Boleh saja berpolitik namun harus penuh tanggung jawab, politik adiluhung (high politic) yang sering ia dengungkan dahulu kala. Paling tidak ia harus mencontohkan apa yang pernah menjadi konsepnya, sebelum menyarankan kepada orang lain. Berada pada ranah politik tidaklah mudah, yang sarat kepentingan jangka pendek. Ini mungkin yang membuat Kiai Ahmad Dahlan, K.H. A.R. Fachruddin, dan Buya Syafii yang lebih menjaga jarak pada kekuasaan.
Sejarah mencatat bahwa kekuasaan Orde Baru (orba) selama 32 tahun akhirnya tumbang yang diikuti dengan lengsernya Suharto di tahun 1998. Suharto bisa berkuasa begitu lama dan ditakuti karena saat itu tidak ada tokoh yang berani mengingatkannya. Bagi yang berani akan ada risiko berikutnya, dan itu tidak mengenakkan. Amien Rais termasuk yang berani, akhirnya juga berhasil, dan bisa juga menjadi menjadi ketua MPR dengan manuver yang salah satunya berkoalisi dengan Golkar. Padahal pada mulanya ia getol bahwa Golkar harus dibubarkan.
Bahwasannya Amien Rais saat ini perlu diingatkan akan kiprahnya selama ini, agar kembali kepada politik kebangsaan. Jangan sampai generasi muda diwarisi tokoh yang tidak bersikap negarawan. Amien Rais bukanlah "dewa" seperti Suharto yang tidak pernah salah ataupun harus diikuti tanpa dikritisi. Jika tidak nasib tragis akan berulang seperti Suharto yang pernah ditumbangkannya itu.
Ngeri rasanya membaca komentar para netizen tentang Amien Rais di media sosial. Amien Rais dipandang tidak konsisten tentang perjuangan yang pernah dibangunnya itu. Istilah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) adalah istilah yang dicetuskanAmien Rais. Setelah Suharto tumbang harusnya Amien Rais terus berjuang pada masalah itu walaupun nantinya mengarah pada koleganya sendiri, kasarnya jangan tebang pilih atas hal itu.
Tanggal 18 November 2017 Muhammadiyah berulang tahun ke-105. Tidak dipungkiri di usia yang lebih dari satu abad ini Muhammadiyah (secara organisatoris) telah banyak mengisi berbagai aspek untuk bangsa dan negara ini. Jangan sampai ulah segelintir kadernya akan membuat organisasi menjadi tercoreng. Rasanya masih ada waktu Amien Rais untuk dapat memosisikan pada kedudukan sebenarnya, menjadi bapak bangsa. Muhammadiyah perlu dicegah terkena noda hitam akibat ulah para mantan ketua umumnya. Bangsa ini merindukan tokoh yang sejuk dan penuh panutan seperti Kiai Ahmad Dahlan dan K.H. A.R. Fachruddin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H