Kata diagnosis berasal dari kata "to diagnose" yang artinya menetapkan sifat-sifat penyakit dengan memeriksa gejala-gejalanya.Tentu saja dalam hal ini pendidik tidak akan memeriksa gejala- gejala penyakit peserta didik, tetapi dengan diagnosis di sini berarti menyelidiki atau menemukan penyebab timbulnya kesulitan belajar, menetapkan jenis dan letak kesulitan belajar. Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Disini kami mengambil salah satu Diagnosa Kesulitan Belajar pada anak didik yaitu :Â
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasaÂ
   Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan, baik mengenai hal-hal yang bersifat konkret maupun abstrak. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Manusia harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Keterampilan ini bukanlah keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.Â
     Keterlambatan bicara (speech delayed) adalah fenome na dalam dunia perkembangan anak-anak yang semakin hari jumlahnya tampak semakin banyak. Diperkirakan sekitar 7% anak usia sekolah dasar mempunyai masalah ini.' Dari satu negara ke negara lain persentasinya berubah-ubah kare na kriterianya berbeda-beda. Dan angka itu bisa berkisar mulai dari 5% hingga 8%. Dalam pemeriksaan neurologi tidak ditemukan adanya cacat di bagian otak. Oleh karena itu, kelompok anak terlambat bicara ini masalahnya berupa masalah tumbuh kembang, bukan karena kecacatan atau patologis. Karena itu tatalaksana yang diberikan padanya adalah bentuk intervensi stimulasi perkembangan bicara dan bahasa hingga mencapai tingkatan perkembangan bicara dan bahasa yang maksimal.Â
    Â
    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkem bangan bicara dan bahasa maksimal baru akan dicapai di usia sesudah pubertas, atau bahkan usia dewasa muda. Tetapi hal ini membutuhkan pelatihan-pelatihan berbahasa. Laurence B. Leonard seorang profesor yang ahli di bidang bicara, bahasa, dan pendengaran dari Universitas Purdue, menyata kan bahwa masalah bicara dan bahasa anak-anak ini adalah masalah ketertinggalan perkembangan. lika dilihat dalam se buah spektrum perkembangan bahasa, perkembangan baha sa anak-anak ini berada dalam spektrum yang paling bawah Dengan begitu kita dapat memahami mengapa anak-anak ini mengalami ketertinggalan yang terus-menerus dalam area bahasa yang menyebabkan masalah prestasi di sekolah.Â
    Karena dalam pemeriksaan neurologi tidak didapat ada nya cacat, maka intervensi yang diberikan adalah stimulasi ba hasa yang dilakukan oleh:
1.orangtua untuk merangsang wicara pada saat masih dalam fase preverbal
2.terapis wicara saat la dalam fase awal verbal untuk merangsang wicara dan teknik artikulasi:
3. di sekolah oleh guru remedial bahasa, atau ahli bahasaÂ
   Dalam hal ini, orangtua harus juga turut aktif memberikan rangsangan, mengarahkan, dan membantu anak agar men capai tahap perkembangan bahasa yang maksimal.
   Teori Nativisme yang berpendapat bahwa bahasa itu kompleks dan rumit, sehingga tidak bisa dipelajari dengan waktu yang singkat melalui metode "peniruan" (imitation).Jadi ada beberapa aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah.Â
Perkembangan bahasa menurut M.F. Berry dan Jon Eisension (Sardajono, 2005:87 dalam Yulianda, 2019) Suara refleks (Reflexive Vocaltization), meraban (babbling), mengoceh (lalling), mengulang/ meniru (echolalia), dan bicara benar (true speech). Anak dikatakan berbicara adalah ketika anak tersebut dapat mengeluarkan berbagai bunyi yang dibuat dengan mulut mereka menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu dalam berkomunikasi.Â
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Bahasa AnakÂ
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Yusuf (2014:153---158) mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.Â
 Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasaadalah sebagai berikut.:Â
1. Kognisi (Proses Memeroleh Pengetahuan)
 Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2.Pola Komunikasi dalam Keluarga.
  Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.Â
3. Jumlah Anak atau Jumlah Keluarga.
  Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4. Posisi Urutan Kelahiran.
  Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)
  Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya dari pada
yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa daerah dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H