Kedai atau kadang diistilahkan kafe di Kota Malang boleh dibilang menjadi hal yang biasa bagi warganya. Ada yang kelas biasa, sampai modern milik brand internasional. Dari sekian banyak kedai, pasti ada yang unik. Salah satu di antaranya adalah Cangkir Laras.
Rabu sore di penghujung bulan Mei (31/05/23) saya mengunjungi Kedai Cangkir Laras tersebut dalam rangka mengikuti even yang diadakan Bolang Kompasiana. Â Untuk lokasinya pun mudah dijangkau yang masih berada di jantung kota. Terlebih lagi sangat dekat dengan kampus Universitas Negeri Malang (UM). alamat lengkapnya berada di Jl. Magelang No. 11, Sumbersari, Lowokwaru, Kota Malang.Â
Tempat Cangkir laras ini berada di lingkungan perumahan "lawas" dekat kampus. Suasana cukup rindang dengan pepohonan besar yang masih bertahan. Ditambah lagi di depannya ada taman yang mengitari pagar kampus UM. Dari mata memandang terlihat gedung rektorat yang berdiri kokoh.
Unik dengan tiga konsep
Cangkir Laras boleh dibilang punya konsep unik. Sebuah konsep yang hadir begitu saja, tanpa kesan dibuat-buat. Setidaknya ada tiga konsep, yang semuanya berkelindan menjadi satu kesatuan.
Yang pertama adalah sebagai kafe itu sendiri. Menjual aneka seduhan kopi varian standar: arabika dan robusta. Untuk penyeduhannya bisa varian tubruk atau V60, yang memakai kopi segar. Dalam arti kopi yang bentuk wungkul lalu digiling.
Varian minuman yang lain adalah herbal dari ramual rempah. Hal ini dilakukan sebagai variasi minuman, sebagai antisipasi bagi yang tidak suka kopi, atau agar menu tidak monoton.
Yang kedua, sebagai toko kopi. Cangkir Laras juga menyediakan kopi dalam bentuk kemasan. Yang mana bisa diseduh sendiri di rumah. Varian yang ada lumayan lengkap dari arabika dan robusta. Untuk roasting kopi dilakukan sendiri.
Untuk membelian bisa bentuk dalam biji utuh atau giling sesuai pesanan, bisa skala kasar atau halus. Selain itu Cangkir Laras juga membina para penjual kopi keliling memakai motor. Dari putaran "warga binaan", biji kopi mempunyai pasar yang pasti.
Yang ketiga, sebagai galeri. Di tempat kedai itu terdapat beberapa lukisan yang juga terbilang unik. Yang terbuat dari ampas kopi. Menurut pengelola sekaligus pelukisnya, Sawir Wirastho, yang bermaksud menyalurkan bakat seni dibidang melukis. Hasrat melukis pakai ampas kopi, juga bisa dimaksudkan sebagai transformasi budaya di pedesaan yang bisa melukis rokok dengan ampas kopi. Yang aktifitas itu sering disebut dengan nyete.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!