln tentang takdir. Bahwa takdir meninggal syahid atau dijalan Tuhan dengan cara membuat teror atau jihad secara keliru dengan mengatasnamakan agama bahkan Tuhan, namun dibawakan dengan kekerasan tidak pernah dibenarkan dalam agama Islam dan agama manapun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun