Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjemput Takdir Baik di ICD Jogja 2017

18 Mei 2017   09:57 Diperbarui: 18 Mei 2017   10:39 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan bermaksud berfilosofi hanya sekedar meminjam istilah dari kumpulan cerita dan prosa Dewi Lestari yang salah satu ceritanya diangkat kelayar lebar: Filosofi Kopi. Ibarat seduhan kopi itulah kondisi Bolang sesungguhnya. Bahwa kopi identik dengan namanya rasa masam dan pahit. Ketika diberi gula pun masih ada rasa pahit kopi yang tersisa. Jika kebanyakan gula, justru rasa terlalu manis yang tidak diinginkan, kopi tidak akan enak dinikmati.

Mungkin seperti itulah perjalanan Bolang selama ini –layaknya kopi- bagaimana mengemas “kepahitan” itu sehingga sedap dinikmati. Bolang dengan segala lika-likunya mencoba menempatkan kopi secara apa adanya. Kepahitan kopi adalah sebuah keniscayaan, dan menikmati yang benar adalah dengan apa adanya tanpa harus diberi gula.

Dan bagi pecinta kopi akan tahu bahwa kopi tidak melulumemberikan rasa pahit. Pada jenis tertentu ditambah dengan pengolahan yang tepat dan baik kopi akan memberikan rasa masam, dan mengeluarkan aroma buah-buahan. Dan tidak itu saja kopi juga dapat memberikan rasa manis yang khas yang tidak sama dengan yang didapatkan dari tebu.

Dengan mengambil prinsip dolan tapi oran dolanan (terjemahan bebas: bermain tapi tidak main-main) membuat segala kegiatan yang dilakukan dengan tanpa beban. Semua dilakukan dengan apa adanya, sederhana, spontan, namun punya target yang jelas. Dari semua kegiatan tersebut diupayakan untuk ditulis di masing-masing akun Kompasiana untuk di-posting. Seperti kata Buya Hamka setiap tulisan memiliki takdirnya sendiri. Setelah itu, biarkan tulisan itu mengikuti takdirnya.

Dari rangkaian tulisan anggta bolang tersebut tersebut dipilah dan dipilih untuk  dirangkum dijadikan sebuah buku, yang kemudian di beri judul “Bolang Berbagi”. Inilah efek dari berkomunitas yang kemudian bisa menghasilkan hal yang bermanfaat. Dan tidak dinyana pula ternyata hasil dari berkiprah selama 2 tahun ini Bolang mendapat takdir baik sebagai “Best Kompasiana Community” di tahun ini. Dan ketika ditetapkan di Kota Jogja, penghargaan itu berasa begitu istimewa.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun