"Kompasiana merupakan mozaik tersendiri dari dunia digital di Indonesia khususnya di konten, bukan dari sisi infrastruktur," - Rudiantara (Menteri Komunikasi dan Informatika)
Ungkapan itu  terlontar dari sang menteri saat acara Tokoh Bicara Kompasiana di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta (30/1). Setidaknya ungkapan itu memiliki dua makna, pujian sekaligus -menurut saya- kritikan atau dalam bahasa halusnya sindiran kepada Kompasiana.
Pujian Kompasiana tentang konten, tidaklah diragukan lagi. Kompasiana adalah media sosial yang paling patuh dalam menampilkan konten yang positif. Dengan metode moderasi dan kurasi, pengelola begitu ketat agar tulisan yang di-postingsesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Dari sekian banyak tulisan, ada juga posting-an yang sempat lolos, tapi tak begitu lama akhirnya di-suspendjuga.
Begitu ketatnya aturan di Kompasiana, tak jarang ada yang mengeluhkan tulisan di Kompasiana di- delete tetapi dikirim ke "tetangga sebelah" ternyata tidak ada persoalan. Dan jangan mengharap tulisan yang menyinggung SARA apalagi ujaran kebencian akan lolos di Kompasiana. Tidak hanya tulisan, komentar pun diperhatikan. Ada yang celaka para Kompasianer yang memberi komentar di Kompas.com dengan katagori melanggar. Berakibat akan di-suspend juga, sehingga akun Kompasiana turut tidak bisa dibuka.
Konten di Kompasiana sangat bervariasi dengan beragam topik. Tak sembarangan menulis, ada ketentuan di Kompasiana yang dilarang, di antaranya adalah "berjualan" dan berpromosi. Untuk menyikapinya kita harus pandai mengemas kata dan kalimat sehingga nantinya bisa lolos kurasi. Dan rupanya Kompasiana sadar akan itu bahwa tulisan yang berbau endorsement tidak akan bisa dihindari, namun perlu diatur dengan ketentuan resmi. Maka hadirnya blog competition, Â content affiliation atau tawaran review produk sudah menjadi bagian tersendiri dari Kompasiana yang bisa menjadi jalan keluar terbaik.
Kompasiana tak hanya jago di dunia maya, di dunia nyata pun cukup mendominasi. acara even kopdar banyak diselenggarakan berupa nangkring, kunjungan ke pabrik, Kompasianival, serta even Indonesia Community Day (ICD) menjadi agenda rutin yang tak pernah terlewatkan. Berkat konten juga akhirnya para Kompasianer secara alamiah membentuk komunitas dengan berbasis minat dan lokasi.
Tak dipungkiri bahwa Kompasiana adalah media sosial anak negeri yang cukup mendapat perhatian. Inovasi pun dilakukan, beberapa tulisan Kompasinaner yang menarik oleh admin dibuat grafisnya, yang di-postingdi akun Instagram Kompasiana. Beberapa buku yang melibatkan Kompasianer sudah banyak diterbitkan.
Seakan tak ada lawan, bahkan beberapa produk sejenis -berbasis blog- mulai menyatakan undur diri. Di samping itu bermunculan beberapa media sosial yang baru dalam tahap membesarkan diri. Dan untuk sementara ini Kompasiana merupakan "raja" yang hampir belum ada saingannya, baik secara konten ataupun penggunanya (kualitas dan kuantitas).
Sungguh beruntung ketika sang menteri tidak menyinggung masalah infrastruktur Kompasiana. Namun dibalik pernyataan itu, masalah infrastruktur janganlah dipandang enteng, bisa jadi itu adalah sebuah sindiran bagi Kompasiana. Konten yang bagus tentu harus dibarengi dengan infrastruktur yang bagus dan tangguh juga. Jika konten itu kita anggap piranti lunak (software), sedangkan infrastruktur sebagai piranti kerasnya (hardware).
Piranti kerasnya itu bisa berupa maintenance Kompasiana. Namun apa daya maintenance selama ini masih dalam penyempurnaan. Konsekwensinya adalah bahwa untuk melakukan aktifitas ngeblog beberapa Kompasianer mengalami kesulitan untuk login, posting, unggah gambar, lambat, serta gangguan lainnya yang itu cukup menyebalkan.
Saya sendiri pernah merasakannya. Login bengitu sulit, saat itu saya diburu untuk segera posting walaupun itu hanya target pribadi agar ulasan tidak basi. Upaya dengan bersihkan cache sudah saya lakukan yang merupakan upaya yang disarankan, sama saja tak berhasil juga. Akhirnya seakan tidak ada jalan lain, program browser saya install ulang. Hasilnya sama saja tak bisa login, ini yang saya lakukan di desktop. Sementara ketika login pada versi mobile ternyata tidak ada persoalan. Â Â Â
Saya pikir ini hanyalah sementara saja. dan memang benar ketika dicoba di malam hari hasilnya lancar-lancar saja. Untungnya kejadian itu hanya sesaat, tidak sampai "tersiksa" begitu lama. Kondisi saya masih beruntung, berkaca pada pengalaman beberapa rekan bahkan sampai saat ini tidak bisa login. Entah masalah maintenance mana yang menderanya, sehingga merasa bosan sendiri ke Kompasiana.
Kita berharap pada Kompasiana bahwa apa yang sudah bagus di konten itu bisa dibarengi juga di infrastrukturnya. Kiranya perlu juga mengabaikan ucapan sang menteri yang tak "mementingkan" sisi infrastuktur. Beraktifitas secara nyaman ngeblog tentu dambaan para Kompasianer layaknya bermedia sosial milik negara luar itu. Dan tentunya para Kompasianer akan bersabar untuk segala perbaikan itu, walaupun kadang terjebak pada situasi benci tapi rindu.Â
 Beberapa yang tidak sabar (baca: kecewa) mulai malas berkompasiana yang bisa jadi lalu membuat portal sendiri. Tidak dipungkiri bahwa beberapa portal baru saat ini banyak dikembangkan "alumni" Kompasiana.  Inilah tantangan Kompasiana yang sudah tumbuh menjadi besar, yang seharusnya bisa menyesuaikan diri karena harus menanggung beban berat. Idealnya biarkan para Kompasianer itu bertugas menghasilkan konten positif. Tanpa harus "dipusingkan" kondisi infrastrukturnya, mereka tahunya harus lancar saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H