Mohon tunggu...
hery effendi
hery effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Bekerja keras

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Aceh Berkaca dari Jejak Timor Timur

7 Juni 2019   09:29 Diperbarui: 7 Juni 2019   09:41 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh : Hasan Basri, SE

Muzakir Manaf atau yang dikenal dengan sebutan Mualem baru saja memberikan pernyataan yang kontroversial terkait permintaannya untuk diadakan Referendum bagi Aceh untuk mengikuti jejak Timor-timur dahulu. 

Sepintas mungkin ini sebuah pernyataan yang menggiurkan dan memberikan angin segar terutama bagi pihak-pihak yang ingin Aceh lepas dari Negara Republik Indonesia. Perlu dijadikan pelajaran bersama khususnya untuk kita Masyarakat Aceh.

Mengikuti jejak Timor timur adalah sebuah kesalahan besar mengapa? Setelah merdeka 20 Mei 2002 mimpi masyarkat Timor-Timur menjadi kenyataan dengan lahirnya NegaraRepublik Demokratik Timor Leste yang sudah lama mereka impikan.

Mimpi indah rakyat Timor Leste setelah mandiri dari Indonesia berupa kesejahteraan rakyatnya yang semakin baik ternyata tidaklah semanis impian ataupun janji-janji pihak yang selama ini mensponsori kemerdekaan Timor Leste.Laporan United Nations Development Programme (UNDP) dalam National Human Development Report menyebutkan, Timor Leste berada di peringkat 152 negara termiskin di dunia dari 162 negara. 

Pendapatan dari minyak, yang mengalami penurunan tajam dari $1 miliar pada 2015 menjadi hanya senilai $400 juta di 2016. "Produksi minyak Timor Leste berhenti dan meninggalkan defisit fiskal yang membebani tabungan negara," tulis Bank Dunia dalam laporan berjudul Timor-Leste Economic Update, April 2017: Considerable Gains Made in Poverty. 

Laporan Bank Dunia juga menyebutkan, tingkat kemiskinan di Timor Leste masih tetap tinggi di level 41,8 persen per 2014. Angka kemiskinan di Timor Leste justru melonjak dibanding 2001 yang sebesar 36,3 persen dan mencapai puncaknya pada 2007 yaitu 50,4 persen. Tingkat kemiskinan yang paling timpang berada di ibukota negara yaitu Dili (PDF), yang mencerminkan biaya hidup lebih tinggi dibanding distrik lainnya.

Harga-harga yang menjulang akibat digunakannya standar dolar dalam perekonomian membuat Timor Leste hampir tidak melakukan pembangunan dan hampir masuk kategori negara gagal

Jeripayah darah dan air mata yang mengiringi perjalanan panjang Aceh selama ini sangatlah tidak sepadan dengan masa depan yang diberikan dari sebuah Referendum. Perdamaian yang memberikan geliat perkembangan Aceh saat ini bagi generasi penerus sangatlah tidak sebanding dengan mimpi-mimpi dan angan-angan Referendum yang berujung kesengsaraan seperti nasib Timor Leste. 

Sebuah penjerumusan dalam kesesatan jika rakyat Aceh mengikuti jejak Timor-Timur. Referendum hanya akan membawa kesengsaraan dan dosa kita bagi generasi penerus Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun