Istilah ngopi tentu berbeda maknanya dengan minum kopi. Ngopi lebih memiliki makna yang luas dari sekadar minum kopi. Ngopi bisa juga berpadu dengan nongkrong. Dan lebih dari itu bisa berupa edukasi ataupun tentang perihal kopi yang nantinya kita minum.
Pada bulan April ini Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu) terlaksana event "Malang Sejuta Kopi" yang berlangsung selama sebulan penuh (1-30 April). Beberapa ragam yang dilaksanakan di antaranya adalah ngopi gratis yang disediakan oleh kedai yang berpartisipasi. Di tahun kedua ini tercatat berjumlah 41 kedai serta 3 dengan bentuk yang lain.
Dalam event ini setidaknya 20 cup kopi gratis yang disediakan setiap harinya oleh tiap kedai. Tak ada syarat ribet untuk mendapatkan kopi gratis ini. Ada banner khusus yang menandakan bahwa kedai kopi tersebut berpartisipasi. Sesuai dengan visi dan misi dari gerakan "Malang Sejuta Kopi" ini yang --kurang lebihnya- ingin mengedukasi semua pihak untuk ngopi yang sehat. Selain itu harapan ke depannya adalah bisa menjadikan Malang sebagai destinasi ngopi dunia.
Salah satu kedai kopi yang berpartisipasi menyukseskan "Malang Sejuta Kopi" adalah Omah Luwak Coffee and Roastery. Tempatnya sederhana dengan penataan kursi yang rapi. Dibangun dengan bangunan semi permanen dalam lahan yang berada di tepi jalan. Tempatnya mudah dijangkau dari tugu pesawat di Jalan Sukarno Hatta kurang lebih 50 meter menuju arah Jalan Ikan Tombro, berada pada sebelah kanan.
Jumat (7/4) malam saya bersama rekan mengunjungi kedai ini. Tampak dari pintu masuk tergantung banner "Malang Sejuta Kopi". Suasana masih belum begitu ramai, namum di kursi barisan paling depan sudah dipenuhi oleh sekolompok anak muda yang sedang nongkrong. Pada meja pemesanan yang dibelakangnya "dapur" terjajar aneka kopi pilihan yang ditaruh dalam toples kaca.
Sebelum memesan saya bertanya kepada baristanya jenis kopi apa yang menjadi primadona dari daerah Malang. Ia pun merekomendasikan kopi Arabika dari lereng Gunung Arjuno derah Karangploso. Ia menyatakan kopi tesebt memiliki rasa ada aroma herbal dalam hal ini jahe. Saya pun menyetujuinya dengan cara seduh pakai V60 (penyaringan).
Kedai di tempat ini, masih berusia satu tahunan sejak dibangun. Sebelumnya sudah pernah berdiri sejak tahun 2015 yang berlolasi di Jalan Kedawung, begitulah penjelasan dari Teguh Yudo Prakoso, pemilik yang sekaligus bertindak sebagai pengelola dan barista. Setiap hari kedai ini buka mulai jam 16.00-02.00, kecuali hari Jumat dimulai 18.00. Â Â
Dan untuk kata Luwak itu sendiri dipilih karena binatang ini sudah dikenal pemakan biji kopi yang baik. Dalam hal ini secara alamiah luwak memakan biji kopi yang sudah matang (yang kulit luarnya berwarna merah). Dan memang kopi yang bagus tersebut bila dipetik pada kondisi seperti yang dimakan luwak itu.
Maka dengan memakai nama Luwak, diharapkan kedai ini bisa menyediakan kopi dengan kualitas baik. Yang itu dimulai dari hulu sampai hilir. Mulai dari proses penanaman dan pemeliharaannya. Pemetikan buah kopi, pemrosesan dan pengolahan sampai juga penyangraiannya (roastery). Tidak itu saja penyajian kopi yang baik juga ditentukan oleh baristanya.
Untuk menjaga kualitas, Teguh sangat memperhatikan dari mana kopi itu berasal dan kadang juga turut terjun langsung sampai ke petaninya. Di kedai ini menyediakan kopi yang berasal dari berbagai penjuru nusantara, baik itu Arabika dan Robusta. Dahulu kedai ini bisa menyediakan 40 varian kopi. Namun saat ini ia memilahnya cukup 20 saja yang setiap bulannya tinggal menggilir kopi mana yang akan disajikan.
Penyediaan single origin coffe yaitu kopi khas dari daerah, yang menjadi andalan kedai ini. Beberapa yang menjadi vaforit pengunjung di antaranya kopi yang berasal dari Gayo, Dampit, serta lereng Arjono. Cara penyeduan di kedai ini standar seperti pada kedai pada umumnya. Seperti dengan filter (V60), kalita wave, Vietnam drip, serta tubruk. Cara espresso juga tersedia, yang semuanya disajikan secara manual.
Kedai ini tidak sekadar tempat untuk ngopi. Sengaja juga disediakan mesin untuk proses penyangraian (roastery) yang berada di beranda depan. Semua dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan kedainya sendiri sehingga nantinya terjamin kualitas kopinya. Selain itu kedai ini juga menerima jasa roasterydari para rekanan yang juga pengelola kedai kopi. Tak jarang juga datang dari masyarakat pribadi yang membawa biji kopinya sendiri untuk disangrai.
Proses roastery biasa Teguh lakukan pada malam hari. Berbekal pengalaman dan naluri sehingga nantinya mendapatkan hasil yang terbaik. Setelah itu ia akan menyortir biji kopi yang hasilnya kurang maksimal, dan itu terlihat dari bentuk dan warnanya setelah proses roastery usai.
Teguh pun bercerita bahwa pada saat melakukan roastery ini justru mendapat perhatian dari pengunjung. Komunikasi pun terjalin dengan proses tanya jawab. Dan dari situ semua perkopian dapat terungkap. Ia pun dengan senang hati menjelaskan segala yang berkenaan dengan kopi, dan ini merupakan proses edukasi tersendiri bagi penyuka kopi, baik itu yang masih awam ataupun yang kawakan.
Ketika ditanya bagaimana respon masyarakat dengan gratis 20 cup tersebut di kedainya ini. Teguh menjelaskan bahwa pengunjung cukup menghargai adanya event ini. Untuk kopi gratisnya kedai ini menyuguhkan dengan sistem tubruk. Dan rupanya respon pengunjung menyukai yang berbayar tersebut, 20 cup kadang tidak habis setiap harinya.
Berbicara kopi tentu tidak aka nada habisnya. Dan tidak boleh dilupakan bahwa daerah Malang Raya ini merupakan salah satu penghasil kopi terbaik dan terbesar di negeri ini. Banyak hal yang masih bisa dibicarakan. Diharapkan dengan event "Malang Sejuta Kopi" akan mampu mendorong semua pihak untuk dapat menyelenggarakan ngopi yang sehat dan baik. Dan di kedai Omah Luwak Coffee and Roastery ini bisa menjadi rujukannya.
