Beruntung selama berjualan, ada tetangganya yang tak jauh dari tempat tersebut menawarkan diri lahan pekarangannya untuk ditempati Sri Utami berjualan. Walaupun di tempat ini harus menyewa, Sri Utami masih cukup lega sebab usaha Es Tawonnya masih berlanjut.
Di tempat baru ini untuk mengenang sejarah masa lalu, dipajang foto lawas jepretan tahun 1967 di mana Yamina sedang berjualan. Dan juga kliping hasil reportase sekitar tahun 2009 dari Radar Malang.
Menu Es Tawon sendiri tidaklah terlalu banyak, hanya ada enam. Untuk yang es campur itu tergolong lengkap variasi isinya. Ada tape singkong, cincau hitam, kacang hijau, dan dawet. Selebihnya bisa dipilih dengan variasi tertentu sesuai menu dan kesukaan. Untuk harganya dipatok sama, sebesar 8 ribu rupiah dalam satu gelas besar.
Karena menggunakan es serut maka untuk menikmatinya harus cepat karena es nya cepat mencair. Maka tidak heran para pengunjung tidak terlalu lama dalam menghabiskan es nya itu. Mengingat dalam posisi dingin itulah kesegaran akan terasa. Jika ingin berlama bersantai bisa juga menikmati gorengan yang tersedia berupa weci atau risol yang dijual seribu rupiah.
Warung es ini buka setiap hari mulai jam 8 pagi sampai 3 sore, atau bisa lebih awal bila sudah habis.Â
Untuk jumlah kunjungan, Sri Utami mengakui tidaklah sebanyak pada zaman dulu yang bisa menembus 100 porsi sehari. Pada saat ini tembus 50 sampai 80 porsi baginya sudah cukup bagus, dengan banyaknya persaingan menu es di beberapa tempat.
Sudah dapat bertahan sejak tahun 1955 merupakan suatu hal yang luar biasa, apalagi termasuk skala usaha kecil menegah (UKM). Pengelolaannya pun masih sangat sederhana sampai saat ini, cukup berdua saja.
Siklus usaha kuliner memang bermacam-macam. Ada yang laris manis, kemudian membuka banyak cabang. Begitu suksesnya terkadang bisa membuka cabang sampai luar kota, bahkan beberapa di antaranya sudah menggunakan cara modern dengan skema waralaba.