Mohon tunggu...
Herya Media
Herya Media Mohon Tunggu... -

Penulis, Editor, Penerbit, Self-Publishing House, Komunitas Kreatif HeryaMedia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jejak-jejak Revolusi Budiman dalam Memoir Sejarah

6 Maret 2014   14:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:11 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puncaknya, ketika akhirnya persembunyiannya terendus intelijen sebagai sebab kurirnya tertangkap. Sebabnya ketika perjuangannya dilanjutkan di jantung kekuasaan Orde Baru di Jakarta, suatu ketika dalam kerusuhan 27 Juli 1997 di Kantor PDI-P, Budiman dituduh sebagai dalangnya. Tak berapa lama, foto-fotonya dipajang di tempat-tempat umum dan disiarkan melalui televisi ke seluruh tanah air. Iapun menjadi buronan paling dicari rezim seolah-olah koruptor kelas kakap. Ditambah lagi dengan aktifitasnya di PRD yang manifestonya diintrepretasikan sebagai perlawanan terhadap kekuasaan Soeharto, semakin lengkap alasan rezim untuk menangkapnya.

"Jangankan kamu, Bud, Xanana (Gusmao) saja bisa kami tangkap". Kata seorang intel yang membawanya dari persembunyian untuk menyerang kondisi psikologisnya. Karena tertangkap, untuk sementara, cita-cita revolusi seorang Budiman Sudjatmikopun harus tertahan sebatas angan-angan. Namun begitu, dibalik vonisnya selama 13 tahun yang diputus oleh Mahkamah Agung (MA) di sanubarinya yakin, kalau usia rezim otoriter Soeharto tidak akan lama lagi.

Dan "pembacaan zamannya" tepat. Orde Barupun tumbang tepat setahun paska penahanannya. Budimanpun dibebaskan di masa pemerintahan Gus Dur setelah ia mendekam selama 3,5 tahun di penjara.

Dengan detil, ia mencatatkan memoir perjuangan yang penuh liku dan peluh dalam Anak-anak Revolusi. Tuturannya mengalir bak air sekalipun kejadiannya sudah berlalu seusianya-dimulai sejak 40 tahun yang lalu semasa kecilnya. Itu menandakan kalau Budiman bukan hanya sosok pejuang-intelektual berkelas, namun juga cermat dan runut. Didalam memoirnya ini, Budiman banyak mengutip buku-buku, lagu, puisi dan juga film menandakan cakrawala pengetahuannya sangat luas bak hamparan pasir di Sahara. Selain itu, ia juga rupanya sosok romantis sekalipun terhadap cinta "platonisnya".

Menurut saya, Budiman sosok yang lengkap: intelektual-pejuang yang juga romantis. Dalam titik ini, tak salah praduga Najwa Shihab sebagaimana testimoninya termuat di bagian belakang kaver.

Namun begitu, tak ada gading yang tak retak sebagaimana buku ini yang juga, paling tidak menurut saya, mengandung beberapa kelemahan. Pertama, buku tidak dilengkapi dengan pembatas buku (bookmark) padahal ketebalannya hampir 500-an halaman. Bookmark sangat penting untuk menandai sampai dimana halaman yang sudah dibaca karena jarang ada orang yang membaca buku beratus-ratus halaman sekali baca sampai tuntas.

Kedua, ada selipan cerita penangkapannya yang begitu dramatis dan mengaduk emosi diluar dari isi bukunya. Jadi, didalam buku tersebut terutama bagi awam seolah ada dua alur cerita yang bisa saja membuat pembaca bingung.

Ketiga, harganya yang cenderung mahal membuatnya agak susah dijangkau oleh kantung mahasiswa/ pelajar padahal sejatinya buku ini sangat tepat ditujukan kepada generasi muda untuk membakar semangat-semangat "revolusinya" sehingga bisa diejawantahkan sesuai dengan kondisi kekinian.

Anyway, terlepas dari segi-segi kelemahannya, Anak-anak Revolusi sangat menarik dan menginspirasi!

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun