Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured Pilihan

Isra Mi’raj dan Konsepsi Kejadian Masa Depan

6 Mei 2016   08:41 Diperbarui: 25 April 2017   04:00 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : http://wallpaperstock.net

Peristiwa isra mi’raj setiap tahun selalu diperingati bagi para pemeluknya. Suatu peristiwa besar yang kejadiannya melibatkan rasulullah, tidak saja menyangkut keimanan tetapi juga ilmu pengetahuan (akal). Pasca kejadian isra (perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina) dan kemudian diteruskan mi’raj (ke sidratul muntaha), rasullullah banyak dicibir akan kejadian itu. Maklum saja –masa itu- kendaraan yang dipakai untuk jarak jauh adalah unta, maka suatu hal yang mustahil melakukan perjalanan jauh hanya satu malam saja.

Peristiwa yang menimpa rasulullah itu memang kejadian yang luar bisa, ini merupakan peristiwa yang tergolong suprarasional dan metafisika, perlu pemahaman lebih disamping rasa keimanan. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian pesat maka peristiwa isra mi’raj itu mulai tersingkap sedikit demi sedikit. Adanya teori relativitas yang dikemukakan oleh Albert Einsten ini sedikit banyak menemukan relevansinya. Ada pula pertanyaan apakah Rasulullah itu dalam isra mi’raj hanya ruh atau dengan jasadnya? Jika merujuk rumus yang dikemukakan Einsten E=MC2, maka pertanyaan itu perlu direvisi sebab antara energi dan massa (materi) itu ternyata berbanding lurus.  

Peistiwa isra mi’raj memang terjadi 14 abad yang lalu namun inilah merupakan gambaran peradaban manusia masa depan. Perpindahan benda termasuk manusia dari satu titik ke titik lain dalam jarak jauh dapat ditempuh waktu akan semakin singkat. Dan perjalanan ke luar angkasa bukanlah hal yang mustahil, antar planet bahkan antar galaksi. 

Perjalanan yang dilakukan nabi itu dengan waktu sangat singkat ada yang mengatakan perjalanan antar dimensi. Kita, manusia di dunia terikat pada deminsi 3 yang dibatasi ruang dan waktu. Sedangkan di semesta ini ada beberapa alam lain yang dimensinya lebih tinggi. Menurut Agus Mustofa, penulis buku dari beberapa serial tasawuf modern menyatakan bahwa makhluk dari dimensi yang lebih tinggi akan mudah beradaptasi ke dimensi yang lebih rendah. Maka dari itu seperti jin, malaikat bisa menuju alam manusia dengan cepat sedangkan manusia tidak kecuali dengan “kekuatan”.

Startrek sebagai gambaran             

Jika kita pernah menyaksikan startrek versi film ataupun serial televisi di sana digambarkan bagaimana perjalanan ruang angkasa antar planet ataupun galaksi. Pesawat yang digunakan melesat begitu cepat dan singkat. Manusia pun dapat beralih dengan masuk ke ruang tertentu kemudian menghilang dan akan muncul pada ruang yang lain dan kembali utuh, mungkin inilah teknik yang disebut dengan teleportasi.

Memang startrek itu merupakan rekaan belaka. Namun demikian startrek mampu membuat sesuatu yang masuk akal sehingga tidak salah bila di sebut fiksi ilmiah. Apa yang disuguhkan startrek itu merupakan gambaran peradaban manusia di masa depan. Manusia boleh saja berimajinasi liar pada saat ini yang mungkin menjadi bahan lelucon saja. Boleh jadi apa yang khayal dimasa sekarang akan menjadi sesuatu yang biasa di masa depan. Kita ambil contoh saja, pada jaman dahulu orang bisa terbang merupakan khayalan belaka, dan saat ini bisa kita lihat merupakan sesuatu yang biasa saja.

Startrek telah menyuguhkan gambaran masa depan. Dan ilmuan saat ini mencoba mewujudkan semua itu dalam rangkaian bermacam penelitian dan percobaan. Kapal super cepat sudah bisa dibuat. Pesawat tanpa awak sudah bisa mencapai planet Mars. Ini artinya merupakan langkah awal dalam merujuk langkah berikutnya. Pondasi dasar telah terbentuk untuk selanjutnya dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk menjadi yang lebih sempurna.

Alam semesta ini maha luas dan oleh Tuhan diperuntukkan buat manusia. Perjalanan antar galaksi saja memerlukan ribuan tahun bahan jutaan satuan cahaya, sedangkan umum manusia –rerata- hanya puluhan tahun. Namun menurut teori yang dikemukakan para ilmuan, kita dapat mempersingkat jarak itu dengan mem-by pass-nya, yang “jalan” itu sering diistilahkan “lubang cacing”.

Dan kita rasa manusia masa depan akan mampu mewujudkan hal itu, melakukan perjalanan yang sangat jauh dengan waktu yang sangat singkat. Dan bukannya tidak mungkin bahwa manusia di masa datang akan menemukan planet baru yang dapat dihumi. Sehingga nantinya manusia di bumi ini dapat bermigrasi ke tempat baru yang lebih baik lagi.

Di pastikan pula bahwa matahari dalam tata surya kita ini mempunyai umur yang kemudian mati, seperti bintang-bintang lain yang sudah mati yang meninggalkan black hole. Di saat matahari telah “mati” maka kiamat di bumi telah saatnya, yang mungkin itu sebut kiamat kecil. Masih ada kesempatan manusia di bumi untuk berpindah ketempat lain yang dirasa lebih “aman” diantara milyaran tata surya lainnya, sebelum terjadi kiamat besar yang menghancurkan alam semesta keseluruhan.

Kejadian isra mi’raj di masa lampau itu adalah sesuatu hal yang masuk akal. Suatu kejadian di masa lampau yang merupakan konsepsi kejadian masa depan. Manusia kian hari akan semakin maju dengan ilmu pengetahuannya yang akan berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Terlepas apakah nantinya pakai teknologi atau metode lain adalah urusan belakangan. Dalam konteks kekinian para ilmuan pun masih memecahkan bagaimana Piramid atau Borobudur bisa didirikan, tentu ada hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan teknologi dan itu lebih mutakhir.

Sudah selayaknya bahwa kejadian isra mi’raj ini bagi umat Islam dapat menjadi momentum dan semangat untuk menjadi keadaan yang lebih maju lagi. Kiranya ilmu pengetahuan itu dikembangkan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan umat manusia. Tidak sebatas ruang lingkup sesuatu yang berkenaan dengan keimanan semata. Konsep dan kejadiannya sudah ada, tinggal merumuskan ke tingkat lebih lanjut. Dan Tuhan pun dalam kitab suci menantang bangsa manusia dan jin untuk dapat menembus penjuru langit dan bumi (Ar-Rahman:33). Dan apakah nantinya manusia dapat berkelana antar galaksi diantara alam semesta yang maha luas? (Dan tidak perlu terlalu muluk-muluk sampai pada langit tingkat tujuh atau sidratul muntaha). Manusia –saat ini- hanya bisa mereka-reka, semua dikembalikan kepada Tuhan yang maha tahu, wallahu a'lam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun