Semakin canggihnya teknologi dapat berdampak pada pola kehidupan manusia. Salah satu dampaknya terlihat pada perubahan kecenderungan berpikir yang diakibatkan oleh kecanggihan teknologi seperti individualisasi. Individualisasi dicirikan dengan semakin renggangnya ikatan antara seseorang dengan masyarakatnya dan semakin besarnya peranan individu dalam tingkah laku sehari-hari (Martono, 2012, p.278 dalam Ngafifi, 2014). Hal tersebut tidak jarang dapat menyebabkan manusia kehilangan kesadaran untuk menjaga lingkungan. Maka dari itu, dengan kenyataan tersebut diharapkan kemajuan teknologi sangat perlu diiringi dengan kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan. Pada situasinya terhadap lingkungan, manusia dan teknologi juga berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Lingkungan hidup tentu tidak terlepas dari rantai kehidupan manusia. Hal ini bisa dilihat pada fakta bahwa manusia dapat memengaruhi kelestarian lingkungan. Lingkungan hidup merupakan topik universal yang dibicarakan dan dibahas oleh banyak orang terkait dengan bagaimana menjaga kelestarian lingkungan di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat (Pandhito, et al., 2021).
Teknologi yang begitu pesat dapat dicirikan dengan masyarakat modern. Menurut Talcott Parson (Dwiningrum, 2012 dalam Ngafifi, 2014), masyarakat yang modern digambarkan dengan sikap netral, bahkan dapat menjadi sikap yang tidak memperhatikan orang lain atau lingkungan. Namun, bukti lain menunjukkan peran manusia yang memerhatikan lingkungan. Salah satu bukti manusia dalam menjalankan perannya bisa dilihat pada sebuah komunitas yang berada di daerah Bali. Komunitas ini menjadi salah satu solusi dalam mengatasi dampak negatif dari kemajuan teknologi. Komunitas ini dinamakan “Malu Dong” sudah ada sejak tahun 2016.
Komunitas ini melakukan strategi yang sederhana dalam menyadarkan manusia untuk menjaga lingkungan. Strategi tersebut dapat dilihat dari artikel di bawah ini yang menjelaskan kerja “Malu Dong” (Fajar, 2016). Artikel ini menjelaskan bahwa dalam salah satu sebuah event seni untuk perubahan sosial, Mabesikan Festival pada 22 Oktober 2016, Nyoman Sudiarta atau yang kerap dipanggil om Bemo beraksi. Bersama ibu Josi dan anaknya, mereka mengambil peralatan “perang” yaitu jepitan bambu untuk memungut sampah, kantong sampah, dan selop tangan. Mereka menyelip di sela-sela ratusan orang yang sedang menikmati konser musik dan tempat makan.
Namun, tidak hanya mereka yang beraksi, sejak pagi hingga acara berakhir, puluhan relawan komunitas“Malu Dong Buang Sampah Sembarangan” bergantian memungut sampah. Mereka mengenakan kaos aneka warna dengan gambar mencolok dengan emoticon figur sedih karena perilaku buang sampah sembarangan. Melalui event-event yang diikuti pula, gerakan komunitas “Malu Dong” berkembang dan mudah mengkoordinasi relawan. Hal ini ditunjukkan pada akun Instagram komunitas ini, baru beberapa bulan eksis, hampir 5000 followers. Aksi yang dilakukan oleh relawan komunitas “Malu Dong” berfokus pada upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan.
Selanjutnya, aksi nyata yang dilakukan oleh komunitas “Malu Dong” yaitu dengan bersih-bersih atau memungut sampah yang ada di lingkungan pantai merupakan salah satu bentuk protes atau negosiasi politik yang digunakan oleh relawan dalam upaya memberikan pengaruh kepada masyarakat yang kurang peduli. Kemudian, struktur pada komunitas “Malu Dong” bersifat fleksibel. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi komunitas “Malu Dong” untuk dapat memengaruhi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Selain itu juga tantangan lainnya adalah komunitas harus bisa mempertahankan eksistensinya dan tetap fokus pada tujuan dari didirikannya komunitas ini.
Aksi yang mereka lakukan berperan penting untuk memberikan solusi dalam mengatasi dampak negatif dari kemajuan teknologi. Menurut Ngafifi, aksi yang mereka lakukan sesuai dengan upaya-upaya masyarakat yang bersifat praktis. Bersifat praktis yang dimaksud adalah pertama, membuat website/blog/group Facebook untuk suatu komunitas tertentu sebagai media interaksi dan upaya menjalin silaturahmi antar masyarakat (Ngafifi, 2014). Silaturahmi juga terjalin antar anggota dalam komunitas ini.
Hal ini ditunjukkan dengan semangat juang mereka untuk menyadarkan masyarakat, walau memiliki beberapa tantangan. Bersifat praktis yang kedua adalah memanfaatkan kemajuan teknologi seperti internet untuk memasarkan dan memperkenalkan komunitas. Maka hal tersebut akan dikenal oleh masyarakat luas bahkan dunia yang berimbas pada perbaikan kesejahteraan masyarakat (Ngafifi, 2014).
Komunitas “Malu Dong” menunjukkan bahwa manusia memiliki peranan penting untuk menjaga keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem. Peran tersebut disuarakan oleh komunitas “Malu Dong” secara implisit. Perilaku implisit yang dilakukan adalah mereka mengambil sampah di depan orang-orang yang sedang menikmati konser.
Walaupun mereka sudah mengambil sampah yang berserakan, hanya beberapa orang yang ikut membantu. Hal ini merupakan contoh nyata ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan sekitar. Berkaca dari output tersebut, kita (masyarakat) diharapkan untuk mendukung setiap gerakan lingkungan yang ada. Sebagus apapun rancangan program kerja dari sebuah komunitas, tidak akan berjalan dengan sepenuhnya berhasil apabila bergerak sendirian. Diperlukan dorongan dan antusiasme dari golongan eksternal, yaitu penduduk sekitar turut terlibat demi tercapainya tujuan yang maksimal. Aktivitas yang dilakukan dapat dikatakan sebagai prevention, yaitu tindakan untuk mencegah timbulnya masalah (KLOOS, et al., 2012).
Bentuk prevention yang dilakukan oleh komunitas “Malu Dong” tidak hanya membantu membersihkan sampah, tetapi juga mencari suatu cara untuk mengatasi permasalahan mengenai sampah (Febriyasari, et al., 2021). Hal ini menjadi esensial karena sebagai negara berpenduduk terpadat keempat di dunia, kita perlu menciptakan ide dan solusi baru. Berdasarkan pernyataan sebelumnya, mereka tidak hanya menggunakan prevention untuk membangun komunitas yang hebat. Namun, mereka turut turun tangan untuk mengembangkannya di lingkungan masyarakat.
Bentuk prevention dalam komunitas “Malu Dong” sangat sesuai dengan konsep Gerald Caplan mengenai hal pencegahan. Berdasarkan pernyataan Caplan (1964, dalam KLOOS, et al., 2012) terdapat tiga tipe prevention, yaitu primary prevention, secondary prevention, dan tertiary prevention. Kedua tipe prevention tersebut telah dilakukan oleh komunitas “Malu Dong” dalam menjaga kelestarian lingkungan. Primary prevention oleh komunitas “Malu Dong” menyadarkan masyarakat bahwa sampah dapat mengganggu sistem lingkungan.
Kesadaran masyarakat menentukan bagaimana masa depan lingkungan selanjutnya. Jika masyarakat tidak peduli, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit dan rusaknya keseimbangan ekosistem. Secondary prevention dalam komunitas ini yaitu menyadarkan masalah dalam pengolahan sampah.
Masyarakat di Indonesia masih sangat kurang akan kesadaran dalam pengolahan sampah. Apabila dibiarkan, maka sampah dapat semakin bertambah banyak dan mengganggu ekosistem alam. Bukti nyata prevention dalam komunitas “Malu Dong” yaitu dengan melakukan acara Mabesikan Festival pada 22 Oktober 2016. Mereka, dibantu orang sekitar, mengambil peralatan seperti jepitan bambu untuk memungut sampah, kantong sampah, dan selop tangan. Mabesikan Festival membuktikan bahwa mereka memiliki semangat juang tinggi untuk menyadarkan masyarakat.
Menggunakan promotion media sosial Instagram merupakan cara komunitas “Malu Dong” dalam mengatasi permasalahan sampah. Promotion merupakan upaya pengembangan kompetensi sosial, di dalam kompetensi sosial bisa ditingkatkan jika masyarakat memiliki kesadaran akan kekuatan positif yang dimiliki (KLOOS, et al., 2012). Media sosial Instagram memiliki kelebihan dalam menyampaikan informasi karena bersifat masif dan populer. Kepopuleran Instagram membuat “Malu Dong” memanfaatkannya sebagai media promotion dalam menyadarkan masyarakat mengenai bahaya sampah. Salah satu strategi yang diterapkan adalah menyebarkan poster (Febriyasari, et al., 2017).
Instagram dapat dikatakan praktis karena mereka memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memasarkan dan memperkenalkan komunitas, sehingga dikenal oleh masyarakat luas bahkan dunia yang berimbas pada perbaikan kesejahteraan masyarakat (Ngafifi, 2014). Strategi dalam proses mengomunikasikan pesan dengan cara mengunggah pada Instagram tentunya memberikan sebuah dampak yang positif.
Hal ini terbukti adanya perubahan yang sangat signifikan terhadap jumlah masyarakat yang turut berpartisipasi di dalam komunitas “Malu Dong” (Febriyasari, et al., 2021). Hal tersebut dapat membuktikan bahwa prevention/promotion yang dilakukan oleh “Malu Dong” dapat bekerja dengan baik.
Program mereka berbuah sejalan dengan prinsip prevention/promotion, yaitu positive relationships. Positive relationships merupakan cara mempromosikan pengembangan hubungan positif untuk memberikan pendampingan dan dukungan sosial (KLOOS, et al., 2012). Komunitas “Malu Dong” juga mengembangkan program yang bersifat positive relationships, baik itu dengan anggota komunitas maupun masyarakat, yang menyebabkan adanya pendampingan dan dukungan sosial.
Usaha yang mereka lakukan membuahkan kerja sama dengan organisasi lain demi mengatasi permasalahan sampah yang ada (Febriyasari, et al., 2021). Oleh karena itu, promotion dan prevention yang dilakukan “Malu Dong” dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan sampah. Maka dari itu, perlu diberi dukungan terhadap komunitas yang turut serta membantu masyarakat dalam menjaga lingkungan seperti komunitas “Malu Dong”.
Kelestarian lingkungan menjadi salah satu isu yang cukup gencar diperjuangkan seiring dengan berkembangnya zaman. “Malu Dong” merupakan salah satu komunitas yang menaruh peduli akan hal tersebut. Caplan (1964, dalam KLOOS, et al., 2012) membagi prevention ke dalam tiga tipe, yaitu primary, secondary, dan tertiary.
Primary prevention yang dilakukan “Malu Dong” adalah menyadarkan masyarakat bahwa sampah dapat mengganggu sistem lingkungan. Secondary prevention yang dilaksanakan adalah mengedukasi masyarakat terkait pengolahan sampah. Komunitas “Malu Dong” juga melakukan promotion melalui Instagram dan berhasil menuai perubahan positif secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya partisipasi masyarakat dalam komunitas. Oleh karena itu, hasil baik ini dapat dikatakan sebagai positive relationships. Bentuk hubungan positif yang diterima oleh masyarakat berupa pendampingan dan dukungan sosial. Tujuannya untuk mencapai pengembangan hubungan ke arah yang lebih baik (KLOOS, et al., 2012).
Selain itu, masyarakat yang menyaksikan keberhasilan ini menjadi tergugah untuk turut bekerja sama dengan komunitas “Malu Dong”. Mereka menyatukan misi untuk mengatasi permasalahan sampah yang dapat merusak ekosistem. Aktivitas yang dipelopori oleh “Malu Dong” sebenarnya dapat diaplikasikan secara mandiri.
Diawali dari diri sendiri, seperti tidak membuang sampah sembarangan, memilah jenis sampah, hingga memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan pentingnya kelestarian lingkungan. Kampanye pelestarian lingkungan melalui internet dapat menjadi cara jitu yang reliable bagi generasi muda. Selain itu, kreativitas anak muda yang tidak perlu diragukan lagi dapat mempertajam makna dari in-screen environmental education.
Sumber :
Fajar, J. (2016). Komunitas Malu Dong dan Perilaku Nyampah. Retrieved from https://www.mongabay.co.id/2016/10/29/komunitas-malu-dong-dan-perilaku-nyampah/amp/
Febriyasari, N. K., Haurissa, A. M., & Al-Kausar, P. (2021). Analisis Strategi Promosi Komunitas ‘Malu Dong’ Dalam Media Sosial Instagram. Seminar Nasional Desain (1), 1-6.
KLOOS, B., HILL, J., THOMAS, E., WANDERSMAN, A., ELIAS, M. J., & DALTON, J. H. (2012). Community Psychology Linking Individuals and Communities, Third Edition. Belmont: Linda Schreiber-Ganster.
Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1), 33–47. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616
Pandhito, S., Punia, I. N., & Kebayantini, N. L. (2021). “Upaya Komunitas “Malu Dong” Dalam Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Masyarakat Kota Denpasar”. JURNAL ILMIAH SOSIOLOGI (SOROT), 1-9.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H