Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured Pilihan

Isra Mi’raj dan Konsepsi Kejadian Masa Depan

6 Mei 2016   08:41 Diperbarui: 25 April 2017   04:00 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pastikan pula bahwa matahari dalam tata surya kita ini mempunyai umur yang kemudian mati, seperti bintang-bintang lain yang sudah mati yang meninggalkan black hole. Di saat matahari telah “mati” maka kiamat di bumi telah saatnya, yang mungkin itu sebut kiamat kecil. Masih ada kesempatan manusia di bumi untuk berpindah ketempat lain yang dirasa lebih “aman” diantara milyaran tata surya lainnya, sebelum terjadi kiamat besar yang menghancurkan alam semesta keseluruhan.

Kejadian isra mi’raj di masa lampau itu adalah sesuatu hal yang masuk akal. Suatu kejadian di masa lampau yang merupakan konsepsi kejadian masa depan. Manusia kian hari akan semakin maju dengan ilmu pengetahuannya yang akan berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Terlepas apakah nantinya pakai teknologi atau metode lain adalah urusan belakangan. Dalam konteks kekinian para ilmuan pun masih memecahkan bagaimana Piramid atau Borobudur bisa didirikan, tentu ada hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan teknologi dan itu lebih mutakhir.

Sudah selayaknya bahwa kejadian isra mi’raj ini bagi umat Islam dapat menjadi momentum dan semangat untuk menjadi keadaan yang lebih maju lagi. Kiranya ilmu pengetahuan itu dikembangkan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan umat manusia. Tidak sebatas ruang lingkup sesuatu yang berkenaan dengan keimanan semata. Konsep dan kejadiannya sudah ada, tinggal merumuskan ke tingkat lebih lanjut. Dan Tuhan pun dalam kitab suci menantang bangsa manusia dan jin untuk dapat menembus penjuru langit dan bumi (Ar-Rahman:33). Dan apakah nantinya manusia dapat berkelana antar galaksi diantara alam semesta yang maha luas? (Dan tidak perlu terlalu muluk-muluk sampai pada langit tingkat tujuh atau sidratul muntaha). Manusia –saat ini- hanya bisa mereka-reka, semua dikembalikan kepada Tuhan yang maha tahu, wallahu a'lam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun