Di era digital ini tulisan tangan sudah jarang dipergunakan, bila dibandingkan dengan generasi terdahulu. Jika mengenang masa kecil dulu, apabila mendapati tulisan tangan yang acak-acakan tidak karuan maka orangtua, guru, dan teman akan menyebutnya tulisan cakar ayam. Suatu istilah yang dimaksudkan untuk menghaluskan makna yang artinya tulisan tangan yang jelek.
Beberapa waktu lalu, Ahok melalui akunnya di Instagram mengunggah foto yang isinya ungkapan terima kasih kepada masyarakat atas perhatiannya, terutama dalam menyambut tanggal lahirnya (29 Juni). Ungkapan apresiasi dan terima kasih itu ia tulis langsung dengan tangannya. Bila kita lihat dengan seksama tulisan tangan Ahok ini, kita bisa sepakat bahwa tulisan itu termasuk katagori cakar ayam.
Bila dibandingkan dengan tulisan tangan Sukarno, Mohammad Hatta, ataupun Suharto sungguh jauh berbeda dengan kepunyaan Ahok. Orang besar ternyata tidak selalu identik dengan tulisan tangannya yang kadang dipresepsikan bagus juga, Ahok mungkin hanya pengecualian saja.
Tulisan cakar ayam memang merepotkan bagi yang membacanya. Perlu ekstra keras untuk memahami huruf yang terangkai itu sehingga bisa dibaca. Dan kadang pula kita sulit membacanya, yang bisa jadi hanyalah sang pemilik tulisan itu sendiri. Kalau tulisan yang hanya pendek tentu tidak masalah jika panjang tentu akan menyiksa bagi yang membacanya.
Dalam penilaian moderat tulisan tangan Ahok memang jelek namun masih bisa dibaca, masih cukup baik dalam menegaskan huruf yang dimaksud dalam merangkai kata dan kalimat. Suatu tulisan cakar ayam yang tidak tergolang parah. Gangguan yang ada paling hanyalah bahwa tulisan itu tidak "diukir" dengan huruf yang indah, selayaknya biasa yang dijumpai seperti tulisan tangan perempuan. Secara garis besar tulisan tangan Ahok bisa dibaca dengan jelas dengan tingkat kesulitan yang minim.
Sepertinya di lingkungan kerja Ahok selama ini tidak ada masalah tulisan tangannya yang cakar ayam tersebut. Anak buahnya cukup bisa membaca uraian yang dimaksud. Terbukti selama ini tidak ada kesalahpahaman atas teknik tulisan tangan Ahok tersebut. Yang mencuat dan mendapat perhatian adalah justru kalimat seperti tulisan tangan yang menuliskan "pemahaman nenek lu!" pada lembaran RAPBD DKI Jakarta yang sedang dikoreksinya.
Bisa jadi Ahok cuek dengan model tulisannya itu, yang memang -tidak hanya Ahok saja- sudah bawaan sedari kecil. Untuk mengubahnya memang perlu perjuangan khusus, karena sudah kebiasaan. Biasanya para yang tulisannya cakar ayam, punya cara ngelestersendiri yaitu meniru tulisan dokter atau wartawan (zaman dulu) yang memang tulisan tangannya jelek. Suatu "pembenaran" yang masuk akal bisa menyamakan dengan tulisan dari profesi yang dipandang sebagai orang pandai.
Masalah tulisan tangan dan tanda tangan bagi yang berkecimpung di ilmu psikologi tentu mempunyai arti. Ada ilmu tersendiri untuk mempelajarinya yaitu grafologi. Bagi yang sudah ahli bisa "membaca" kepribadian seseorang dengan tulisan tangannya tersebut, akurasinya bisa mendekati 100 persen walau tidak sampai tepat utuh.
Saya sendiri pernah mengikut kursus gratis grafologi yang di bimbing oleh dosen, psikolog yang juga Kompasianer Naftalia Kusumawardhani di Surabaya beberapa bulan lalu. Cukup pening juga mempelajarinya mulai dari jarak spasi, model huruf, kemiringan tulisan, hingga penekanan tulisan. Pelajaran yang sangat kompleks yang tidak bisa dituntaskan hanya satu sampai dua jam pertemuan. Bagi saya itu adalah pertemuan yang berarti dalam menyingkap sedikit saja ilmu grafologi.
Karena bukan ahlinya saya tidak ada kapasitas menilai Ahok dari karakter tulisannya itu. Namun walaupun tulisan Ahok termasuk jelek, di sisi lain ia mendapat nilai yang positif. Ahok dikenal pribadi yang tegas dan tanpa kompromi dalam menegakkan aturan. Ia pun dikenal pejabat jujur, dan sesuai dengan singkatan namanya BTP (bersih, transparan, profesional). Suatu syarat yang ideal bagi pejabat publik. Walaupun ia punya kelemahan yang lain, kurang santun dalam berkomunikasi.
Beberapa info yang di wartakan di media massa (diantaranya kumparan.com) bahwa Ahok setiap hari menyempatkan menulis dalam satu lembar. Saat ini Ahok berada di penjara akibat kasus dugaan penistaan agama yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Tentu dalam ruang yang terbatas itu, ia menuliskannya dengan tangan. Suatu saat tentu kita ingin tahu apa yang dituliskannya itu. Mungkin akan lebih menarik bila dalam bentuk aslinya dalam tulisan tangan yang cakar ayam tersebut. Akan ada seni untuk membaca tulisan itu dan memahami isinya.
Tulisan tangan sudah bawaan yang bisa jadi sulit diubah. Jadi kadang seseorang sudah nyaman dengan tulisan tangannya seperti itu. Mengenai tulisan Ahok seperti itu, saya terkadang menilai diri sendiri. Saya tidak akan mencela tulisan tangan Ahok yang cakar ayam itu. Dan ternyata bisa dicermati lebih dalam lagi, tulisan tangan saya tidak jauh berbeda sedikit lebih bagus dari punya Ahok. Hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H