Dalam kemajuan teknologi informasi dan teknologi (TIK), peranan media sosial begitu dominan dalam gaya hidup (lifestyle) yang serba modern ini. Namanya update status sudah menjadi “makanan” sehari-hari yang kadang di sertai gambar atau video sebagai pendukungnya. Diantara ber-sosmed-ria tersebut ngeblog merupakan aktifitas yang memerlukan “energi” lebih, karena itu tidak semua orang berkecimpung didalamnya walaupun memiliki perangkat yang mumpuni.
Beraktifitas di blog memang sedikit berbeda dengan di platform media sosial lainya seperti facebook, twitter, atau instragram. Melalui blog kita dapat dapat menghimpun semua media sosial tersebut dengan menggunakan multimedia yang lebih komplit. Melalui blog tulisan bisa lebih panjang dengan disertai foto atau gambar serta video yang satu sama lain saling terkait. Dan memang beraktifitas di blog lebih “berat” sedikit, maka tidak semua orang belum tentu menjadi bloger walaupun aktifitas di media sosial lain cukup aktif.
Pemilik blog pun beragam. Ada yang berada di platform gratisan, memakai domain berbayar, atau ber gabung di blog keroyokan seperti di Kompasiana ini. Saya sendiri berkecimpung di ketiga macam ngeblog tersebut, alasannya sama seperti para bloger yang lainnya. Tiap masing-masing platform mempunyai kelebihan dan kekurangan, serta untuk membagi tujuan dan maksud yang berbeda pula.
Berada di Kompasiana mempunyai keasyikan tersendiri. Karena merupakan blog keroyokan maka adanya interaksi antar pemilik akun (baca: Kompasianer) akan lebih mudah terjalin. Tingkat keterbacannya pun lebih terjamin apalagi posting-an diganjar HL (head line) oleh admin. Maka tidak heran bila –kebanyakan- para Kompasianer tersebut masih terus berkarya diakunnya masing-masing walaupun punya blog di tempat lain. Dan bagi para bloger terlebih Kompasianer mempunyai kesan tersendiri dalam beraktifitas didalamnya. Beberapa diantaranya mempunyai kesan yang sama dan tidak jarang berlainan karena memang hal tersebut lebih ke arah persoalan pribadi.
Yang terduga
Ber-Kompasiana-ria sudah lama saya lakukan, walaupun terkadang hanya sebagai silent reader. Dengan artikel yang sudah dimoderasi maka berita hoax pun dapat diminimalisir. Maka kita pun akan lebih berhati-hati dalam menulis agar tidak melanggar aturan yang sudah dikeluarkan.
Didalam Kompasiana sendiri sering mengadakan even baik itu kunjungan, ataupun nangkring. Melalui forum itulah para Kompasianer dapat ber-kopdar-ria. Jika ada waktu saya terkadang mengikutinya. Di situ saya dapat bertemu dengan rekan Kompasianer yang lain, yang selama ini hanya bisa berinteraksi di dunia maya.
Dengan mengikuti even yang diadakan Kompasiana, saya dapat memperoleh banyak hal. Mulai dari teman baru, bertambahnya pengetahuan sekaligus informasi yang dapat diperoleh dari nara sumbernya langsung. Tidak hanya itu saja, ketika acara usai saya dan rekan-rekan yang lain tidak pulang dengan tangan kosong. Ada “oleh-oleh” goody bag, yang isinya bervariasi mulai dari bloknote, pulpen, kaos, ataupun kadang produk dari para sponsor.
Yang tidak terduga
Berkecimpung di Kompasiana terkadang saya memperoleh sesuatu yang tidak saya duga sebelumnya, ataupun memperoleh sesuatu yang menurut saya kecil peluangnya. Beberapa diantaranya yang pernah saya alami yaitu:
Dapat menerbitkan buku. Senang rasanya nama dan tulisan dapat tercetak dalam sebuah buku, dari penerbit mayor lagi yaitu Media Elex Komputindo (KG Grup). Kebetulan juga sudah dua buku yang sudah diterbitkan dengan bekerja sama dengan Kompasiana. Hal ini terjadi pada tahun 2012 yang pada waktu itu sedang “panas-panasnya” pilkada DKI Jakarta yang sudah kita ketahui pemenangnya adalah duet Jokowi-Ahok.
Dan pada waktu itu saya juga membuat beberapa posting-an tentang Jokowi, sama dengan Kompasianer yang lainnya karena tema tersebut paling aktual dan menarik. Dan pada waktu itu tahun 2012 Kompasiana mengadakan “sayembara” untuk menerbitkan buku kolaborasi. Syaratnya cukup mengirimkan artikel yang pernah di-posting di Kompasiana. Pada waktu itu terdapat beberapa artikel yang sudah saya buat tentang Jokowi. Setelah saya sortir ada lima yang saya kirim via email Kompasiana.
Selang beberapa tahun kemudian “sayembara” serupa diluncurkan Kompasiana, baik berupa tokoh ataupun tentang keindonesiaan. Walaupun pada saat itu Ahok sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, kiprahnya cukup fenomenal. Selain tegas juga sikap tempramentalnya yang membuat Ahok cukup mendapat perhatian. Ahok layak dibukukan dengan kompilasi artikel Kompasianer. Untuk “sayembara” saya juga mengikutinya, kirim tiga artikel satu yang dinyatakan lolos. Selang beberapa bulan buku Ahok versi Kompasiana pun terbit.
Perlu diketahui bahwa saya dapat mengikuti kunker tersebut karena faktor keberuntungan saja. Saya menghadiri acara Kompasianival 2015 (12-13 Desember 2015) yang bertempat di Gandaria City Jakarta. Pada saat itu menko Rizal Ramli menjadi salah satu nara sumber pengisi acara. Rizal Ramli mengulas tentang potensi pariwisata Indonesia yang harus diangkat. Diakhir acara ia mengajak para Kompasianer yang hadir pada saat itu untuk mengunjungi destinasi wisata unggulan. Caranya yaitu dengan menjawab kuis yang diajukan sang menteri kemudian diserahkan kepada ajudannya. Tidak dinyana saya turut terpilih bersama keempat Kompasianer lainnya.
Beyond blogging dan yang tak terduga
Pada tahun 2017 ini Kompasiana berganti tagline dari sharing & connecting menjadi beyond blogging. Menafsirkan beyond blogging di kepala para bloger sendiri bisa bermacam-macam. Bisa jadi terjemahan bebasnya –menurut saya- adalah bisa punya nilai lebih tidak sekedar ngeblog. Mungkin keberkahan ngeblog seperti yang saya alami tersebut yaitu mendapatkan sesuatu yang tidak terduga.
Dan yang tidak terduga bagi para bloger khususnya Kompasianer pada masing-masing pribadi mempunyai pengalaman tersendiri dan itu tidak mesti sama. Beberapa Kompasianer bahkan pernah diundang makan siang di istana bersama Jokowi. Beyond blogging tanpa terasa sudah lama diterapkan oleh Kompasiana. Dan mudah-mudahan di Kompasiana ini ketaktergugaan dan kejutan selalu mewarnai para Kompasianer. Tugas utama tetap dijalankan yaitu terus menulis hal yang positif dan bermanfaat. Seperti kata buya Hamka, biarlah tulisan itu mengalir mengikuti takdirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H