Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berkunjung ke Tempat Asa Anak-anak yang Kehilangan Kasih Sayang Orangtuanya

29 Maret 2016   09:35 Diperbarui: 30 Maret 2016   09:18 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tampak depan panti. Dok pribadi"][/caption]

Yang disebut anak yatim, piatu, atau yatim piatu adalah anak yang ditinggal meninggal ayah, ibu, dan keduanya ketika masih dalam posisi belum cukup dewasa. Untuk ukuran dewasa boleh dibilang umur 18 tahunan, karena pada umur segitu sudah dapat menentukan dirinya sendiri. Maka tidak heran pula bahwa penghuni panti asuhan adalah pada usia balita (bahkan bayi) sampai pada masa tamat sekolah menengah atas. Jarang pula bila pada masa mahasiswa ada panti asuhan, kalau ada paling bentuknya asrama atau pesantren dan itu pun juga bercampur dengan anak yang masih lengkap orangtuanya.

Mengasuh sebuah panti asuhan itu membutuhkan ketelatenan dan kesabaran tersendiri. Maka tidak semua orang punya karakter sosial semacam itu, ia bisa menyayangi anak yang bukan darah dagingnya sendiri seperti memperlakukan anaknya sendiri. Kami dari komunitas Bolang (Bloger Kompasiana Malang) mencoba sedikit menyusuri sisi-sisi kemanusiaan baik dari penguninya (anak-anak), tempat, serta pengelolanya.

[caption caption="Nama dan alamat panti. Dok Pribadi"]

[/caption]

Pada akhirnya Bolang menentukan lokasi yang akan dikunjungi adalah Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Al Mustafa yang berada di desa Sumber Pasir Kec. Pakis Kab. Malang. Lokasinya dari kota Malang berada pada arah timur melewati jalan menuju bandara Abdurrahman Saleh. Pada hari minggu lalu (27/02) kami mengunjungi tempat tersebut. Perjalanan menuju tempat lokasi pun memerlukan kesabaran tersendiri. Dengan informasi yang begitu minim bahwa lokasi berada dekat bandara ternyata perlu waktu lama, sampai kesasar segala. Tapi dengan ketelatenan juga akhirnya kami sampai juga pada lokasi yang dimaksud. 

Tempatnya cukup sederhana dengan bangunan yang tidak begitu luas. Kami disambut anak-anak panti dan pengelola sekaligus pembina Ustad Kholidul Azhar yang sudah menunggu cukup lama akibat keterlambatam kami karena kesasar tadi.  Dan untungnya mereka begitu sabar dan tidak mengeluh. Setelah memberikan pengantar maksud dan tujuan kedatangan (yang diwakili pak Yunus), acara terus berlanjut dengan menghibur anak-anak panti tersebut.

[caption caption="Sambutan dari anak laki-laki. Dok Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Sambutan dari anak perempuan. Dok Pribadi"]

[/caption]

Acara dikemas dengan ringan saja yang dibimbing mbak Lilik, mbak Rara, dan mbak Desol yaitu dengan meminta kepada anak-anak untuk menuliskan cita-citanya. Mereka begitu antusias dalam menuliskannya. Namanya juga anak-anak, bermacam macam profesi yang dituliskannya dan itu hampir sama dengan kondisi waktu kita kecil dulu. Ada yang jadi dokter, tentara, polisi serta profesi lainnya.  Dan untuk lebih menghibur lagi mereka juga di beri bingkisan yang telah disediakan satu persatu.

Di sela acara anak-anak yang sedang bermain, saya sempatkan berbincang-bincang dengan Ustad Kholidul. Profilnya cukup ramah dan kalem. Walaupun berasal dari lingkungan setempat, pembawaannya tidak seperti pria Jawa Malangan yang cenderung blak-blakan, lebih cenderung kepada profil Jawa Mataraman.

[caption caption="Ustad Kholidul yang ramah menyambut kami. Dok Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Pemberian bingkisan. Dok Pribadi"]

[/caption]

Di panti ini terdapat sekitar 34 anak asuh yang tersiri dari 8 anak SD/MI, 17 anak SMP/MTs, dan 5 anak SMA/MA. Mereka berasal dari berbagai daerah, ada yang dari lingkungan sekitar dan ada yang jauh sampai luar daerah seperti Ponco Kusumo atau Pujon. Status mereka bervariasi ada yang piatu, yatim, ataupun yatim piatu.

Alasan mereka dititipkan adalah karena kurang atau tidak ada sama sekali orang tua kandungnya. Bagi yang yatim atau piatu, orang tuanya tidak sanggup membimbingnya yang biasanya sibuk untuk mencari nafkah. Sedangkan yang yatim piatu sudah pasti kedua orang tuanya telah tiada dan tidak ada kerabat yang sanggup merawatnya.

[caption caption="Perlu hiburan, tersedia ruang santai dan nonton televisi. Dok Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Tempat menjemur pakaian. Dok Pribadi"]

[/caption]

Ustad Kholidul menjelaskan mereka yang dibawa ke panti ada yang dititipkan sejak balita umur 3,5 tahun, ada juga yang sudah agak besar. Dan merawat anak-anak panti tidaklah mudah perlu kesabaran dan ketelatenan. Tantangannya adalah ketika mendidik anak-anak tersebut agar menjadi baik dan berguna yang suatu saat akan kembali ke masyarakat. Sampai usia sekitar kelas 4 SD kenakalan anak-anak dianggap suatu yang wajar. Dan untuk diatas usia tersebut tantangannya lebih berat lagi karena bisa menjurus pada kenakalan yang lain.

Maka dari itu ia selalu berkoordinasi dengan guru yang mengajarnya. Jam pulang sekolah juga diperhatikan. Jika pada waktu jam seharusnya pulang tidak berada dipanti ia akan meng-cross cek kepada pihak sekolah ada waktu tambahan atau tidak. Jika tidak, dan ternyata tidak lekas pulang, ia akan meklafisikasi kepada yang bersangkutan dalam upaya pembinaan dan antisipasi untuk tidak terjerumus pada hal yang negatif.

[caption caption="Salah satu tempat wudhu. Dok Pribadi"]

[/caption]

Pada mulanya panti ini didirikan malah mencari anak yatim, piatu, dan yatim piatu untuk tinggal di sini. Dan lambat laun dengan tersebarnya informasi maka banyak orang yang menitipkan anaknya untuk dibina dipanti ini. Bahkan menampung juga anak jalanan, hanya saja menurut Ustad Kholidul mereka kebanyakan tidak betah tinggal di panti dan akhirnya kembali ke jalanan lagi. 

Tempat panti asuhan ini berdiri pada 2008, dengan suasana yang sepi dari keramaian. Berada di sekeliling area sawah depan samping dan belakangnya. Tempat ini cocok untuk pembinaan dan terlalu terganggu akan godaan dunia luar yang penuh hedonis. Pada mulanya tempat ini dikolanya abah (bapak mertua) yang peduli pada urusan sosial. Dan lambat laun diserahkan kepada anaknya untuk mengurusi anak panti perempuan, sedangkan dirinya (sebagai mantu lelaki) menangani keseluruhan.

[caption caption="Berkunjung ke asrama perempuan yang berada pada ujung bangunan. Dok pribadi"]

[/caption]

Bagi para anak-anak penghuni panti ini tidak dipungut biaya. Semua operasional dan biaya pendidikan buat anak-anak sepenuhnya ditanggung yayasan. Dana yang diperoleh dari kalangan sendiri yaitu abah dan selebihnya dari para donatur yang peduli, beberapa datang langsung untuk memberi bantuan.

Fasilitas tempat ini cukup lengkap mulai dari kamar mandi, mushola, ruang santai untuk menonton televisi, serta kamar tidur. Ruangan bagi anak-anak perempuan dipisah berada di belakang, sedangkang laki-laki berada di pertengahan panti, bangunan bertingkat dua untuk tempat kamar tidur dan jemur pakaian.

Walaupun tempatnya tidak begitu mewah dengan fasilitas yang wah juga, tempat ini cukup aman bagi mereka untuk belajar dan mengembangkan diri. Yang terpenting adalah tidak mereka tidak terjerumus pada lingkungan yang semestinya bukan tempatnya. Di sinilah mereka ditempa untuk menatap masa depan yang lebih baik. Dan dapat menerima kondisi apa adanya tanpa terjebak pada sikap fatalistic. Diupayakan agar mereka terus mempunyai harapan, dan tidak terjebak pada masa lalu (yang bisa jadi suram). Dan semoga tidak menjadikan mereka sikap yang pesimis –meminjan istilah Yudi Latief- “masa lalu yang membunuh masa depan”.

[caption caption="Acara juga di luar ruangan agar lebih ceria. Dok pribadi"]

[/caption]

Negara belum sepenuhnya hadir

Konstitusi telah menjelaskan bahwa Negara yang bertanggung jawab terhadap fakir miskin dan anak terlantar seperti yang tercantum pada pasal 34 ayat 1 UUD 1945. Entah mengapa negara belum sepenuhnya peduli kepada kaum tersebut, bisa jadi anggarannya belum cukup.Dan lebih tepatnya lagi adanya salah kelola di negeri ini, anggaran mudah dibobol dan tindakan terhadap para koruptor masih belum maksimal.

Perhatian dari pemerintah ada, cuma belum maksimal. Dari pemerintahan desa ada perhatian paling tidak dengan kehadiran kepada desanya dipanti ini, sedangkan dari kecamatan atau pemkab masih belum ada tindak lanjutnya.

Yang diperlukan anak-anak panti sebenarnya bukanlah yang bersifat materi. Perhatian dan fasilitas yang memadai itulah yang sebenarnya mereka inginkan. Mereka telah kehilangan kasih sayang orang tuanya. Memperlakukannya dengan baik adalah cara terbaik . Kita sebisa mungkin tidak menghardiknya apalagi mengekloitasinya, yang menurut kitab suci itu bagian dari mendustakan agama.

Keberadaan panti seperti Al Mustafa ini cukup membantu beban pemerintah itu. Para pengelolanya rela mewakafkan hartanya untuk dibangun panti, serta sumbangan tenaga dan pikiran yang tidak kalah berartinya. Tugas mereka cukup mulia untuk menyelamatkan generasi berikutnya untuk tidak terjebak pada hal negatif dan sesat.

Kondisi jaman sekarang yang tidak begitu ramah kepada anak-anak. Mereka rawan dieksploitasi, dan mudah terjerumus ke lembah hitam. Adanya perdagangan manusia dan fenomena anak jalanan membuat kita begitu miris. Mereka bisa begitu karena kurangnya perhatian dan pengawasan dari kalangan keluarga dan juga pemerintah.

Adanya panti asuhan banyak membantu menyelamatkan anak-anak yatim, piatu, dan yatim piatu untuk terjebak pada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab serta pergaulan yang salah jalan. Dan sudah kiranya pemerintah turun langsung menangani itu semua. Jika belum bisa panti-panti yang ada diberi perhatian yang cukup dan tidak dibiarkan sama sekali.

Betapapun juga mereka anak-anak panti mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak yang lengkap orang tuanya. Mereka juga punya cita-cita seperti anak-anak yang lain yang mana jika diberikan kesempatan yang sama akan berhasil juga. Mereka tidak boleh kehilangan asa walaupun mereka kehilangan kasih sayang –satu atau kedua- orangtuanya.

 [caption caption="Berfose bersama sebelum pamit meninggalkan tempat. Dok FB Selamet Hariyadi"]

[/caption]

 

Link Video bisa lihat di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun