Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain Bubuk Kopi yang Berakhir di Lukisan "Hitam-Putih"

21 Maret 2018   09:38 Diperbarui: 21 Maret 2018   09:53 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan kopi kreasi yang dipajang dalam pameran tunggalnya. Dok pribadi

Menikmati kopi sesuai kebiasaan dengan menyeduhnya. Dalam proses secangkir kopi, berbagai cara bisa dilakukan baik modern ataupun tradisional. Soal selera bisa menyesuaikan. Kopi bisa murni apa adanya ataupun dicampur dengan gula ataupun susu. Mau panas ataupun dingin, masing-masing orang punya kebiasaan tersendiri yang tak mesti sama.

Namun menikmati kopi tidak hanya dengan meminumnya. Ada cara lain yaitu melalui lukisan. Kopi dalam hal ini bubuknya dapat menjadi bahan lukisan yang indah dan bercita rasa tinggi. Tidak semua orang bisa, inilah yang dilakukan oleh Sawir Wirastho. Karyanya dapat dinikmati dalam pameran tunggal yang bertempat di lantai 2 Pertokoan Sarinah, kota Malang. Acara berlangsung mulai tanggal 9-22 Maret, dan terbuka untuk umum.

Tidak banyak lukisan yang ditampilkan namun cukup bisa dinikmati dalam sebuah sudut ruang komersial dalam sebuah kafe. Lukisan kopi ditata sedemikian rupa sehingga mudah dan nyaman dinikmati. Dan beberapa lukisan di gantung pada dinding sekat kafe dan tiang penyangga gedung. Lukisan dibingkai dengan rapi disertai keterangan judul di bawahnya. Pada Selasa (13/03) saya sempatkan melihat pameran tunggalnya itu, serta berbincang santai seputar aktifitasnya selama ini.

Beberapa lukisan kopi yang dipajang. Dok pribadi
Beberapa lukisan kopi yang dipajang. Dok pribadi
Dari nyete ke pelukis kopi

Bagi Sawir melukis dengan kopi bukanlah sesuatu yang baru. Hal ini bermula dari kegemarannya dan juga bagi para perokok yang berbakat seni dengan menggambar menggunakan bubuk kopi di batang rokoknya. Kegiatan semacam ini dalam istilah lokal sering disebut nyete. Para perokok seakan punya keasikan sendiri dengan menggambar di rokok yang nanti akan dibakar untuk dapat dihisap.

Ia pun bercerita permulaannya untuk melukis kopi pada media kanvas dan kertas. Beberapa tahun lalu pria yang asli Ponorogo ini mengalami sakit yang haus di opname di rumah sakit, levernya sempat kena dan hampir pada kondisi kritis. Di saat sakit itulah kurang lebih tiga bulan ia harus berhenti merokok. Dan pada saat benar-benar sembuh ia menyatakan tak melanjutkan aktifitas merokok itu.

Bagi perokok merokok tidak sekadar menikmati nikotin yang masuk, tetapi juga untuk "membunuh" waktu luang. Demikian pula dengan Sawir, waktu luang dengan merokok sudah tak ada lagi. Namun demikian aktifitas ngopi tak pernah ia ditinggalkan. Yang dulu melukis di sebatang rokok ia gantikan di wadah kertas. Bahan kopi yang akan dipakai untuk melukis, didapatkan dari ampas kopi yang ia minum. Tentu ada teknik tersendiri ketika mengambil halus kasarnya bubuk kopi itu yang tersisa di lepek.

Sawir Wirastho (paling kiri) yang sedang melayani awak media. Dok pribadi
Sawir Wirastho (paling kiri) yang sedang melayani awak media. Dok pribadi
Akhirnya Sawir mempunyai aktifitas melukis kopi di media kertas dan kanvas. Pada mulanya tak mudah melukis di kedua media itu. Setelah jadi, masalah jamur kerap kali menderanya karena kopi merupakan bahan organik. Untuk itu ia terus mengupayakan agar lukisannya dapat awet. Kurang lebih satu tahun ia bereksperimen untuk dapatkan hasil yang terbaik. Dan akhirnya ditemukan menggunakan pengawet yang biasa dipakai  pada lukisan pada umumnya. Agar bubuk kopi melekat dengan baik, maka dicampur dengan lem kayu.

Diakuinya aktifitas melukis bukanlah sesuatu yang rutin. Ia pun keberatan disebut dengan seniman, yang memang punya konsekwensi tersendiri. Ia melukis biasanya ada kebuntuan dalam dirinya ketika tidak bisa menulis atau aktifitas lainnya. Melukis adalah sarana untuk melampiaskan itu semua. Mengenai warna pada lukisan ia mengandalkan warna asli pada bubuk kopinya yang terlihat hitam kecoklatan. Degradasi warna gelap atau terang pada kopi lebih ditekankan para proses pe-roasting dan penggilingannya.

Tak ada batas waktu dalam menyelesaikan aktifitas melukis. Tergantung ide, kesempatan dan mood. Pengerjaannya bisa hitungan jam, hari, bulan, bahkan tahun. Tak ada pula target berapa lukisan yang akan diselesaikan. Melukis dengan kopi ada kepuasan tersendiri baginya, dan itu bukan menjadi mata pencaharian utama. Di tempat tinggalnya Dusun Santen Desa Mangunrejo Kecamatan Kepanjen ini, ia menyediakan jasa penyangraian (roasting) biji kopi untuk beberapa kedai kopi yang menjadi pelanggannya.   

Bahan dan peralatan untuk aktifitas melukis. Dok pribadi
Bahan dan peralatan untuk aktifitas melukis. Dok pribadi
Ditawarkan melalui online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun