Mohon tunggu...
Hery Menyebar
Hery Menyebar Mohon Tunggu... -

Karyawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akibat Suami Tidak Mengajak Poligami

1 September 2016   01:16 Diperbarui: 1 September 2016   17:05 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selain didisposisi untuk menambah ladang (istri), Tuhan juga memerintahkan agar suami menjaga istri dan keluarganya dari kobaran api neraka. Dan yang sering dilupakan, Tuhan tidak pernah memerintahkan agar istri dan anaknya dijadikan simpanan. Sebab istri dan anak bukanlah barang simpanan agar tahan lama digunakan.

"Kalau Mama mau Papa kawin lagi, maka Mama benar-benar istri solehah, dan itu dicontohkan oleh istri nabi. Apakah Mama tidak ingin seperti layaknya istri nabi?," rayu seorang suami kepada istrinya.

"Tapi Papa kan bukan nabi, Mama takut Papa tidak adil nanti," sang istri menyahut.

"Ma, kewajiban istri adalah taat kepada suami. Soal adil atau tidak itu urusan Papa dengan Tuhan. Dia maha mengetahui, suami tipe apa Papa ini," kata sang suami mulai menebar pengaruh.

"Tidak hanya Tuhan yang tahu, Mama juga sangat tahu model lelaki seperti Papa ini. Tidak diminta poligami saja Papa pengen kawin lagi, apalagi kalau diminta," kata sang istri.

"Pokoknya poligami harga mati !!. Kalau Mama tidak mau, Papa siap memisahkan diri,".

Istri-istri solehah tidak pernah merasa memiliki suaminya namun ia merasa dimiliki. Mereka tidak berdaya menolak sepanjang itu tidak menyimpang dari perintah Tuhan.

"Sami'na wa atho'na," kata para istri.

Ini bukan masalah pro atau anti poligami. Namun ini hanya soal ketaatan istri yang ternyata bergantung pada kehendak suami.

Beruntunglah istri yang suaminya tidak berniat kawin lagi. Beruntunglah suami yang istrinya ikhlas dimadu. Dan beruntunglah suami dan istri yang berpoligami dan dipoligami karena terbebas dari perselingkuhan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun