Menuju tanah suci, dalam hal ini melaksanakan ibadah haji merupakan harapan bagi ummat Islam di manapun keberadaaannya. Karena itu merupakan penyempurna pelaksanaan lima rukun Islam.
Melaksanakan ibadah haji memang tak mudah, hanya beberapa orang yang bisa melaksanakan ibadah haji di setiap tahunnya. Katagori mampu yang disyaratkan, bisa luas maknanya. Mampu dalam kondisi (baca: sehat) jasmani dan rohani. Selain itu kemampuan finansial juga menjadi pertimbangan tersendiri. Tidak saja cukup bagi untuk kebutuhan pribadi, keluarga yang ditnggalkan juga perlu dijamin keberlangsungannya.
Umrah juga perlu persiapan matang
Melaksanakan ibadah haji terkadang terkendala masalah kuota, apalagi seperti Indonesia yang merupakan penduduk muslim terbesar di dunia. Begitu banyak peminatnya sehingga waktu tunggu menjadi lama. Dan beberapa di antaranya bahkan bisa mencapai belasan sampai puluhan tahun.
Dan untuk itu kerinduan ke tanah suci tidaklah pupus begitu saja. Maka ibadah umrah, yang bisa disebut haji kecil bisa menjadi alternatifnya, karena bisa dilakukan kapan saja.
Namun demikian, untuk melaksanakan umrah juga perlu persiapan yang matang selayaknya seperti di ibadah haji (besar). Beberapa faktor perlu diperhatikan sehingga dalam melaksanakan ibadah umrah bisa menjadi lancar.
Dan melakukan umrah tidak sesederhana seperti yang kita kira. Ini yang pernah saya rasakan ketika diberi kesempatan untuk menunaikan umrah di bulan Februari di tahun 2016.
Pengalaman umrah yang saya jalankan termasuk dadakan. Pada waktu itu saya ada rezeki yang jumlahnya lumayan di bulan September 2015. Beberapa sempat terpikir untuk alokasi yang lain seperti membeli harta atau untuk usaha. Dan waktu itu ada teman yang membuka usaha umrah dan ia juga berencana ikut umrah pada saat itu.
Pada akhirnya pada bulan Desember dengan pertimbangan yang matang saya putuskan untuk ikut serta dalam umrah yang pada program di bulan Februari 2016.
Berbagai persiapan harus dilakukan. Seperti persiapan dokumen terutama pada paspor. Nama yang tercantum seperti yang disyaratkan pemerintah Saudi Arabia harus minimal tiga suku kata untuk mendapatkan visa. Jika sudah punya paspor tetapi nama belum tiga suku kata, maka perlu diurus kembali ke kantor imigrasi terdekat.
Pesiapan lain untuk kesehatan perlu diperhatikan. Seperti melakukan suntik vaksin Meningitis yang merupakan syarat wajib dari otoritas Saudi Arabia. Vaksinasi sebaiknya tidak dilakukan pada waktu yang mepet, yang akan optimal bila dilakukan satu bulan sebelum hari keberangkatan.
Ia menyatakan bahwa dalam melaksanakan ibadah umrah ataupun haji itu ada doanya yaitu meminta permohonan agar diri kita dapat beradaptasi. Di antaranya adalah adaptasi tempat, cuaca, makanan, budaya, serta kebiasaan kondisi setempat. Dan harus dimaklumi hampir dari beberapa bangsa dari penjuru dunia berkumpul di tanah suci untuk melakukan ibadah umrah ataupun haji.
Dan memang benar beberapa adaptasi yang perlu penyesuaian terhadap diri kita sendiri. Yaitu penyesuaian lingkungan yang sangat berbeda seperti di tanah air. Di Saudi Arabia merupakan daerah -yang kebanyakan- gurun dan berbatu. Udara bisa panas dan dingin yang tergantung masa musimnya. Pada waktu bulan Februari termasuk pada musim dingin jadi termasuk nyaman bagi saya yang berasal dari Malang.
Untuk persoalan makanan sebenarnya ada antisipasinya. Jika berada di hotel tempat menginap persoalan tidak begitu berarti sebab menyediakan masakan seperti yang ada di tanah air. Jika berada di luar itu perlu penyesuaian. "Godaan" untuk mencicipi masakan setempat kadang perlu dicoba untuk mengatasi rasa penasaran.
Selain itu kita juga harus beradaptasi dengan berbagai kebiasaan dan budaya yang berasal dari beberapa negara. Nah, kadang walau sesama muslim tidaklah sama dalam kebiasaan itu. Semisal melangkahi orang pada saat duduk. Menurut budaya kita merupakan sesuatu yang tidak sopan, tapi bagi sebagian budaya lain bisa jadi itu sesuatu yang biasa saja.
Jika umrah yang tergolong haji kecil saja perlu persiapan yang matang, apalagi dengan haji yang besar. Persiapannya tentu tidaklah singkat ataupun spontan seperti umrah. Dan biasanya dalam melaksakan ibadah haji sebaiknya dipersiapkan pada jauh hari sebelum masanya tiba.
Persiapan fisik dan mental memang perlu. Kondisi fit (bugar) tentu diperlukan karena ibadah haji memerlukan stamina yang kuat. Sembari menunggu waktu giliran berangkat, alangkah baiknya mempersiapkan banyak hal sesuai persyaratan dan kemampuan.
Keinginan berangkat naik haji harus dibarengi niat yang kuat dan bersungguh-sungguh. Salah satu persyaratan yang diperlukan adalah kesiapan di bidang finansial. Beberapa kasus banyak jamaah yang haji yang bisa berangkat karena saat itu "ketiban" rezeki yang besar. Acap kali langsung diniatkan untuk dialokasikan untuk ibadah haji. Dan di situlah kita bisa niatkan saatnya berhaji.
Seperti yang sudah banyak diinfokan bahwa untuk dapat berangkat haji terlebih dahulu mendaftar ke kantor Kemenag setempat. Dan sebagai tanda kesungguhan dengan menyetor dana minimal yang telah ditetapkan.
Untuk menyetor dana tersebut bisa melalui bank yang telah bekerja sama dalam mengurus penerimaan dana haji dari calon jamaah tersebut. Beberapa bank baik dari pemerintah dan swasta sudah membuka tabungan haji.
Salah satu di antara beberapa bank tesebut adalah Bank Danamon. Setidaknya ada dua produk yang telah dikeluarkan. Yang pertama Rekening Tabungan Jemaah Haji. Jenis tabungan ini cocok untuk yang menabung sekaligus dalam hal ini menyetor Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) minimal 25 juta rupiah. Tabungan ini langsung terkoneksi dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementrian Agama RI, sehingga untuk mendapatkan NOMOR PORSI dapat terjamin.
Layaknya tabungan kita juga akan dapat buku tabungan dan kartu ATM yang bisa digunakan di jaringan ATM Mastercard di Saudi Arabia. Dan untuk tarik tunainya tidak dikenakan biaya, demikian pula biaya bulanan dan penutupan tabungan.
Jika kita sudah berniat dan ada kecukupan dana baik sekaligus atau dengan setoran rutin sebaiknya disegerakan untuk membuka tabungan itu, sehingga akan mendapatkan kepastian kapan berangkat menunaikan ibadah haji. Dan sambil menunggu masa keberangkatan tiba, kita bisa mempersiapkan diri dengan matang.
Mengikuti manasik haji adalah cara terbaik sehingga nantinya tidak "kagok" dalam pelaksanaannya nanti. Menjaga kebugaran dan kesehatan juga hal yang penting. Meminta pengalaman kepada yang pernah melaksanakan ibadah haji juga perlu, sehingga kita dapat pengetahuan. Sehingga diharapkan nantinya dapat mempersiapkan dengan lebih baik lagi.
Dan saat tiba waktunya ketika sampai di tanah suci kalimat yang sering kita dengar lalu diucapkan Labbaik allahumma labbaik..., yang artinya "kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah" akan menemui relevansinya. Sebagai bentuk kepatuhan hamba kepada Tuhannya. Semoga kita dapat mewujudkan harapan tersebut, dalam menunaikan ibadah haji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H