Sore itu (13/07) hati terasa gundah, apa yang saya khawatirkan terjadi juga. Jadwal sudah saya mundurkan 15 menit dari jadwal semula jam 4 sore, ternyata saya pertama kali yang datang di Mall MX, Jalan Veteran Malang. Maklum pada hari itu sesuai kesepakatan diadakan kopdar sekaligus halal-bihalal setelah idul fitri tiba.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya para personil Bolang (Blogger Kompasiana Malang) pun mulai berdatangan dan jam 5 sore boleh dianggap lengkap (8 personil), sedangkan anggota lainnya berhalangan hadir dengan alasan tertentu. Acara belum bisa dimulai sebab acara tersebut juga direncanakan kopdaran juga dengan mantan admin Kompasiana, mbak Wawa yang kebetulan sedang mudik di Malang. Pada saat itu mbak Wawa masih dalam perjalanan menuju MX, ketika sedang dihubungi posisi masih pada jarak yang jauh, perkiraan bisa satu jam-an akan sampai sebab jalanan sedang macet.
Sambil menunggu mbak Wawa kami pun berbincang santai, ngomomg ngalor ngidul. Di sela pembicaraan itu terlontar untuk memindahkan acara kopdaran, dengan alasan tempatnya terlalu mainstream, perlu suasana yang lebih segar dan unik. Rembukan pun dilakukan dicarikan tempat yang dirasa paling cocok. Berbagai tempat ditawarkan dengan pertimbangan plus minusnya.
Sebagai kota kuliner, meminjam istilah SBY : “selalu ada pilihan” untuk tempat yang terunik. Dan akhirnya dengan usulan mas Saiful yang mendapatkan rekomendasi dari temannya (via telepon) dipilihlah Kafe yang berada di belakang Unisma. Penentuan itu cukup nekat juga karena diantara kami belum pernah berkunjung ke sana, info yang diterima tempat ini cukup unik dan nyaman buat berkumpul.
Tanpa hambatan berarti akhirnya kami pun sampai di tujuan. Ketika akan memasuki kafe agak ragu juga, sebab pada pintu masuknya nuansa tiongkok cukup kentara, ini berkenaan dengan makanan yang dijual halal atau tidak. Keraguan pun sirna, setelah memperoleh info cukup tempat ini “aman” untuk disinggahi. Tempat yang di maksud adalah “Roemah Coffee Loe Mien Toe”.
Rupanya gaya blogger tidak pernah luntur dimanapun berada. Bukannya langsung menulis pesanan yang sudah disodorkan pramusaji tetapi masih sibuk berfoto ria mengambil gambar di sudut-sudut ruangan dan beberapa aksesoris didalamnya. Dan setelah puas mengambil gambar kami pun akhirnya menempati bangku dengan menata meja yang dijadikan berdempetan. Dan disitulah kami berbincang santai sembari menanti pesanan makanan dan minuman.
Tanpa disangka pula kami kedatangan tamu yang juga kompasianer mbak Dewi Puspa yang diantar kakaknya, asli malang yang tinggal di Jakarta yang kebetulan mudik. Ia datang dengan undangan mbak Wawa, yang rupanya cukup berkenalan akrab. Suasana cukup cair dengan berbagai info ringan dan menarik, canda dan tawa pun menyertai di sela-sela percakapan.
Sempat juga terencana bikin kafe dengan tiga kawannya yang akhirnya juga kandas. Maka sang ayah Bowo Warsito yang pensiunan dari perusahaan Semen Gresik menawarkan rumahnya untuk dibuat kafe, dan ia pun setuju. Di tahun 2012 pun dirancang kafe itu dengan konsep memakai suasana jadul. Ayahnya yang mengupayakan barang antik itu, sedangkan ia konsentrasi di pengololaan dan bagian “dapur”. Dan memang untuk urusan makanan dan minuman ia terjun sendiri belum terkonsentrasi dengan koki khusus. Yang disediakan di kafe ini cukup standar, minuman aneka teh dan kopi dengan panas dan dingin. Sedangkan makanan seputar nasi goreng dan kwetiau.
Bahasan tentang kafe ini pun cukup beragam, sampai sampai ada yang iseng tanya apakah tempat ini ada “penunggunya” atau tidak. Anita menjawab cukup standar saja, dia sendiri tidak bisa “melihat” tetapi saudaranya ada yang bisa “melihat” dan ditempat ini katanya “ada”. Dan terlepas dari itu semua, masalah seperti ini dikembalikan kepada pribadi masing-masing, karena punya presepsi sendiri-sendiri.
Malam semakin larut, mbak Wawa berserta keluarga pamit duluan. Kami Bolang masih di tempat untuk sekedar koordinasi internal. Kami mengevaluasi kegiatan selama ini, dan merencakanan kegiatan bulan berikutnya. Bagi Bolang kegiatan setiap bulan “wajib” ada dengan variasi acara. Dan kadang kami lakukan adalah kumpul dahulu kemudian secara spontanitas acara mau dilanjut ke mana.
Kebersamaan pada malam itu harus berakhir, acara pun ditutup dengan perasaan lega. Kami pun pulang ke tempat masing-masing. Kami berharap kedepanya Bolang tetap eksis dengan berbagai kegiatan, dan semoga itu semua bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H