Segala sesuatu bila itu seragam tentu akan membosankan. Demikian pula dalam dunia usaha, baik itu produk ataupun jasa akan berusaha semenarik mungkin. Idealnya adalah tampil tidak sama. Maka tidak heran bisa ada selalu inovasi, dan berupaya tidak sama dengan yang sudah ada.
Tetapi  hanya sekadar waton suloyo (tampil beda) tidaklah cukup. Perlu adanya  konsep dan riset sebelumnya sehingga semua serba terukur dan bukan karena spekulasi. Jika semua sudah tepat konsumen akan datang dengan sendirinya. Aventree merupakan salah satu contoh di antara sekian ribu usaha yang sudah menuai hasil.
Di hari Mingggu lalu (22/09/19) pihak managemen mengundang ramah tamah para bloger untuk bisa mengetahui seputar Aventree.Â
Segala penjelasan disampaikan langsung oleh pendiri dan pengelola, Ario Panjiasmoro. Banyak cerita dan pengalaman yang bagikan mengenai Aventree ini yang sudah eksis selama 5 tahun, lebih tepatnya 9 Juli 2014 mulai beroperasi.
Dari plang nama di plang secara fisik dan di media online tertera Aventree BBQ Resto & Homestay. Lokasinya berada di Jalan Sukarno Hatta Blok B No. 4A Kota Malang, yang merupakan daerah strategis karena dekat dengan kampus (UB, Polinema, Uwiga) dan perumahan elit (Griya Shanta, Permata Jingga).
Yang menjadi menarik adalah resto dan homestay-nya merupakan satu kesatuan. Dari arah depan, sebelah kiri bagian resto sedangkan kanan untuk homestay. Keduanya sama-sama menempati dua lantai.
Untuk homestay-nya tersedia 10 kamar. Yang terdiri dari 8 kamar tipe deluxe yang bertarif 300 ribu, dan 2 kamar tipe standar bertarif 200 ribu. Fasiltas yang tersedia adalah kamar mandi dalam, sarapan 2 orang, 2 air mineral setiap hari selama menginap. Untuk reservasi bisa datang langsung (walk in) atau melalui reservasi di beberapa Online Travel Agent (OTA).
Untuk restonya sendiri boleh dibilang cukup luas, dengan kapasitas 120 tempat duduk. Di tempat ini terbagi dua di dalam dan sebagian lagi pada ruang terbuka. Bisa ditebak dengan konsep itu maka dapat mengakomodir kepada pengunjung yang merokok (smoking area) dan tidak. Buka setiap hari mulai pukul 12 siang sampai 10 malam, kecuali akhir pekan tutup lebih lama 1 jam.
Untuk bisa tampil beda memang memerlukan "perjuangan" dalam memulai sesuatu yang baru, yang belum tentu bisa diterima dengan mudah oleh kalayak. Aventree dengan berani mengusung tema Korea. Dan boleh dibilang Aventree --dalam skala Malang- merupakan pelopor dalam mengusung masakan Korea yang beberapa tahun lalu masih belum begitu populer.
Menurut Ario, mengambil tema Korea karena alasan yang sederhana saja dan terkesan sangat pribadi. Ia merupakan penggemar budaya K-Pop mulai dari lagu, musik, sampai pada makanannya. Maka ketika ada kesempatan membuka usaha sendiri, ia branding restonya dengan menu masakan dan nuansa Korea.
Maka pengunjung dapat memanggang obahan masakannya sendiri. Mulai dari daging sapi, ikan laut, serta ayam. Dengan memanggang sendiri, maka pengunjung bisa dengan leluasa menentukan tingkat kematangannya. Soal selera memang bisa bermacam-macam. Ada yang suka hasil yang matang, selebihnya ada pula yang setengah matang.
Walaupun memanggang sendiri, urusan rasa tak pelu dikhawatirkan. Bumbu sudah dipersiapkan dengan takaran yang pas. Kita tinggal melakukan aktifitas memanggang yang berada di tengah meja. Agar tidak "kagok" dalam memanggang terutama para pemula. Kru resto sebelumnya memberikan arahan dan penggunaan alatnya.
Tidak dipungkiri anggapan dari masyarakat kebanyakan bahwa masakan asia timur (Tiongkok, Jepang, ataupun Korea) kurang terjamin kehalalannya. Dan itu tidaklah salah karena memang masakan dari daerah tersebut ada yang menggunakan bahan yang dilarang dalam ajaran Islam, seperti alkohol dan unsur Babi beserta turunannya.
Untuk bisa dinikmati secara luas terutama kalangan muslim. Ario menjamin bahwa semua bahan yang dipakai dalam restonya tidak menggunakan bahan yang dilarang tersebut.
Ia sangat ketat dalam hal itu, yang memilih pemasok yang sudah bersertifikasi halal dari lembaga yang berwenang. Dan ia menjamin bahwa tanpa bahan alkohol dan unsur Babi, untuk rasa bisa tak terlampau jauh bedanya.
Sedangkan untuk homestay-nya sendiri dalam pelayanan menerima tamu menggunakan cara syariah. Di mana dalam pengertian sederhananya Aventree tak sembarangan dalam menerima tamu. Perlu adanya memilah dan memilih.
Tamu yang datang tidak diperkenankan membawa pasangan yang bukan sahnya. Untuk para tamu diminta menunjukkan surat resmi yang berlaku. Seperti KTP, KK, bahkan sampai kartu nikah.
Ario juga bercerita bahwa "kecolongan" pasti ada, karena memang ada tamu yang "nakal". Ia mencontohkan ada tamu yang bilangnya datang sendiri, tetapi pada malam hari ternyata ada yang datang ke kamar padahal bukan pasangan sahnya.
Untuk memgatasi hal tersebut ia selalu menekankan kepada para kru untuk menegakkan sesuai SOP yang ada. Tetap dengan cara yang sopan namun elegan. Tamu akan diberi pegertian untuk mematuhi aturan yang berlaku di Aventree tersebut.
Untuk menjadi bagus ternyata tidak perlu mewah ataupun mahal, di Aventree membuktikannya. Beberapa property dan dekorasi baik di resto dan homestay-nya sengaja menggunakan kayu yang bekas pakai (rekondisi). Hal ini dapat terlihat pada kursi dan bangku di resto.
Sedangkan pada homestay-nya untuk lemari juga disusun dari kayu bekas tersebut. dari kejauhan memang tak kelihatan bahwa kayu tersebut dari bahan bekas. Bila diteliti lebih mendalam lagi, akan tampak kayu di beberapa sisi terdapat bekas lubang paku yang sudah dicabut. Walau dari kayu bekas, semua property dibuat dengan cukup bagus dan rapi.
Tidak perlu khawatir dengan harga, untuk kelas mahasiswa cukup bisa menjangkaunya. Tak ada kesan mahal, dan itu bisa menjadi salah satu pembedanya selain rasa dan suasana. Â